Assalamualaikum Wr. Wb.,
Pak Usatdz yang dirahmati Allah, saya seorang karyawati dan belum menikah. Baru-baru ini ada sahabat ibu saya yang mengutarakan keinginannya untuk menikahkan anak lelakinya dengan saya. Sebenarnya saya kurang merasa sreg dengan lelaki tersebut. Tapi saya bingung untuk menolaknya mengingat usia saya yang sudah pantas untuk menikah dan saat ini pun saya sedang tidak dekat dengan lelaki lain.
Apa yang harus saya lakukan Pak Ustadz? Bolehkah jika saya memutuskan untuk mau dinikahkan dengan lelaki tersebut hanya karena saya ingin menyenangkan hati ibu saya? Ibu saya saat ini sangat menginginkan saya untuk segera menikah, Pak Ustadz. Kalo saya menolak saya takut hal ini akan membuat ibu saya sedih.
Saya sangat menantikan jawaban Pak Ustadz. Terima kasih sebelumnya.
Wassalamualaikum wr. wb.,
Hamba Allah
Wa’alaikum salam wr. wb.
Ananda Hamba Allah yang dirahmati Alah SWT, memang dilematis kalau kita dijodohkan dengan lelaki yang kita sendiri merasa kurang sreg, tetapi orang tua ingin secepatnya kita menikah. Saran saya, mengingat usia Ananda yang sudah cukup untuk menikah sebaiknya pertimbangkan kembali keinginan ibu agar Ananda segera menikah. Sayang ya, ananda tidak menyebutkan alasan mengapa Ananda kurang sreg dengan pria tersebut. Apakah karena penampilannya, sifatnya, pendidikannya, status sosialnya atau apa? Menurut saya, mungkin saja perasaan kurang sreg itu lebih bersifat sangat subyektif dan sementara. Banyak pasangan yang dahulunya merasa kurang sreg dengan salah satu kekurangan pasangannya, tetapi setelah menikah perasaan kurang sreg itu hilang. Bahkan di antara mereka merasa bersyukur karena mendapatkan jodoh yang tadinya dianggap kurang sreg, tapi ternyata di kemudian hari justru menjadi kekuatannya. Sebenarnya cinta adalah bahasa perasaan, dan perasaan cinta bisa dibentuk bersamaan dengan waktu. Jadi jika Ananda belum mencintainya saat ini, yakinlah bahwa cinta itu bisa tumbuh bersamaan dengan waktu. Kurang sreg kita di awal perkenalan bukan tanda bahwa ia bukan jodoh kita. Karena sesungguhnya tidak ada orang yang 100% yakin bahwa pasangannya sempurna (sreg secara 100% itu tidak mungkin). Manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, kecuali Nabi Muhammad saw.
Oleh karena itu, tolong renungkan kembali apa yang membuat Ananda kurang sreg dengan lelaki tersebut. Lalu renungkan juga apakah perasaan kurang sreg itu bersifat prinsip atau tidak. Kalau bersifat prinsip sebaiknya jangan dilanjutkan. Contohnya kurang sreg yang bersifat prinsip adalah berbeda agama, akhlaqnya sangat rusak (pecandu narkoba, pemabok, penjudi, dan semacamnya), memiliki kelainan seksual atau mandul. Namun apabila kurang sreg tersebut bersifat sekunder (tidak prinsisp) sebaiknya terimalah kekurangan pasangan kita apa adanya. Lalu benahi kekurangan tersebut dengan sabar. Jika tidak bisa diubah, terima kekurangannya sebagai mozaik sebuah pernikahan yang indah. Kalu kita renungkan, sebenarnya keindahan sebuah pernikahan justru karena ada kekurangan dari pasangan kita masing-masing. Lalu kedua belah pihak mau menerimanya dengan sabar dan bersyukur.
Jika setelah Anda renungkan dan pertimbangkan dengan masak, ternyata Anda tetap sulit menerima kekurangannya (anda tetap merasa kurang sreg), sebaiknya jangan Anda paksakan diri Anda untuk menikah hanya sekedar untuk membahagiakan ibu Anda. Pernikahan yang didasarkan kasihan kepada orang lain (termasuk kasihan kepada ibu) biasanya hanya akan berujung pada kesengsaraan dan perceraian. Hal itu karena motivasi menikah tidak memiliki fondasi yang kuat, yaitu perasaan suka/cinta pada sang jodoh, tanpa paksaan orang lain.
Ananda yang dikasihi Allah SWT, kurang sreg kita pada calon pasangan hidup adalah hal yang lumrah (selama bukan prinsip). Kita tidak akan pernah menjumpai pasangan hidup yang sempurna. Mereka yang terlalu ideal dalam memilih pasangan hidupnya biasanya akan sulit menikah. Mereka menunda-nunda menikah karena mencari pasangan sempurna. Ujung-ujungnya malah sulit dapat jodoh karena umur makin bertambah dan ‘saingan’ dari yang muda-muda juga semakin banyak. Semoga masukan ini bermanfaat untuk Ananda dan pembaca lainnya.
Salam Bekah!
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan