Asw. Begini ustad, belum genap setahun saya hijrah ke jalan yang suci ini(jadi akhwat/jilbaber) saya sudah dihadapkan pada masalah yang bagi saya itu baru dan cukup menguras pikiran untuk menyelesaikannya.
Beberapa hari bulan yang lalu ada salah seorang ikhwan yang mengungkapkan rasa suka kepada saya. Dulu saya benci sekali dengan ikhwan itu, karena gayanya yang sok. Tapi setelah dia mengungkapkan perasaan cintanya, rasa benci saya yang dulu pernah ada dalam hati kini tiba-tiba menjelma menjadi cinta. Akhirnya saya pun mengungkapkan perasaan saya padanya saat ini, saya juga menceritkan padanya betapa bencinya saya dulu kepadanya. Saya ajak dia menikah, tapi ternyata dia belum siap. pacaran??? Itu tidak mungkin.
Setiap kali saya berusaha untuk melupakan dia, selalu saja ada yang menghalangi sehingga saya sulit melupakan dia, begitu juga sebaliknya.
Yang ingin saya tanyakan, bagaimana seharusnya saya bersikap? Mungkinkah dia cinta sejati saya?? Apa komentar ustad tentang masalah ini?? Sebenarnya saya tahu, bahwa langkah yang saya ambil itu salah. Tidak seharusnya saya ju2r kepada dia tentang perasaan saya. Tapi itu sulit sekali ustad. Syukron atas jawabannya.
Ananda Salsabila, perasaan cinta atau suka kepada sesuatu termasuk kepada manusia memang merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia. Namun harus diingat pula bahwa manusia mempunyai tugas (kalau boleh dikatakan beban) yang banyak dan mulia yang semuanya bermuara pada satu titik yakni ibadah pada Allah dengan benar-benar menyakini ke-esaanNya. Anda bisa melihat di surat Al-Hujurat (51) ayat 56.
Termasuk pula cinta didalamnya. Perasaan merupakan sesuatu yang abstrak yang bermain di dalam hati manusia. Dan dihati itu pula tempat bermain dan bergulatnya iman dan nafsu syahwat manusia. Kedua akan ‘bertarung’ untuk mengambil alih logika dalam memandang dan menganalisa sesuatu.
Semuanya kembali kepada diri kita sebagai pengelola hati ini. Ingin diperintah oleh nafsu syahwat atau tetap istiqamah menjadikan iman sebagai panglima di hati untuk mengatur dan mengarahkan akal dan logika agar selalu jernih dalam berpikir dan bersikap.
Oleh karenanya Ananda Salsabila, ketika kita mengetahui bahwa nafsu syahwat lewat kendaraan cinta telah mulai menggerogoti hati kita bahkan telah merambah pada akal pikiran yang lama-kelamaan agar menjauhkan kita pada rambu-rambu yang dilarangNya. Apakah kita harus terlena, dan mengikuti ’kesenangan semu” ini?
Sulit atau tidaknya kita melawan adalah tergantung dari paradigma kita. Kalau kita mau dan sungguh-sungguh melawan pastilah mudah dan gampang untuk diatasi. Jujur dan jernih dalam bersikap menjadi kunci Anda untuk memutuskan yang terbaik.
Semoga bermanfaat