Assalamu’alaikum wr wb
Pak Ustadz sya adalah seorang anak pertama dari empat bersaudara. Kehidupan keluarga kami dari awal tidaklah bahagia. Dulu ketika kejayaan masih menghampiri ayah saya, ayah saya tidak pernah memperhatikan keluarga, beliau lebih sering bermain (maaf) judi, mabuk dan main wanita. Sampai akhirnya kejayaan itu musnah, terus terang sebagai seorang anak saya merasa sangat benci kepada ayah, karena semasa hidupnya dia tidak pernah memperdulikan kami sebagai anaknya bahkan uang jajanpun tidak pernah ia hiraukan.
Ibu saya akhirnya mengalah untuk menjual rumah kami yang cukup besar untuk dapat memulai usaha berjualan dan memilih mambeli rumah yang sangat sangat sederhana. Namun seiring waktu bukannya ayah kami bekerja, dia hanya mengerjakan tiga hal yang sama sekali tidak berguna yaitu tidur, makan dan nonton tv hanya itu yang selalu beliau kerjakan. Pak Ustadz jujur mungkin saya berdosa saya sangat membenci ayah saya, yang membantu perekonomian keluarga (termasuk adik-adik saya) hanya saya dan ibu saya. Sampai akhirnya saya malu dengan keadaan keluarga saya, bukan karena perekonomian karena tidak adanya keharmonisan antara keluarga. Terus terang saya sama sekali tidak berbicara dengan ayah saya seperti layaknya mungkin keluarga lainnya, hanya yang penting-penting saja lalu saya lebih pilih banyak diam dan di dalam kamar.
Usia saya sekarang hampir 25 tahun, dan alhamdulillah saya ingin segera menikah, namun kendalanya apakah kedua orang tua pacar saya dapat menerima keadaan keluarga saya yang semrawut seperti ini? Saya malu pak, saya seolah-olah tidak mempunyai kepercayaan diri. Lalu apakah nanti nasib adik-adik saya seperti apa? Saya sayang terhadap adik-adik saya, tapi tidaklah mungkin seumur hidup saya mengurusi adik-adik saya. Sering sekali terjadi cekcok anatar kedua orang tua saya yang semakin hari semakin tidak terhindarkan, saya malu pak sama semua orang, rasanya saya ingin pergi saja saya sudah tidak sanggup untuk menjalani semua ujian ini apalagi ibu saya sering meninggalkan adik-adik saya untuk lebih memilih ke rumah nenek kami tanpa membawa adik-adik saya. Saya bingung dan stres pak. Mohon bimbingannya Pak Ustadz.
Wassalamualaikum wr. wb.
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudaraku yang dicintai Allah SWT, saya turut prihatin dengan kondisi keluarga Anda yang kurang harmonis. Namun saya salut kepada Anda yang tabah menghadapi cobaan ini, bahkan mau membantu memberikan nafkah kepada adik-adik Anda.
Ada beberapa saran yang bisa saya sampaikan disini :
1. Perlu saudaraku pahami bahwa sejahat-jahatnya orang tua kita, kita tetap tidak boleh membenci mereka. Bahkan jika mereka menyuruh kita wajib ditaati, selama tidak maksiat. Allah SWT berfirman : “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. 29 : 8).
2. Seorang anak agak sulit untuk menasehati orang tuanya karena mereka merasa lebih paham dan lebih dewasa. Oleh karena itu, jika Anda ingin menasehati ayah Anda, maka anda perlu meminta bantuan kepada orang yang disegani ayah Anda. Orang tersebut mungkin saja adalah orang tuanya, kakaknya, guru ngajinya atau tokoh masyarakat yang disegani. Minta bantuan kepada mereka dan minta agar nama Anda tidak perlu disebut sebagai orang yang mengadu tentang perilaku ayah Anda.
3. Sikap Anda yang membantu ibu dan adik-adik dalam masalah ekonomi harus tetap dipertahankan. Selain karena keluarga Anda juga membutuhkan bantuan nafkah dari Anda, juga dalam rangka menjaga wibawa Anda di hadapan orang tua (terutama ayah) dan adik-adik-adik Anda. Mungkin saja suatu ketika ayah Anda mendapatkan hidayah karena merasa malu melihat anaknya rajin mencari nafkah sedang dia sendiri bermalas-malasan.
4. Tugas Anda adalah membantu adik-adik Anda sampai mereka bisa mandiri (patokannya sudah bekerja atau menikah). Setelah itu Anda tidak lagi wajib membantu adik Anda. Masa depan adik Anda tergantung pada diri mereka masing-masing. Anda tidak perlu terlalu khawatir karena setiap orang sudah mempunyai rezekinya masing-masing yang dijamin oleh Allah SWT.
5. Kondisi keluarga yang kurang harmonis bukan menjadi halangan bagi Anda untuk mencari jodoh. Namun saran saya, carilah jodoh ketika Anda sudah siap untuk menikah, sehingga dapat langsung segera menikah dan tidak memboroskan uang dengan pacaran. Ceritakan apa adanya kepada calon isteri tetntang kondisi keluarga Anda. Jika calon isteri Anda benar-benar mencintai Anda, niscaya ia akan siap mendampingi Anda walau keluarga Anda kurang harmonis.
6. Jangan lupa untuk rajin berdoa. Meminta kepada Allah SWT agar orang tua Anda berubah (terutama ayah) dan agar mendapatkan jodoh yang sholihah dan mengerti kondisi keluarga Anda.
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan urusan Anda.
Salam Berkah !
(Satria Hadi Lubis)