Sungguh gerakan dakwah telah mengabaikan media komunikasi dengan dunia yang ada di sekitarnya (sehingga terbagun sebuah komunitas yang ekslusif). Sejak awal, gerakan dakwah tidak menggalakkan anggotanya untuk menutupi kelemahan ini sehingga menyebabkan pengaruh gerakan tersebut dalam masyarakat jauh dari apa yang seharusnya.
Dengan demikian, gerakan dakwah membiarkan competitor/pesaingnya (gerakan-gerakan sekularisme, liberalisme dan sebagainya) menguasai media massa sehingga dengan mudah melukiskan gambaran yang rusak dan buruk tentang gerakan dakwah itu. Gerakan dakwah tidak diberi peluang dan kesempatan secara adil untuk membela diri dengan efektif.
Sesungguhnya gerakan dakwah harus mencetak kader-kadernya dengan jumlah yang cukup dalam dunia media massa sehingga mereka menjadi insan media profesional. Di negara-negara yang gerakan dakwah terlibat pemilihan umum sangat diingatkan untuk hal tersebut, apalagi gerakan politiknya belum sampai ke tingkat yang diharapkan. (Malah sebaliknya, jutaan dolar dihabiskan untuk biaya pemilu yang tidak memberikan pendidikan politik yang baik (islami), melainkan belajar politik Micaville).
Adapun dunia penerbitan internal kebanyakannya belum menarik dan bahkan tak jarang pula yang menyebabkan masyarakat lari. Tidak ada yang sabar menelaah produk-produknya kecuali anggota-angota yang punya semangat luar biasa. Adapun pembaca yang bukan kader gerakan dakwah, mereka menjauh dan tidak mau membaca terbitan-terbitannya. Terbatasnya penyebaran terbitan gerakan dakwah tersebut mengisayaratkan hakikat yang sesungguhnya.
(Sangat disayangkan, baik media cetak, maupun elektronik yang berbau Islam, lahir bukan dari tangan-tangan kreatif kader gerakan dakwah, termasuk juga lembaga Islam lainnya seperti ekonomi syari’ah, asuransi syari’ah dan sebagainya. Melainkan lahir dari kalangan Muslim yang tidak terlibat gerakan dakwah. Kader-kader gerakan dakwah baru sampai sebatas tataran teori kendati sudah terlibat gerakan dakwah puluhan tahun dan bahkan umur gerakan dakwah sudah hampir 80 tahun).
Gerakan dakwah juga melupakan pengarahan terhadap sebagian tamatan SLTA nya untuk menekuni berbagai lapangan yang banyak dibutuhkan seperti ilmu sosial, media, informasi dan komunikasi, public services, kepolisian dan hukum. Kehilangan strategi dan perencanaan terhadap berbagai lapangan ini telah melahirkan akibat yang fatal terhadap gerakan dakwah. Gerakan dakwahpun telah membayarnya dengan harga yang mahal.
(insya Allah bersambung)