Ustadz, saya sedang down banget dengan diri saya. Saya masih saja mengulangi kesalahan yang sama padahal setelah itu saya selalu menyesal, menghukum diri saya dengan puasa atau hal lain, bahkan saya sering menangisinya. Tapi tetap saja dosa itu berulang, bahkan kini makin parah. Ustdadz, bahkan sekarang saya pesimis dengan diri saya sendiri bisa berubah. Saya takut Allah mengirimkan hukuman yang lebih besar kepada saya Mohon bimbingannya
Saudara, Nano, godaan untuk berbuat maksiat akan selalu ada seiring perjalanan waktu yang manusia tempuh di dunia ini. Perbedaannnya hanyalah pada kadar keinginan untuk melakukan kemaksiatan tersebut.
Bila kita selalu berpikiran reaktif terhadap kemaksiatan yang terjadi pada diri kita, biasanya tingkat imunitasnya sangat rendah. Kita akan mudah kembali terperosok dalam kondisi semula.
Menyesali sebuah kesalahan memang hal yang sudah seharusnya untuk dilakukan bahkan Anda menambahkannya dengan berpuasa dan hal-hal lain yang Anda sampaikan. Namun hal itu bukanlah taubat yang utuh melainkan baru seberapa bagian dari taubat itu sendiri. Inilah sebuah paradigma yang kurang dipahami oleh masyarakat umum.
Artinya, di samping menyesali dan menghukum diri, ada hal-hal lain yang harus pula kita lakukan untuk memperkuat ketahanan kita akan kemaksiatan tersebut tidak terulang kembali, di antaranya:
Bencilah perbuatan maksiat tersebut. Tanamkan pada diri kita hingga menjadi ‘musuh yang harus diperangi’. Setiap kali terbersit tentang hal itu, ingatlah bahwa Anda sangat membencinya dan ia adalah musuh bagi Anda.
Tingkatkan amal ibadah, baik ibadah yang wajib maupun yang sunnah. Bila selama ini kita sholat 5 waktu sering dikerjakan di rumah, mulailah mengerjakannya berjamaah di masjid. Kerjakan dengan tepat waktu dan rasa senang serta semangat untuk melaksanakannya.
Hati-hati dengan waktu luang. Di sinilah biasanya setan masuk untuk menggoda manusia. Saat tiada aktivitas yang menyita waktu, dorongan kemaksiatan biasa menghinggapi kita dari maksiat tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Oleh karenanya, bila ada waktu luang segera isi dengan hal-hal bermanfaaat. Misalnya, membaca buku atau pergilah ke toko buku, Buatlah pekerjaan yang menyibukkan anda seperti menanam pohon, membersihkan rumah atau hal lainnya. Intinya, jangan biarkan akal memikirkan hal-hal yang melenakan dan melupakan tekad kita untuk tidak mengulanginya lagi.
Berhijrahlah. Maksud berhijrah di sini adalah, keluarlah Anda dari komunitas yang selama ini memberi jalan pada Anda untuk berbuat kemaksiatan. Bila Anda berteman dengannya. Tinggalkan teman Anda tersebut dan carilah komunitas/ teman baru yang lebih sholeh dan lebih mendukung Anda untuk berubah. Misalnya Anda dapt bergabung dalam pengurus masjid/musholla, menjadi anggota majelis taklim dan sebagainya.
Bahkan bila tempat tinggal atau tempat kerja anda selama ini adalah tempat yang memudahkan Anda terprovokasi untuk berbuat maksiat. Anda harus mencari tempat tinggal atau kantor baru.
Istiqomahlah. Istiqamah adalah upaya manusia dengan tekun dan sungguh-sungguh, konsisten, dan kontinyu dengan pendirian yang teguh.
Di dalam Al-Qur’an istiqamah berkaitan dengan pengertian “pendirian yang teguh dan kokoh” sebagaimana firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS 46:13-14)"
Jauhkan rasa pesimisme. Kita adalah apa yang kita lakukan. Oleh karenanya, yakinlah bahwa Anda bisa berubah dan kembali ke jalan yang benar seperti semula. Bukan tugas kita untuk menghitung, diterima atau tidak pahala kita oleh Allah. Tugas kita hanyalah yakin dan percaya bahwa Allah SWT pastilah menerima taubatnya seseorang seberapa besarpun kemaksiatan yang telah dijalaninya. Karena Allah SWT itu Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Semoga bermanfaat.