Kebanyakan harokah/gerakan dakwah dari hari ke hari berjuang sebatas mempertahankan eksistensi diri. Sedikit sekali mendapatkan kesempatan untuk menyusun perencanaan tahunan, lima tahunan dan sepuluh tahunan.
Berbagai aktivitasnya hanya dimenej melalui tantangan terhadap berbagai krisis yang sedang terjadi. (Celakanya lagi) sering kali terjadi aktivitas rutinitas itu berubah menjadi spontanitas (yang kehilangan ruh/spirit, sehinga terlihat dengan nyata sebagai gerakan yang reaktif)…
Tidak memiliki perencanaan kerja yang dirancang sebelum beraktivitas telah menyebabkan ketidak jelasan dalam merumuskan target, distribusi/penempatan SDM yang buruk (bukan berdasarkan the right man on the right place, bahkan dalam banyak kasus didasari like and dislike) telah menyebabkan kekacauan dalam menentukan skala prioritas dan kehilangan menentukan arah yang jelas.
Kita masih belum mampu menjelaskan posisi beridri kita sekarang di mana dan berapa jarak antara kita dengan target-target yang akan dicapai. Kita juga belum mampu bersandar pada uslub/metode yang sistematis dalam mengevaluasi berbagai aktivitas kita.
Akibatnya, kita berjalan dalam keadaan kondisi yang tidak menyadari tingkat produktivitas kita atau beban-beban yang ditimbulkannya, tanpa peduli terhadap perencanaan yang sehat dan kuat dan keharusan berpindah dari quadrant “bekerja apa yang mungkin” kepada quadrant “bekerja sesuai yang harus dikerjakan”.
(bersambung insya Allah)