Asalamualikum wr. wb.
Ustadz, langsung saja ke permasalahannya:
Suami saya bekerja di Jakarta sedangkan kami tinggal di Parung, perjalanan ke kantor sekitar dua jam. Akhir-akhir ini dia sering mengeluh capek fisik karena perjalanan yang jauh juga capek bathin karena beban kerja (yang berlebih menurutnya) di kantor. Mendengar saumi mengeluh rasanya saya juga jadi terimbas energi negatif, bawaan saya juga jadi pengen marah-marah. Rumah kami memang jauh dari tempat kerjanya karena memang mampunya hanya sebatas itu. Sekarang ini suami saya kepengen keluar kerja.
Bagaimana cara memotivasi suami bahwa kerja itu ibadah dan bila dijalani dengan ikhlas bisa lebih mudah.
Mami Oi yang saya hormati, bekerja memang sudah menjadi kewajiban suami dalam mencari nafkah bagi keluarga. Dan di situlah letak tanggung jawab seorang kepala rumah tangga.
Seorang isteri sebagai pendamping suami juga berperan penting membantu kesuksesan suami dalam bekerja. Penatnya beban kerja di kantor, pada isterinyalah tempat curahan keluh kesahnya.
Cobalah mami Oi untuk selalu menghiburnya ketika ia mengeluh. Hiburan itulah menjadi salah satu resep suami untuk termotivasi kembali bahwa ia bekerja keras selama ini tidaklah sia-sia.
Lemah lembut perkataan sang isteri dalam memberikan pemahaman bahwa bekerja adalah ibadah dan merupakan ladang jihadnya seorang suami tentunya mempunyai nilai tersendiri dalam hati suami.
Rasa syukur dan penerimaan yang baik dari Isteri juga dapat menjadi faktor semangat bagi suami untuk bekerja dan meningkatkan kualitasnya dalam bekerja.
Mungkin akan berbeda bilamana ketika suami pulang dengan rasa lelah namun sesampainya di rumah sudah menunggu ’kepenatan’ yang lain. Berakibat pada penambahan stres semata bagi suami.
Kisah Khadijah yang senantiasa menghibur dan menyertai Muhammad saw. dalam awal kenabiannya mungkin dapat dijadikan contoh peran penting seorang isteri.