assalamualaikum wr.wb
perkenalkan saya seorang ikhwan yang insya Alloh tahun ini kuliah saya beres.selain kuliah saya pun bekerja sebagai guru les. saya ingin bertanya:
1.batasan guru profesional itu seperti apa? soalnya suka riskan kalau ditanya tentang bayarannya oleh konsumen. takut termasuk ke dalam orang yang suka menjual ilmu Allah.
2.apakah wajar kalau saya memilih pendamping istri terlalu idealis? soalnya saya ingin istri saya tangguh dunia akhirat dalam artian mengerti perjuangan dakwah.
terima kasih atas sarannya
wassalamualaikum wr.wb
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudaraku Heri Herawan yang disayangi Allah SWT, pertanyaan Anda akan saya jawab sebagai berikut :
1. Untuk pertanyaan pertama tentang batasan guru profesional, maka kita perlu mengetahui lebih dahulu apa yang dimaksud profesional. Dalam referensi yang pernah saya baca, profesional paling tidak memiliki 4 karakteristik, yakni bekerja dengan sungguh-sungguh, memiliki minat yang tinggi, karyanya bermutu dan menerima imbalan dari hasil kerjanya. Jika menerima imbalan merupakan bagian dari profesionalitas seseorang maka tidak mengapa jika Anda meminta bayaran (honor) dari hasil bekerja Anda sebagai guru. Insya Allah, jika Anda meminta bayaran tidak termasuk orang yang menjual ilmu Allah. Apalagi jika ilmu yang Anda jual adalah ilmu pengetahuan umum (bukan ilmu agama), maka para ulama sepakat membolehkannya. Lain halnya jika ilmu yang Anda ajarkan adalah ilmu agama, maka para ulama berbeda pendapat. Ada yang membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan meminta bayaran. Lepas dari perbedaan tersebut, memang tidak etis menurut saya jika mengajarkan ilmu agama kita meminta bayaran yang mahal.
2. Lalu tentang keinginan Anda untuk mendapatkan isteri yang idealis, maka kita perlu mengkritisi lebih dahulu apa yang dimaksud idealis. Terlalu idealis dalam memilih jodoh bisa jadi berarti menginginkan calon pendamping yang sempurna (cantik/ganteng, kaya, keturunan baik-baik dan sholih/sholihah). Jika ini yang disebut idealis, maka tidak wajar (terlalu berlebihan) kita mengharapkannya. Selain itu akan sulit untuk mendapatkan jodoh semacam itu, sehingga akhirnya kita terlambat sekali menikah. Namun jika yang dimaksud idealis adalah mengharapkan jodoh yang sholih/sholihah, maka harapan itu masih wajar. Bahkan memang semestinya begitu.
Jika Anda ingin memiliki isteri yang tangguh dalam da’wah, maka pilihan Anda itu sangat mulia dan Insya Allah akan terkabul. Syaratnya adalah konsisten memilih isteri yang agamanya baik (sholihah). Kadangkala ada ikhwan yang menginginkan isteri yang tangguh dalam da’wah, tapi ternyata dalam memilih jodoh ia tidak konsisiten dengan kriteria agama yang baik. Misalnya, ketika disodorkan dua data akhwat oleh murobbinya, ia lebih memilih akhwat yang cantik daripada akhwat yang agamanya lebih baik. Hal ini membuat cita-citanya untuk mendapatkan isteri yang sholihah dan tangguh dalam da’wah diingkarinya sendiri karena terbujuk oleh hawa nafsu (berupa kecantikan, keturunan atau kekayaan wanita).
Demikian jawaban saya. Semoga saudaraku Heri herawan senantiasa sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di bawah ridho Allah SWT.
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan