Assalamu’alaikum
Ustadz ana seorang akhwat yang membina dua kelompok halaqoh. Ada seorang binaan ana setelah menikah tidak aktif lagi datang ke liqo’. Afwan proses nikahnya sendiri tidak dengan ana. Dulunya akhwat ini dekat sekali dengan ana dan itu menimbulkan rasa cemburu binaan ana yang lain. Dan untuk menghindari biar tidak menimbulkan rasa cemburu ana bersikap biasa dan cenderung tegas dengan akhwat tersebut. Apalagi waktu itu ana tahu dia akan proses sendiri nikahnya. Tapi dengan ketegasan ana malah ditanggapi lain.
Dan yang membuat ana sakit hati dia bilang ke teman-teman murobbi ana yang lain tentang saya yang sungguh di luar dugaan. Dan saya tahu karena kebetulan teman yang dia bicarakan tentang ana adalah teman satu team ana.
Ana berusaha ikhlash dan menerima semua yang dikatakan tentang ana. Anggap sebuah masukan walau sangat menyakitkan. Tapi dikemudian hari malah akhwat ini bersikap lain bahkan menghindar jika ketemu dengan ana. Pertanyaan ana bagaimana cara memperbaiki hubungan yang baik lagi dengan dia. Karena sudah berusaha saya rangkul lagi untuk gabung di liqo’ seperti biasanya. Tp tidak pernah datang.pernah datang hanya sekali. Sekedar informasi bahwa suaminya belum liqo’ dan bahkan kurang mendukung. Syukron atas jawabannya.
Ketika kita membina atau menjadi murobbi, sesungguhnya kita mempunyai beberapa peran, di antaranya: Peran seorang ustadz terhadap mad’unya, peran seorang qiyadah terhadap jundinya, peran orang tua terhadap anaknya, peran sahabat terhadap temannya.
Peran-peran ini harus dapat dipahami oleh seorang murobbi/murobbiyah sehingga menetahui saat mana ia menjadi seorang ustadz/ah, saat mana ia menjadi seorang qiyadah, saat mana ia menjadi orang tua dan saat mana ia menjadi seorang sahabat.
Ketika menyampaikan materi pelajaran, murobbi adalah seorang ustadz, ketika memberikan tugas, murobbi adalah qiyadah, ketika diminta mencarikan jodoh, murobbi adalah orang tua, ketika mad’u ingin curhat, murobbi adalah sahabat.
Seorang mad’u adalah manusia yang juga mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Dalam kasus Anda sepertinya mad’u Anda mempunyai kecenderungan mencari seorang figur baginya baik sebagai orang tua atau pun sahabat yang membutuhkan perhatian lebih dari Anda. Dan ketika itu tidak ia dapatkan bahkan mendapatkan perlakukan berbeda dari Anda maka sifatnya berubah menjadi 180 derajat, mulai dari mencari jodoh sendiri hingga menghindar dari Anda, dengan kata lain ia sangat kecewa sekali dengan Anda
Tidak ada salahnya Anda berupaya mempererat kembali kedekatan yang pernah terbina. Maafkan kekhilafannya yang dikatakannya tentang Anda. Cobalah pendekatan dengan mengunjunginya, menanyakan kabar via telepon, memberikan hadiah dan sebagainya. Lakukan secara berkala walau hanya sesaat untuk menunjukkan rasa kepedulian Anda.
Jangan lupa bahwa hidayah milik Allah. Dan hanya Dialah yang memberikan hidayah kepada yang Dia inginkan. Oleh karena mohonlahlah pada Allah dalam sholat Anda agar hidayah itu kembali kepada mad’u Anda.
Wallahu’alam