Sudah satu tahun ini saya dan suami hidup terpisah karena hal tertentu. Kami jalani hidup ini sebagai koreksi atas rumah tangga kami karena terlalu banyak permasalahan berawal dari tidak kesepahaman. Saat kami jauh kami jadi lebih pengertian jarang bertengkar, tapi pada akhirnya saya mengetahui suami mulai iseng (mengisi kekosongannya) sedikit mulai berpaling walau dia bilang hatinya hanya untuk saya.Dan akhir-akhir ini saya benar benar menyadari sayalah yang banyak bersalah karena tidak mempunyai ilmu dalam setiap menghadapi masalah. Setelah kami diskusikan (evaluasi) selama satu tahun ini dan saya menyatakan ingin berkumpul lagi dengan suami tapi suami belum bisa dengan alasan takut kalau tinggal serumah akan sering ribut seperti dahulu. tampaknya suami lebih menikmati hidup yang sekarang. Kami bertemu hanya 2 kali seminggu. Mohon saran bagaimana/apa yang harus saya perbuat, saya merasa terbuang manakala suami belum bisa menerima untuk berkumpul kembali.sedangkan saya benar-benar ingin berkumpul lagi dengan suami membina rumahtangga yang sakinah, semata-semata ingin mendapatkan kebahagaiaan yang abadi dari Allah SWT. Kami mempunyai anak 1 usia 3 tahun. mohon sarannya. terimakasih.
—–
Saudara yang disayang Allah SWT, semoga Anda tabah menghadapi cobaan dalam rumah tangga Anda karena berpisah dan jarang bertemu dengan suami tercinta (hanya 2 kali seminggu).
Idealnya memang sebuah keluarga tinggal serumah dan selalu intens bertemu. Itulah sebabnya Islam mengajarkan kepada kita, apabila suami isteri bertengkar (bahkan dalam proses perceraian) maka kedua belah pihak harus tetap tinggal serumah dan tidak boleh satu satu pihak mengusir atau pisah rumah sebelum bercerai. Mungkin salah satu hikmahnya adalah agar suami isteri mau tak mau terpacu untuk menyelesaikan masalahnya secara lebih cepat dan dewasa karena terus menerus bertemu dalam satu rumah.
Namun karena Anda dengan suami sudah terlanjur bersepakat untuk pisah rumah, maka sekarang sebaiknya memikirkan cara agar bisa hidup serumah lagi. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah :
1. Yakinkan suami bahwa pisah rumah seperti yang dilakukan sekarang ini tidak sehat untuk hubungan suami isteri. Selain tidak Islami, juga lebih mempermudah syetan untuk menggoda salah satu pihak ‘bermain hati’ dengan wanita/pria lain (ingat salah satu pekerjaan syetan menurut Al Qur’an adalah menceraikan pasangan suami isteri).
2. Yakinkan kepada suami bahwa Anda telah berubah dan mau berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan di masa lalu. Bahkan kalau perlu buat kesepakatan tertulis apa yang tidak akan Anda ulangi dan apa yang tidak akan diulangi oleh suami Anda agar Anda berdua tidak lagi terus menerus bertengkar. Kalau pun setelah membuat kesepakatan ternyata masih bertengkar juga, yakinkan suami bahwa solusinya bukan dengan cara pisah rumah. Solusi pisah rumah menunjukkan ketidakdewasaan kedua belah pihak dalam menyelesaikan permasalahan rumah tangga (karena menghindar, bukannya duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi).
3. Jika setelah diyakinkan ternyata suami tetap mengelak untuk tinggal lagi serumah, libatkan pihak ketiga untuk menyelasaikan permasalahan ini. Pilih pihak ketiga yang disegani oleh suami Anda. Apakah itu orang tuanya, orang tua Anda, sahabatnya, ustadz atau guru ngajinya, dan lain-lain. Pilih pihak ketiga yang bisa berlaku adil dan memberi solusi agar Anda beserta suami bisa bersatu lagi dalam satu rumah.
4. Jika ketiga saran di atas telah dilakukan dan suami tetap bersikeras untuk tidak serumah lagi, maka tahulah Anda bahwa suami Anda memang tidak serius untuk meneruskan hubungan suami isteri dengan Anda. Saran saya, ultimatum dia untuk memilih dua pilihan : bersatu lagi atau menceraikan Anda segera. Tidak baik membiarkan hubungan Anda dengan suami tetap mengambang tanpa kepastian seperti sekarang ini.
Demikian saran saya. Semoga bermanfaat dan semoga Allah SWT menyatukan kembali rumah tangga Anda dalam suasana yang sakinah, mawaddah war rohmah. Amiiin.
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan