Assalamualaikum ustadz.
Mohon maaf jika judul di atas kurang jelas. Maksud judul itu adalah ketika ana di kampus ruhiyah ini begitu kuat tetapi bila sudah pulang kampung, iman ana menjadi lemah. Bahkan terkadang kalah dengan pergaulan teman-teman yang ana pikir penuh kesia-siaan. Ana bingung, jika tidak bergaul dengan teman kampung nanti dikira sombong. Tapi kalau ikut bergaul takut jadi ikut ikutan ke dalam kesia-siaan.
Ana pinginnya sih nasihatin mereka. Tapi apa daya diri ini hamya orang yang lemah ana tak bisa berbuat apa-apa. Mungkimn ustadz punya pengalaman atau saran untuk masalah ini? Jazakumullah atas jawabannya ustadz.
Wassalamualakum. Wr. Wb.
Ananda A’ar, apa yang anda rasakan adalah bahwa Anda masih sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar diri Anda dalam beraktivitas. Anda beraktivitas tergantung “cuaca”.
Dengan kata lain, jika ada yang memotivasi, baru bekerja dan ketika tidak ada yang memotivasi Anda diam. Karena menunggu dimotivasi, mereka juga sulit untuk menjadi agent of change (agen perubah) dalam masyarakat. Justru mereka menjadi unsur yang diubah oleh orang lain (masyarakat). Karena Anda akan bekerja sesuai dengan trend (kecenderungan) yang ada di masyarakatnya.
Anda semangat di kampus karena lingkungan kampus kondusif dan merangsang Anda untuk beraktivitas. Anda dikelilingi oleh teman-teman yang bersemangat sehingga Andapun termotivasi semangat
Begitu pula sebaliknya, dikampung dengan lingkungan yang berbeda dan tanpa rekan-rekan Anda, Anda kesepian dan merasa diri lemah.
Oleh karenanya Be Your Self. Jadilah diri Anda. Semua persoalan ini berpulang pada pribadi Anda. Lakukan motivasi diri. Apakah ikan terasa asin padahal ia hidup di air laut?
Bawalah selalu rasa ‘kampus’ Anda, di manapun berada. Anggaplah lingkungan kampung Anda adalah kampus Anda. Bila Dikampus Anda rajin shalat Jama’ah, maka di kampung pun Anda melakukan hal serupa dan sebagainya.