Saya melihat gerakan dakwah itu gagal membangun dialog dalam tiga level. Internal (terhadap anggota ditanamkan sam’an wa tho’atan/dengar dan taati, tidak ada peluang untuk dialog, apalagi debat terbuka), dengan sesama jamaah Islam lain dan dengan kelompok-kelompok yang bukan Islam apakah yang berlandaskan agama ataupun sekularisme. Akibat dari kegagalan tersebut lahir pemahaman-pemahaman borjuis (sektarian) di kalangan anggotanya.
Sedangkan efek negatifnya sangat jelas, yaitu teori-teori keislaman senantiasa jauh dari lapangan eksperimental dan realitas kehidupan nyata (seperti ukhuwah, wala’ [loyalitas], baro’ [disloyalitas] dan sebagainya). Akibat lain dari hilangnya dialog tersebut ialah kejumudunan berfikir dan ketidakmampuan memperkaya pemikiran yang diperlukan untuk mematangkan gerakan dakwah itu sendiri.
Salah paham di antara jamaah/gerakan dakwahpun tak terhindarkan yang mengakibatkan hilangnya tsiqah (kepercayaan) dan pada waktu yang sama muncul permusuhan, padahal mereka hidup dalam satu masyarakat.
Di samping itu, gerakan dakwah juga gagal membangun dialog dengan para penguasa setempat yang masih mengaku Islam, kendati terkadang sangat memusuhi dan tidak toleran terhadap Islam. Akhirnya, yang diperlihatkan gerakan dakwah selama ini hanya dua bentuk interaksi saja : perlawanan berdarah-darah seperti yang banyak terjadi di negeri-negeri Arab atau menjilat dan menjual gerakan dakwah itu kepada penguasa, seperti yang terjadi di Indonesia dan sebagainya.
Saatnya dirumuskan bentuk lain yang memungkinkan terjadinya dialog antara gerakan dakwah dengan penguasa/pemerintah yang masih belum menerima Islam sebagai The Way of Life. Potensi itu sangat besar jika saja gerakan dakwah maupun penguasa/pemerintah sama-sama ingin selamat dunia dan akhirat.
Poin lain yang harus dinyatakan dan diperlihatkan serta dibuktikan gerakan dakwah ialah bahwa mereka sama sekali tidak menginginkan kekuasaan apalagi haus kekuasaan. Yang mereka inginkan hanya keselamatan mereka, umat mereka dan negeri mereka di dunia mauapun di akhirat kelak.
(insya Allah bersambung)