Assalaamu`alaikum wr. Wb
Saya berumah tangga sudah 15 tahun, awal Oktober 2007, kenal dengan seorang wanita muslimah (sebut Lita), yang awalnya saya hanya kagum dengan tutur bahasa dan berpakaiannya (jilbab). Dari kekaguman itu timbul perasaan ingin selalu bertemu, dan akhirnya muncullah rasa yang mungkin disebut cinta, saya katakan terus terang isi hati saya kepadanya, ternyata gayung bersambut, diapun menerima saya (dia belum tahu kalau saya sudah berumah tangga) dan akhirnya saling curhat, tetapi perasaan bersalah muncul saat menjelang bulan Ramadhan 1428H, akhirnya saya katakan kalau saya sudah berkeluarga dan mempunyai 3 orang anak, dia kaget tapi tidak marah. Hari-2 berikutnya kita masih saling berkomunikasi, bahkan masih ketemuan dan sempat berbuka puasa bersama. Akan tetapi setelahLebaran dia sudah tidak mau menerima telpon ataupun membalas sms saya, pesan terakhir dia sampaikan bahwa "dia tidak akan pernah memutuskan tali silaturahmi terhadap saya."
Pertanyaanya:
- Mengapa saya masih mengharapkan dia, walaupun saya katakan tidak akan memiliki dia secara fisik?
- Mengapa dia tidak pernah mengatakan perasaan dia kalau memang dia masih sayang atau membenci saya?
- Mengapa saya masih punya perasaan mencinta terhadap wanita lain?
Bapak Jaka yang saya hormati, rasa cinta atau ketertarikan kita sesuatu yang indah, baik itu berupa benda ataupun manusia pada dasarnya adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada makhluknya. Dan sebagai manusia yang diberikan kemuliaan dan kelebihan, maka fitrah itu harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab dan rangka memudahkan tugas manusia sebagai khalifah atau pengatur alam raya ini.
Fitrah ini akan ada seiring perjalanan hidup manusia. Itulah sebabnya mengapa Anda masih bisa mencintai orang lain padahal Anda sudah berkeluarga. Dan bisa jadi pula bila Anda bertemu wanita lain pun tumbuh kembali rasa suka tersebut.
Biasanya bila ketertarikan pria terhadap wanita pun selalu diringi dengan hawa nafsu yang meninggalkan akal pikiran di belakang. Hawa nafsu itu pun lama-kelamaan akan meninggalkan fitrah itu sendiri. Itulah cara musuh abadi kita — syetan laknatullah — menggiring manusia agar ingkar terhadap perintah Allah.
Saran saya Bapak Jaka cobalah untuk mengurangi waktu dan perhatian kepada masalah ini, Curahkan waktu yang banyak untuk berkumpul dengan keluarga dan memfokuskan diri untuk mengelola keluarga agar tujuan dan keinginan dalam berkeluarga lebih tercapai. Misalnya bagaimana anak kita menjadi pintar dan cerdas sehingga dapat memudahkan hidupnya kelak. Atau bagaimana menyediakan sarana-sarana bagi keluarga agar memudahkan mereka dalam beraktivitas dan sebagainya.
Semoga bermanfaat