Assalamu’alaykum warahmatullah
Bapak Satria yang saya hormati, terima kasih atas waktu yang Bapak berikan.
Saya seorang ibu RT biasa. Saya lulusan PT. Saya sangat senang membaca apa saja (sesuatuyangbermanfaat). Tapi, saya paling malas kalo berhubungan dengan pekerjaan ibu RT: apalagi yang namanya memasak dan beres-beres rumah.
Terkadang, saya menyesal, mengambil keputusan menjadi ibu RT: Kenapa dari dulu saya memilih jadi ibu RT; atau kenapa saya berani buat menikah; padahal lebih enak melajang, agar dapat mencapai puncak karir dan berbuat yang terbaik buat kesejahteraan masyarakat.
Saya baru menyadari, saya tidak seperti ibu RT yang sangat pintar bagi-bagi waktu: kapan masak, kapan beres rumah, kapan merawat diri. Pusing saya, yang mana harus didulukan?
Saya lebih sering jadi lemas memikirkan apa yang bisa saya lakukan biar saya bisa menghasilkan uang sendiri dan bisa nolong orang. Saya merasa terpuruk karena teman-teman sekolah saya statusnya lebih dari saya: yang berkarir atau yang ekonominya lebih mapan.
Kalau saya tidur, saya sering bermimpi ttg masa lalu. Masa saya sekolah. Jarang sekali mimpi masa-masa kini. Saya sering bermimpi akan menghadapi ujian sekolah, tapi di mimpi itu saya merasa saya belum belajar. Padahal, dulu di sekolah, nilai rapor saya cukup memuaskan.
Suami sering menasihati: berhentilah memikirkan masa lalu. Jangan ingin dipuji orang terus. Jangan terlalu banyak pikir. Kerjakan yang kecil-kecil.
Saya dengar ucapannya. Tapi saya nggak mampu berbuat itu. Rasanya saya ingin ‘bertapa/mengasingkan diri’ dulu barang sejenak. Saya bosan dengan diri sendiri. Bingung. Karir nggak ada. Jadi ibu RT juga gagal (nggak pintar-pintar juga masak, ngurus rumah, dll.). Menolong keluarga nggak punya juga nggak bisa. Saya pusing, mau jadi apa saya.
Keinginan saya dulu ingin jadi ilmuwan. Dulu saya malas bergaul. Belajaaaaaarrrr melulu. Tapi kenyataannya, hanya jadi ibu RT. Saya nggak terima ini. Bawaannya saya jadi seorang yang sangat-sangat malas. Keinginan saya: saya ingin jadi orang-orang hebatyangberkecimpung dalam dunia iptek. Tapi, saya nggak bisa membagi-membagi pikiran antara keinginan saya dang kenyataan saya bahwa saya cuma ibu RT.
Pertanyaannya: apakah saya sakit jiwa? Saya ingin diterapi. Tapi kata suami saya, obatnya ya dari diri sendiri.
Terma kasih atas perhatian Bapak. Minta maaf ya Pak, saya tidak bisa menulis dengan cara yang baik.
Wassalamu’alaykum warahmatullah
Ibu Hafi yang saya hormati,
Kejadian yang Anda merupakan fase di mana terjadinya perubahan lingkungan diri Anda dari kehidupan mandiri Anda yang kuliah dan belum mempunyai keterikatan dalam berumah tangga, menjadi seorang yang terikat dengan berstatus sebagai ibu rumah tangga yang waktunya banyak tercurah untuk mengurusi kegiatan yang berkenaan dengan rumah tangga.
Di samping itu Anda cenderung sebagai wanita yang lebih menyukai dunia luar dibandingkan sebagai wanita yang betah dirumah atau kesehariannya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Awali sebelumnya dengan memahami. Pahami tentang tugas dan fungsi seorang ibu rumah tangga. Buanglah jauh-jauh pemikiran salah bahwa sebagai ibu rumah tangga hanyalah pelengkap semata yang bertugas mengurus dan membersihkan rumah an sich. Carilah referensi dan bacaan yang berkenaan dengan ibu rumah tangga termasuk keistimewaannya.
Paradigma (mainset) yang salah tentang menjadi ibu rumah tangga menjadikan beban seseorang menjadi 2 kali lipat. Sudah fisik bekerja, pikiran pun menjadi ‘mumet’ yang ujung-ujungnya akan terbawa pada lingkungan sekitar, marah pada suami, pada anak-anak, mertua dan sebagainya..
Di samping itu Anda perlu untuk mempunyai kegiatan-kegiatan luar rumah. Hal ini untuk mengisi waktu luang Anda dan menghilangkan kebosanan. Misalkan merintis usaha, aktif sebagai anggota majelis taklim, berorganisasi dan sebagainya yang tidak mengganggu tugas Anda sebagai ibu rumahtangga.
Antara keinginan untuk diluar rumah/ berkarir dan sebagai ibu rumah tangga tentulah dapat di sinergikan. Bicarakan dengan suami tentang keinginan Anda dan hal-hal yang ingin Anda raih dan dapatkan.
Masa lalu tidak akan pernah kembali, yang ada hanyalah apa yang kita dapat raih di masa depan. Oleh karenanya katakanlah "Good bye masa lalu, Welcome masa depan." Jadilah orang optimis bahwa kita adalah hari ini yang ingin sukses di manapun berada termasuk menjadi ibu rumah tangga.
Semoga bermanfaat