Melihat pentingnya persoalan tentang penyimpangan dalam dakwah dan betapa bahayanya hal tersebut, sekaligus sebagai apresiasi terhadap usulan beberapa orang ikhwan, wajarlah kita membincangkannya sekali lagi untuk memberi penjelasan yang lebih lanjut di samping kita beriltizam untuk tidak menuduh dan buruk sangka kepada siapa pun.
Yang paling kita utamakan di sini ialah golongan pemuda Islam yang bersemangat untuk merealisasikan kebaikan untuk Islam. Kesalahan di dalam konsep, kedangkalan di dalam kefahaman itulah yang membuat mereka tergelincir dan jatuh.
Mereka tergelincir dan terseleweng dari segi fikrah dan harakah. Semakin hari semakin bertambah penyelewengannya dan terus menyimpang dan dalam berbagai kegiatan dan tindak-tanduknya kecuali jika mereka diberi rahmat oleh Allah dan dibawaNya kepada Siratul-Mustaqim -jalan yang lurus.
"Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain lalu kamu dicerai-beraikan dari jalan-Nya, demikianlah Allah mewasiatkan kepada kamu agar kamu bertaqwa". (Al-An’aam: 153)
6.1 Kontradiksi dan Kesulitan
Seorang muslim yang bersemangat dan mencermati sekitarnya akan mendapati masyarakat kita penuh dengan kontradiksi dan pertentangan yang hebat di antara waqi’ (realiti) yang merusak masyarakat ini dengan bentuk dan konsep yang dikehendaki oleh Islam untuk masyarakat Islam.
Dia akan dapati bahwa kehidupan di hari ini dihinggapi begitu banyak dosa, dilanda kemungkaran dan dilumuri maksiat lahir dan batin. Di sisi lain, dia mendapati kehidupan Islam yang bersih dari semua itu. Lantaran itu dia berdukacita dan sangat hiba. Manakah yang mesti dipilih dan diikuti?
Adakah dia akan menyerah bulat-bulat kepada realitas dan bersikap negatif seperti kebanyakan orang yang dengan mudah bisa melupakan segala apa yang diwajibkan Islam. Islam mewajibkannya berusaha mengubah realitas dan suasana yang rusak itu dari terus terbenam ke lembah maksiat dan mungkar dengan mengubah ke suasana yang Islami. Ataupun dia mesti bersikap positif, tegas dan tangkas lantas menyahut seruan akidahnya yang mendesak.
Sikap ini nanti memberi dorongan kuat kepadanya supaya dia bekerja dan berusaha merubah suasana yang rusak itu kepada suasana Islami. Biasanya dia akan memilih yang kedua itu karena akidah sebenarnya mempunyai pengaruh yang kuat ke jiwa manusia. Saat itulah dia akan memikirkan segala tindakan, cara dan jalan. Hal ini terutama berlaku di kalangan anggota yang baru dilatih dan kurang pengalaman.
Jika sekiranya tidak ada siapa yang memberi pengarahan dan membimbingnya kepada jalan berfikir, berusaha dan tindakan yang benar, mungkin dia akan memilih jalan yang menyimpang dan terus terdorong di dalam penyimpangan sedangkan dia masih menganggap bahwa dia tetap di atas jalan yang benar dan cara yang bijaksana. Lalu, ia menyalahkan usaha orang lain yang tidak sejalan dengannya. Ini akan membahayakan usahanya dalam rangka membawa kabaikan kepada Islam dan Muslim.
6.2 Siapakah Yang Bertanggungjawab
Apakah kita patut menyalahkan si penyimpang itu sendiri dan menganggap dia saja yang bertanggungjawab padahal kita tahu niatnya baik? Ataupun kita periksa dan teliti sebab-sebab sebenarnya yang bertanggungjawab yang menyebabkan hal itu terjadi. Kekosongan ruhiyah golongan pemuda, kontradiksi yang maha hebat antara realitas masyarakat yang rusak dengan idealisme masyarakat Islam yang dicita-citakan, penindasan, gangguan dan penyiksaan yang dahsyat yang ditimpakan kepada para duat, menjadi pertimbangan kuat terjadinya penyimpangan tersebut.
Sepatutnya jamaahlah yang mengarahkan, menunjukkan dan membimbing mereka melalui jalan dakwah menurut perjalanan RasuluUah di zaman silam, begitu juga kita berjalan di atasnya pada hari ini dan seterusnya hingga kita menemui Allah. Inilah faktor utama yang membawa para pemuda kepada penyelewengan.
Mereka tergelincir dari segi fikrah dan harakah (gerakan). Misalnya, kita melihat hukum-hukum yang membahayakan akidah disebarkan dengan mudah. Jadi dalam hal ini, kita mesti berusaha mengatasi sebab-sebab yang hakiki itu sekiranya kita hendak mengantisipasi masalah agar tidak menjadi besar.
Kita mesti merasakan bahwa menjadi kewajiban kita menerangkan kepada para pemuda Islam tentang jalan yang benar dan sahih untuk fikrah dan amal Islami di dalam perlaksanaan kalimah-kalimah ini dengan bimbingan dari pengalaman generasi terdahulu dengan mengharap hidayah dan taufik dari Allah.
6.3 Syumul dan Berpandangan Jauh
Kita mesti mempunyai pandangan yang syumul (lengkap) dan mendalam dalam bekerja untuk Islam karena urusan ini bukan semata-mata hanya melayani semangat yang ceroboh. Pengalaman dan ujian pahit masa lalu telah menunjukkan kepada kita bahwa semangat yang meluap-luap bukanlah bukti kekuatan iman penganutnya, malah ia menunjukkan kedangkalan jiwanya dan kurangnya persediaan serta tidak bersabar di atas kesusahan jalannya.
Biasanya terlintas di fikiran mereka bahwa emosi, lonjakan dan semangat yang meluap-luap itu dapat merealisasikan sesuatu untuk Islam yang tidak dapat direalisasikan oleh orang sebelumnya. Lebih jauh, mereka menuduh orang yang tidak setuju dengan lonjakan emosi dan luapan semangat sebagai orang yang banci dan lemah.
Sesungguhnya, tugas, kewajiban yang diusahakan oleh para duat untuk merealisasikan hukum Islam adalah besar dan agung. Bukan hanya sekadar perubahan sampingan yang juz’i dan artifisial. Sesungguhnya ini adalah perubahan yang menyeluruh, yaitu membangun daulah Islam yang menyeluruh karena dakwah kita adalah bersifat sejagat dan untuk seluruh manusia.
Musuh dakwah Islam juga merupakan dunia internasional, tidak hanya di suatu tempat tertentu saja. Dunia hari ini bukan dunia semalam. Pengaruh alat-alat komunikasi yang moden tidak meninggalkan suatu bagian dari bumi ini terasing dari yang lainnya. Segala peristiwa yang terjadi di suatu bagian bumi menimbulkan reaksi yang cepat di seluruh dunia yang mesti diberi perhatian dan perhitungan yang sewajarnya.
6.4 Jalan Yang Sahih
Sesungguhnya beratnya tugas ini, banyaknya rintangan dan penindasan, leluasanya pantauan musuh-musuh Islam terhadap kebangkitan Islam dan harakah Islam, tidak dapat dijadikan alasan dan sebab untuk meninggalkan kerja dan usaha untuk Islam. Perlu diubah kenyataan yang batil dengan menegakkan daulah yang hak, tetapi mesti dengan jalan yang sahih dan benar.
Menanam kuat asas akidah di dalam jiwa, mendidik dan mempersiapkan generasi mukmin yang benar dan mampu bangkit membuat perubahan, membangunkan rumahtangga muslim yang menjelmakan Islam dalam seluruh kegiatan dan aspek kehidupan, bekerja dan berusaha sungguh-sungguh memenangi public opinion (pandangan orang banyak) supaya mereka memihak kepada dakwah Islam.
Faktor-faktor ini merupakan dasar yang kokoh untuk menegakkan undang-undang dan daulah Islam. Inilah jalan yang sahih dan benar untuk menegakkan dan memenangkan dakwah Islam di muka bumi ini tanpa terburu-buru untuk mencapai hasil. Ini karena sesungguhnya waktu itu diukur dengan umur dakwah bukan umur perseorangan.
Mungkin ada orang berkata: "Jalan ini lambat dan tidak mungkin melahirkan cita-cita yang diharapkan. Lebih-lebih lagi dengan adanya hambatan di setiap persiapan dan kelengkapan yang dibawa oleh pendukung kebatilan, lalu dengan mudah gerakan Islam akan diruntuhkan satu demi satu".
Kita jawab: "Sesungguhnya pendapat ini tidak benar karena sejarah mendustakannya. Sirah Rasullulah s.a.w. mengatakan dan menegaskan bahwa sesungguhnya dakwah Allah yang dikumandangkan oleh Rasulullah s.a.w. telah berjalan di atas jalan seperti ini, di dalam suasana yang serupa di zaman ini, namun demikian baginda dapat memantapkan dasar-dasarnya".
Akhirnya Allah memberi kemenangan kepada baginda walau bagaimana pun besarnya penentangan pendukung kekufuran dan kebatilan dengan segala tipu daya. Kelengkapan kekufuran dan jahiliah tidak mampu meruntuhkan kekokohan asas orang yang beriman lantaran kekuatan iman dan akidahnya dan sekarang sejarah akan mengulangnya lagi.
Allah akan memberi kemenangan kepada yang hak dan menghapus yang batil walaupun dibenci oleh golongan kekufuran dan benarlah Allah Yang Maha Agung di dalam firmanNya:
"Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi menfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ".(Ar-Ra’ad: 17)
6.5 Mengubah Realitas dan Manghapus Kemungkaran
Sesungguhnya rasa tanggungjawab untuk merubah realitas masyarakat yang buruk dan hina serta berlumpur dengan segala adat buruk tidaklah berarti terpaksa dirubah secara total dan memerangi secara langsung atau memasuki medan pertentangan. Ini akan melibatkan para pendukungnya masuk ke dalam satu pertarungan juz’iah yang mungkin memburukkan program amal Islami dan menjauhkan manusia dari para da’i malah membangunkan tembok penghalang di antara manusia dengan mereka tanpa menemui jalan kebenaran.
Jangan disangka dengan meruntuhkan tempat yang dianggap manusia sebagai tempat keramat dan sakti akan dapat menghalangi orang awam membuat perkara yang bertentangan dengan syariat Islam di sekitar tempat yang dianggap keramat itu atau akan menghalang mereka dari membangun lagi bangunan keramat seperti itu pada masa akan datang. Jangan menyangka bahwa dengan meruntuhkan kedai-kedai arak dan tempat-tempat hiburan akan menghapuskan kemungkaran dan kemaksiatan dan akan membersihkan masyarakat daripadanya.
Di zaman mutakhir ini ada kejadian di mana segolongan manusia meruntuhkan beberapa bangunan hiburan dan kedai arak. Apakah yang terjadi sesudah itu? Para pendukung maksiat dan mungkar segera membangun lagi bangunan-bangunan yang lebih hebat daripada sebelumnya.
Mereka berkata: "Mereka meruntuhkannya dan merobohkannya tetapi Allah memperkembangkannya dan memperbaikinya". Demikianlah pendukung maksiat dan mungkar dengan sombong dan berani mereka kepada Allah. Itulah yang dipropagandakan melalui surat kabar.
Ini cuma satu contoh saja dan masih banyak lagi contoh-contoh lain dan lebih bahaya dari itu yang mesti kita waspadai. Karena sesungguhnya merubah kemungkaran dengan cara seperti ini di dalam peringkat dakwah seperti sekarang ini bukanlah cara yang betul. Jangan pula disangka bahwa tanpa berbuat demikian kita redha menerima realita yang buruk dan merusakkan. Jangan pula menyangka bahwa kita telah mengakui kemungkaran. Tiada faedahnya kalau berusaha memperbaiki cabang-cabang padahal pokoknya telah rusak binasa.
Marilah layangkan pandangan kita kepada Rasulullah s.a.w. di dalam peringkat dakwah baginda di Mekah. Tidak mampukah baginda menyuruh sebagian sahabatnya supaya meruntuhkan berhala-berhala yang berdiri di sekitar Ka’bah di Masjidil Haram dengan tujuan menghapus kemungkaran atau membunuh orang dari peminpin kufur untuk melemahkan kekuatan dan kekuasaan mereka.
Rasulullah s.a.w. tidak pernah menyuruh berbuat demikian di dalam marhalah itu kerana tindakan juz’iah seperti itu akan menambah kemarahan para pendukung syirik dan penyembah berhala yang memang telah marah kepada Rasulullah s.a.w. dan para sahabat baginda. Sebagai tindakbalas, mereka akan bersungguh-sungguh mencari orang-orang mukmin di setiap tempat untuk bertindak lebih keras lagi kepada mereka dan terus membunuh mereka seluruhnya. Sementara, orang-orang mukmin pada waktu itu baru merupakan benih yang lemah.
Kemudian para pendukung syirik dan berhala itu akan membangun semula berhala mereka di situ dan boleh jadi lebih baik daripada yang telah diruntuhkan.
Rasulullah s.a.w. menunggu waktu dan hari yang sesuai, barulah setiap berhala itu diruntuhkan tanpa menerima tentangan dan akhirnya mereka tidak tegak lagi sesudah itu. Ini terjadi setelah tentara mujahidin dari Madinah datang menaklukkan kota Mekah sebagai pusat kekufuran dan jahiliah di tanah Arab itu.
Setahun sebelum peristiwa besar itu terjadi, Rasulullah dan muslimin bertawaf di Baitullah padahal berhala itu masih berada di sekitar Ka’bah dan orang-orang kafir Quraisy berada di luar Mekah.
Namun demikian, Rasulullah belum menyuruh sahabat-sahabatnya meruntuhkan berhala-berhala itu. Mengapa? Karena belum tiba masa yang sesuai, tetapi kemudiannya berhala-berhala itu telah dimusnahkan apabila waktu yang sesuai:
"Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu sesuatu yang pasti lenyap".(Al-Isra’: 8)
Sepohon kayu yang besar dan keras batangnya, berasal dari tangkai yang lembut dan beransur-ansur naik tinggi, menurut hikmah yang dikehendaki Allah. Setiap kali ditiup angin kencang atau dihantam taufan, dia meliuk lembut dan condong bersama angin tetapi setelah badai itu reda, dia akan tegak kembali.
Waktu demi waktu, perlahan dia tumbuh dan membesar, akarnya terus menjalar di setiap penjuru, batangnya terus membesar dan keras sedikit demi sedikit dan condongnya pula berkurang bersama tiupan angin sehingga tiba waktu sempurna kekuatan batangnya, kedalaman dan kejauhan jalaran akar umbinya dan mampu tegak menghadapi angin taufan. Di waktu itulah dia tidak akan patah dan tidak dapat dicabut oleh angin ribut.
Cobalah kita fikirkan batang yang tinggi pada mulanya dan keras tentu mudah dipatahkan oleh angin ribut atau dicabut badai. Demikian juga dakwah Islam di waktu tumbuh dan berkembangnya di peringkat lemah dan sedikit pendukungnya, adalah tidak sesuai menghadapi musuh dengan kekuatan dan kekerasan, tetapi mestilah dihadapi dengan kesabaran, ketabahan, ketahanan, redha menerima segala derita sehingga ia menjadi satu organisasi yang kuat.
Demikianlah pula sebaliknya, adalah tidak benar kalau kita paksa pokok yang telah keras batangnya untuk tunduk dan condong sebab yang demikian itu sangat berbahaya. Demikian juga halnya dengan harakah Islam, apabila dia telah kuat, tidaklah ia redha menerima tingkat posisi yang lemah. Oleh kerana itu, di waktu itu telah turun firman Allah:
"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiayai. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu ".(Al-Hajj: 39)
6.6 Kesabaran, Ketahanan dan Penyampaian Dakwah
Gambaran ideal dan benar dalam jihad di tahap permulaan dakwah tergambar di dalam kesabaran atas gangguan dan ketahanan di medan dakwah serta bersungguh-sungguh menjalankan dakwah. Proses ini kadangkala mengakibatkan istisyhad (mati syahid) sebagaimana yang terjadi kepada Yassir dan Sumayyah r.a.
Tiga unsur yang sangat penting di peringkat pertama dakwah ialah sabar, tetap bertahan (istiqamah) dan menyampaikan dakwah. Itulah rahasia kehidupan dakwah Islam. Itulah sebab-sebab yang mengekalkannya dan mengembangkannya.
Sesungguhnya contoh-contoh kesabaran dan ketahanan seperti Yasir, Sumaiyah dan Bilal serta lain-lain sahabat Rasulullah s.a.w. telah membawa peranan penting dan utama untuk dakwah pada waktu itu. Dari sinilah kita senantiasa mendapat bekalan dan kekuatan yang mendorong kita meneruskan dakwah dan jihad setiap kali kita membaca sirah mereka.
Kelihatan pada zahirnya ada orang yang menyangka bahwa sikap tersebut sebagai sikap dan tindakan negatif. Sangkaan tersebut salah karena hakikatnya itulah yang positif. Di dalam kesabaran, ketahanan dan terus menyampaikan dakwah, inilah pemberian, penanggungan dan penentangan terhadap pendukung kebatilan berkesudahan dengan kekakalahan mereka dengan kekuatan iman dan kekuatan akidah para penganut Islam di masa itu. Kekalahan sedemikian telah
dirasai oleh Abu Jahal berhadapan dengan kesabaran dan ketahanan Bilal r.a.
6.7 Jihad dan Menjual Diri Kepada Allah
Sebagian pemuda bertanya: "Selagi jihad itu perlu dan kita telah berjanji menjual diri dan harta kepada Allah, mengapa kita tidak berjihad dan menyerahkan harta kepada Allah?"
Saya jawab: "Sesungguhnya orang yang telah menjual diri dan hartanya kepada Allah, tidak berhak mengorbankan diri dan hartanya itu sebarang waktu dan amal yang dikehendakinya, tetapi mestilah pada waktu dan di dalam amal dan usaha yang telah ditentukan oleh syariat Islam.
Sesungguhnya Allahlah yang mengarahkan, di dalam kerja apa, dan bagaimana kita menyerahkan jiwa dan harta kita. Apakah di tengah-tengah gangguan, penindasan, penyiksaan, kesabaran dan ketahanan ataupun di tengah-tengah peperangan, jihad dan penentangan kepada musuh-musuh.
"Janganlah kita mudah didorong oleh sentimen, atau terburu-buru mempercepat datangnya natijah serta buahnya lalu kita membuat kerja-kerja, usaha-usaha dan pertarungan yang juz’iah di mana kita mengorbankan jiwa dan harta kita tanpa membawa faedah yang nyata untuk dakwah.
Tindakan-tindakan begini membawa keuntungan dan menambah kekuatan para pendukung kebatilan. Satu dari pengertian indah di dalam masalah ini ialah sepotong kata-kata hikmah, "Orang yang telah menjual dirinya kepada Allah tidak berhak ke atas orang yang menyiksanya. Sesungguhnya Allahlah yang mempunyai hak ke atasnya apakah Dia hendak mengampuninya ataupun menyiksanya".