Allah menjadikan manusia dari tanah lalu dia meniupkan ruhNya. Pada diri manusia terdapat beberapa tarikan: ada tarikan ke dunia supaya dia merasa kerasan di dalamnya. Ada juga tarikan rabbani (ketuhanan) menariknya naik ke langit. Itulah dia medan Jihad, lapangan perjuangan dan mujahadah. Di situlah kita melatih diri, menerima ujian fitnah, antara condong ke dunia dan berusaha mencapai rahmat Allah.
"Barangsiapa yang menginginkan keuntungan di akhirat, akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menginginkan keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya satu bahagian pun di akhirat." As-Syuura: 20
Barang siapa yang berusaha mengurangi kecenderungan duniawi dan mengangkat dirinya naik ke langit, dia berjalan di atas jalan dakwah dan mengarungi berbagai bukit rintangan dengan pertolongan dari Allah dan taufikNya. Barangsiapa yang memandang ringan godaan dan tarikan duniawi, tidak berjihad melawan nafsunya, lambat laun nafsunya akan mengalahkannya dan menguasainya, lalu dia terperangkap dan tergoda dengan dunia, sehingga dia terjatuh kepada murka Allah dan siksaNya.
"Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah kamu cintai lebih dari Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik". At-Taubah: 24
9.1 Usaha Mencari Rezeki
Seorang pemuda atau pelajar Islam yang melalui jalan dakwah, sebenarnya masih ringan dari beban menanggung anggota keluarga. Ia belum memasuki dunia mencari rezeki dan masih mudah melangkah di atas jalan dakwah tanpa mengalami ujian komitmen, tekanan atau gangguan. Tetapi setelah dia tamat pendidikan, mereka akan terikat dengan pekerjaan atau menyandang satu jabatan.
Mulaiah dia merasa adanya konflik antara pekerjaan dengan iltizamnya yang lama dia pelihara. Berkemungkinan perasaan yang demikian mendorongnya untuk membatasi kegiatan dakwahnya dan mengurangi jihadnya. Gerakan dakwahnya pun mulai melambat dan akhirnya berhenti di tengah jalan. Ia akhirnya, tidak mau meneruskan perjalannya di bidang dakwah. Sekiranya dia tidak mempunyai iman yang teguh, akidah yang mantap dan keazaman yang kukuh, pastilah dia tidak akan mampu melepas rintangan dan halangan itu.
Kekuatan imanlah yang akan memudahkan dia meneruskan perjalanannya di dalam urusan dakwah Islam dengan penuh keyakinan bahwa Allah swt. itulah yang Penjamin rezeki. Jabatan hanyalah satu alat untuk dipergunakan demi mencapai dan merealisasikan cita-cita di dunia ini untuk mencapai keridhaan Allah. Oleh karena itu, sarana tertentu tidak boleh diubah menjadi rintangan yang menghalangi kita mencapai tujuan.
9.2 Isteri dan Anak-Anak
Sesudah kita menerangkan bagaimana jabatan bertukar menjadi penghalang yang mulanya menjadi wasilah, muncullah pula peranan perkawinan dengan segala perkara yang berhubungan dengannya. Muncullah pula berbagai beban, sekatan-sekatan dan tarikan yang memperdayakan seseorang hingga condong kepada kehidupan duniawi dan ingin melekat kepadanya. Demikian juga anak-anak yang kita kasihi mengikat kita.
Kita sibuk mengurus urusan dan segala keperluan mereka hingga membuat kita risau memikirkan berbagai masalah untuk kepentingan mereka. Semuanya itu mungkin mempengaruhi orang yang berjalan di atas jalan dakwah dan inilah yang selalu mengganggu dakwah. la menghalangi pendukung dakwah untuk meneruskan dakwah dan jihad pada jalan Allah dan boleh jadi (semoga di jauhkan Allah dari perkara sedemikian) berhenti langsung dari dakwah dan jihad Islam.
Benarlah Allah yang Maha Agung ketika ia berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isteri kamu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka."At-Taghabun: 14
Adapun orang yang beriman dengan iman yang benar, yang telah berjanji dengan Allah untuk bekerja di jalan dakwah, maka sesungguhnya dia akan beriltizam dengan sunnah Rasulullah lalu dia berikhtiar sebaik-baiknya untuk memilih isteri yang salih yang akan menolongnya melaksanakan tugasnya di dalam urusan dakwah Islam, bukan merintangi perjalanannya. Isteri inilah yang akan bekerjasama dan bergandeng tangan dalam mendidik dan membentuk generasi yang salih untuk menjadi penyejuk mata dan menggembirakan hati mereka. Anak-anak ini nanti yang akan memuliakan agama Allah dan membangun daulah Islam di muka bumi.
Alangkah baik dan indahnya doa hamba Ar-Rahman yang terlukis di dalam Al-Quran:
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa". Al-Furqan: 74
Lantaran itu, dia bersama dengan isteri dan anak-anaknya senantiasa berada di atas jalan dakwah ini. Dia bersama keluarganya dan jamaah Islam berjalan terus di atas jalan dakwah dan menjadi qudwah hasanah (contoh teladan yang baik) sebagai keluarga Islam teladan dan menjadi tiang yang teguh untuk membangun masyarakat Islam.
Kita telah melihat di dalam sejarah dakwah Islam di zaman silam dan zaman modern ini beberapa banyak isteri-isteri solehah yang menunjukkan jasa-jasa yang besar dan gemilang, menjadi pendamping, penyokong dan pendorong kepada suami mereka.
Contoh yang paling ideal dan paling istimewa dari mereka ialah Saidatina Khadijah r.a., Ummul Mukminin yang utama dan pertama itu. Mata air umat Islam ini tidak pernah kering dari kebaikan sepanjang masa. Kita juga dapat menyaksikan di zaman modern ini beberapa contoh dan model yang indah dan istemewa dari isteri-isteri muslimah yang solehah, sabar dan tabah menanggung penderitaan bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun mengalami berbagai bentuk gangguan dan penyiksaan, mereka dipaksa masuk penjara yang gelap gulita dan penuh penyiksaan yang kejam dan sengsara.
Isteri-isteri yang solehah itu menerima segala-galanya dengan ridha dan bergembira dengan mengharapkan keridhaan Allah. Justru mereka bangun melindungi, mendidik, mengurus anak-anak dan segala keperluan hidup tanpa henti dan jemu di samping senantiasa mendorong suami-suami mereka supaya tetap bertahan di atas kebenaran, berhadapan dengan kezaliman para thagut. Mereka senantiasa menenangkan hati suami mereka.
Ada pula sebagian dari isteri yang solehah itu dimasukkan kedalam penjara yang gelap gulita dan di dalam tahanan penuh dengan berbagai gangguan dan penyiksaan. Mereka tetap bersabar dan ridha menanggungnya tanpa mundur dari jalan dakwah dan tidak pernah bergeser dari jihad dan perjuangan Islam.
9.3 Mabuk Dunia dan Harta
Ada satu lagi rintangan yang mengancam sebagian dari pendukung dakwah. Rintangan ini memerlukan penguasaan yang keras karena daya tarikannya juga sangat keras. Yaitu terbukanya dunia kepada mereka, berkembangnya urusan mencari harta, mudah memperoleh harta sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya mendapati dirinya dimabuk harta. Segala waktunya, usahanya, kegiatannya, tenaga pemikirannya ditumpukan untuk mencari dan melonggokkan harta. Akhirnya dia menjadi alat harta dan dikuasai oleh harta yang pada mulanya dicari untuk menjadi alat dakwah dan jihadnya, alat untuk mencari keridhaan Allah.
Sesungguhnya mencari harta yang halal itu tidak boleh dihalang, bahkan digalakkan di dalam syariat Islam. Tetapi, ia hanya alat dan bukan menjadi tujuan utama, bukan tujuan yang besar di mana ia menumpukan segala pemikiran dan ilmu semata-mata kepadanya saja sehingga menghalangi para pendukung dakwah dari melaksanakan urusan dakwah Islam. Harta itu juga tidak menghalanginya dari melaksanakan hak-hak Allah di dalam harta itu. Mengorbankan sebagian darinya pada jalan Allah dianggap sebagai satu perbuatan yang terpuji dan tanda bersyukur. Tetapi tuntutan dan keperluan dakwah tidak cukup hanya seukuran itu saja.
Lihatlah contoh-contoh yang ditunjukkan oleh Saidina Utsman r.a., Saidina Abdul Rahaman bin Auf r.a. dan para sahabat Rasulullah saw. yang mempunyai harta yang banyak yang diperoleh dari perniagaan mereka. Semuanya itu tidak menyibukkan mereka dan tidak menghalangi mereka dari melaksanakan tugas-tugas dakwah dan berjihad di jalan Allah. Lebih dari itu, mereka telah mengorbankan sebagian dari harta mereka dengan mudah dan ridha pada jalan Allah tatkala kepentingan dakwah menghendaki yang demikian itu.
Cinta harta dan mabuk dunia bisa menyelusup masuk dalam diri dan meresap dalam jiwa. Dari situlah, orang yang mabuk dunia menjadi dunia sebagai tujuan utama bukan lagi sarana dakwah dan alat mencari keredhaan Allah. Mereka menjadi lalai dari menunaikan perkara-perkara wajib, terlebih lagi yang sunat. Bukan itu saja. Mereka memfokuskan seluruh gagasan dan usahanya untuk menimbun harta hingga sampai ke satu peringkat di mana mereka menjadi hamba harta lalu enggan berpisah dari harta sehingga dia dijemput oleh maut. Hanya kematian atau sesuatu kejadian yang memaksa mereka meninggalkan harta yang amat dicintai.
Akhirnya mereka menghadapi penyesalan dan hisab yang sangat teliti di hari Akhirat. Jadi orang yang beriman, yang benar, wajib mengawasi dirinya dengan pengawasan yang sangat keras supaya tidak jatuh tersungkur di dalam rintangan seperti. Harta yang sedikit yang mencukupi adalah lebih baik dari harta yang banyak tetapi melalaikan.
Imam Muslim telah meriwayatkan sabda Rasulullah s.a.w. : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah Islam dan diberi rezeki yang mencukupi sesuai dengan keperluannya dan memberi kepuasan kepadanya dengan apa yang telah dikurniakan kepadanya."
9.4 Suara-Suara Penghalang dan Pelemah Yang Melemahkan
Sebagian lagi dari rintangan-rintangan yang patut kita perhatikan agar kita tidak memandang ringan bahayanya ialah suara-suara atau bisikan-bisikan yang menghalangi dan melemahkan. Suara-suara itu berupa bisikan kepada para pendukung dakwah dari sekitarnya. Bentuknya begitu beragam, bisa berupa nasihat, taujihat, ajaran-ajaran dan bahkan ancaman dari pihak yang hatinya berpenyakit. Mereka ini adalah golongan yang lemah kemauan untuk meneruskan perjalanannya dan tidak’ sanggup lagi memikul tanggungjawab dakwah yang besar dan susah karena lebih mengutamakan kenyamanan dan keselamatan diri daripada panas teriknya api jihad dan nyala dakwah Islam.
Al Quranul Karim telah menyuruh kita berhati-hati dan berwaspada dari golongan manusia seperti itu dan memberitakan kepada kita berbagai bentuk uslub, cara-cara, pengaruh dan tipu daya mereka terhadap dakwah dan pendukungnya. Allah membalas mereka dan membuka kedok mereka di dalam firmanNya yang bermaksud:
"Dan mereka berkata: ‘Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.’ Katakanlah: ‘Api nereka jahanam itu lebih dahsyat panasnya jikalau mereka memahami." At-Taubah: 81
"Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: ‘Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang benar." Ali lmran: 168
"Jika mereka berangkat bersama-sama kamu niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka dan tentu mereka akan bergegas maju ke celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan di antaramu, sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang yang zalim." At Taubah: 47
Adakalanya bentuk ancaman yang menakut-nakutkan itu datangnya dari musuh-musuh Allah dan kekuatan mereka tetapi Al-Quran menceritakan kepada kita bagaimana orang-orang mukmin yang benar-benar beriman telah berjaya menghadapi saranan dan propaganda yang menakut-nakuti itu. Malah iman mereka semakin bertambah dan penyerahan diri mereka kepada Allah lebih pasrah dan bertawakal penuh kepadaNya.
Al-Quranul Karim juga menceritakan kepada kita bagaimana akibat dan natijah yang baik telah dicapai oleh orang-orang yang beriman. Al-Quran menggambarkan kepada kita akan hakikat propaganda yang menakut-nakutkan itu hanyalah merupakan uslub dan cara-cara iblis yang terkutuk sebagaimana firman Allah Taala:
"(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan RasulNya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan bertakwa, ada pahala besar. (Yaitu) orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka." Kata-kata itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan kurnia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakutkan kamu dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman." Ali lmran: 172-175
Al-Quran Al Karim melarang kita merasa hina, lemah dan tidak berdaya sebagaimana firman Allah:
"Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamu orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman." Ali lmran: 139
"Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderita, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ". An Nisaa’: 104
Firmannya lagi:
"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah. Dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang sabar." Alilmran: 146
Lantaran itu, pendukung dakwah yang berjalan di atas jalan dakwah dan telah menjual dirinya kepada Allah. Mereka harus berwaspada dan tidak terpengaruh dengan suara-suara sumbang dan propaganda-propaganda yang menakut-nakutkan yang semata-mata bertujuan menyekat perjalanan dakwah dan para pendukungnya.
Hendaklah mereka percaya dengan sepenuh jiwa kepada Allah dan pertolonganNya dan bertakwalah kepadaNya dan janganlah suaranya lemah apabila berhadapan dengan kebatilan. Alangkah indahnya mutiara kata-kata dari Imam as-Syahid Hassan al-Banna dalam pengertian itu:
"Kekuatan paling bagus apabila berada di dalam kebenaran, dan seburuk-buruk kelemahan ialah apabila ia berada di pihak yang batil."
9.5 Kekerasan Hati Karena Lama Istirahat
Ini adalah satu lagi rintangan yang memerlukan kewaspadaan karena ia tidak muncul sekaligus, tetapi secara perlahan dan berangsur-angsur sehingga hampir-hampir tidak disadari oleh orang yang berjalan di atas jalan dakwah. Yaitu kekerasan hati lantaran telah lama sangat jauh dari kegiatan dakwah. Lalu tekad dan kemauannya melemah untuk terus bergiat dan berusaha dalam urusan dakwah dan pada akhirnya tekad itu pun akhirnya padam di dalam dirinya.
Kehangatan Islam sudah tidak terasa lagi dan pengaruh dakwah sudah tidak menusuk hati dan tidak berminat lagi untuk melibatkan diri dengan urusan dakwah dan melaksanakan tugas-tugas jihad pada jalan Allah. Hatinya semakin hari semakin berkarat sehingga tatkala membaca al-Quran hatinya tidak mendapat kesan apa pun, shalatnya tidak khusyuk, kadang-kadang lupa lalu meninggalkan shalat beberapa hari dan waktu tanpa sesal dan rugi dalam diri.
Akhirnya dia mendapati dirinya jauh dari sifat-sifat mukmin seperti yang digambar oleh Allah di dalam al-Quran:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah keimanan mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal." Al-Anfaal: 2
Allah swt. menyuruh kita berwaspada supaya kita tidak jatuh tersungkur di dalam kekerasan hati seperti ini di dalam firmanNya:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk hati mereka mengingati Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan kitab. Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."Al-Hadid:16
Untuk menjaga diri dari halangan ini, pendukung dakwah yang berjalan di atas jalan dakwah mestilah senantiasa memelihara dirinya supaya tidak terasing dari saudara-saudaranya agar senantiasa berada di dalam amal dan kegiatan dakwah. Tolong-menolong di dalam kebaikan serta saling berpesan tentang kebenaran dan kesabaran. Dia mesti membiasakan dirinya dengan tugas-tugas dan saudara-saudaranya yang bekerja dan beramal di bidang dakwah. Dia mestilah senantiasa memperbaiki hubungannya dengan kitab Allah dan selalu memeriksa dirinya (muhasabah) sendiri dengan segala perbuatannya satu demi satu. Di samping itu saudara-saudaranya wajib memberi peringatan apabila dia lupa dan menolongnya beramal apabila dia telah ingat.
9.6 Sungguhpun Demikian, Kita Tidak Boleh Merasa Aman
Barang siapa berjalan di atas jalan dakwah tidak boleh merasa aman walau sekejap mata. Kalau dia telah merasa aman dari rintangan, dia akan menyangka bahwa dia telah dapat mengatasi segala rintangannya, serta merasakan bahwa jalan yang sedang dijalaninya telah bersih dari segala rintangan. Atau, dia yakin bahwa dia telah sampai kepada ketahanan dan kekuatan iman yang menjamin kemampuannya untuk mengatasi semua rintangan yang mengganggu perjalanannya.
Kita tidak boleh menganggap bahwa apabila kita telah sukses melintasi satu rintangan, rintangan itu tidak akan berulang lagi beberapa kali. Kita mesti sadar bahwa setan dan seluruh konco-konconya dan pembantu-pembantunya dari kalangan musuh-musuh Allah akan terus menunggu dan mengintai para duat dan senantiasa mencoba memalingkan mereka dari dakwah dan jihad mereka di jalan Allah dan jalan kebenaran.
Hanya orang-orang yang mengenali Tuhan mereka, meminta perlindungan kepada Allah dari segala kejahatan mereka saja yang terlepas dari tipu muslihat setan. Allah memuliakan mereka dengan menetapkan pendirian mereka di dalam kebenaran.
"Dan jika kamu berjumpa suatu godaan setan maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Al-A’raaf: 200
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan mereka. Dan teman-teman mereka yaitu orang-orang kafir dan fasik membantu setan-setan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-henti menyesatkan." AlA’raaf: 201-202
"Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan dunia dan di Akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan membuat apa yang dia kehendaki." Ibrahim: 27
Kita memohon kepada Allah supaya Dia menetapkan kita di atas jalan dakwah, menjauhkan kita dari segala kesalahan, melindungi kita dari segala kejahatan diri kita, dari kejahatan setan dan mewafatkan hidup kita dengan kebaikan. Amin.