Terus terang selama ini saya sering merasa iri entah itu dirumah atau dikantor, akibatnya saya jadi merasa tidak berguna dan minder. Contohnya dikantor saya merasa iri dengan teman kerja baru saya yang baru masuk berapa bulan sudah dapat fasilitas dan kemudahan kantor yang belum pernah saya peroleh kadang saya merasa dianak tirikan oleh atasan saya padahal saya sudah bertahun-tahun kerja diperusahaan tersebut. Contoh lain di rumah kadang saya merasa iri oleh adik ipar yang mempunyai suami baik, berpenghasilan besar, punya rumah, dll sehingga mertua saya sering memuji-mujinya. Saya merasa hidup ini selalu tidak beruntung dan sial entah itu dapat suami atau dapat pekerjaan. Sehingga hati ini jadi gelisah sementara keinginan saya banyak termasuk saya ingin membahagiakan kedua orang tua dan keluarga saya yang kurang mampu. Bagaimana menyikapinya supaya rasa iri dan gelisah dihati saya bisa berkurang.
Terimakasih atas jawabannya.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, salah satu penyakit hati yang utama adalah iri hati. Secara umum, ri hati dapat didefinisikan sebagai sikap "tidak senang orang lain senang". Iri hati merupakan akar dari berbagai penyakit hati lainnya. Iri hati dapat menimbulkan sikap dengki, hasud, dendam, khianat, dan bebagai sifat tercela lainnya. Iri hati harus bisa kita hindari hingga sekecil-kecilnya..
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain…” (QS. An-Nisa’ (4): 32)
Rasulullah SAW pun telah mengingatkan lewat sabdanya “ Jauhkan dirimu dari penyakit hati yang sangat berbahaya ini (iri) karena iri akan memakan segala kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar yang kering lagi ringan”. ( HR. Abu Daud ).
Banyak hal yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah dengan mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu. Jika kita selalu beranggapan diri kita lebih pantas mendapat sebuah jabatan/posisi tertentu dibandingkan orang lain, kita akan selalu gelisah dan iri kepada orang tersebut. Kita harus berkhusnudzon (berbaik sangka) kepada orang tersebut. Bisa saja orang tersebut mendapat jabatan dan fasilitas kantor melebihi kita karena memang dia sudah berpengalaman di tempat lain dan punya kemampuan lebih. Jadikanlah hal tersebut sebagai pelecut semangat untuk meningkatkan kemampuan diri dan juga kualitas diri kita. Kita harus berkontribusi lebih untuk bisa memperoleh posisi tersebut.
Introspeksi diri juga perlu dilakukan. Coba lihat kembali diri kita, siapa tahu kita masih punya kekurangan yang menyebabkan kita masih berada di posisi saat ini. Awali kesuksesan kita dengan berani melihat kekurangan diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa memperbaiki diri dan lebih bersyukur dengan kondisi kita saat ini.
Allah memerintahkan kita untuk selalu bersyukur. Dalam Al Qur’an Surat Az Zumar ayat 66 Allah berfirman, “Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur."
Dalam kasus kedua tentang keluarga, kita juga harus melakukan beberapa hal di atas. Jangan menjadikan kekayaan sebagai tolok ukur kesuksesan. Jika kita tetap menjaga hubungan baik dengan seluruh anggota keluarga termasuk mertua kita, hal itu lebih bermakna daripada penghasilan yang tinggi dan rumah yang besar. Berusahalah untuk tetap menjadi suami/istri yang baik apapun perlakuan/perkataan orang terhadap kita. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk memahami diri kita, tetapi kita bisa memaksa diri kita sendiri untuk belajar memahami orang lain dengan sikap terbaik. Belajarlah untuk tetap bersyukur dengan kondisi kita saat ini. Jangan jadikan adik ipar yang lebih disayangi mertua kita sebagai orang yang patut kita singkirkan, tapi jadikanlah dia sebagai contoh yang patut kita tiru. Dengan begitu, kita akan berusaha untuk meningkatkan kualitas diri ita tanpa harus menurunkan kualitas orang lain.
Jika hal-hal di atas bisa kita lakukan, rasa iri hati bisa kita redam. Kita bisa hidup dengan tenang tanpa harus gelisah memikirkan keberadaan orang lain. Jangan pikirkan apa yang telah didapat orang lain tetapi pikirkanlah apa yang telah kita lakukan untuk orang lain. Kita harus selalu berbuat baik kepada orang lain tanpa harus mempedulikan apa yang telah orang lain lakukan kepada kita.
Firman Allah: “Dan carilah pada apa yang telah Allah karuniai kamu untuk kebahagiaan akhiratmu, namun janganlah engkau melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, dan berbuat ihsan lah (kepada orang lain) seperti Allah telah berbuat ihsan kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al Qashas:77)
Salam Berkah !
Satria Hadi lubis
Mentor Kehidupan