Agama ini memang harus mempertahankan diri dari setiap serangan yang datang. Karena keberadaannya merupakan proklamasi umum pengabdian hanya kepada Allah, Tuhan Seru sekalian alam dan proklamasi pembebasan umat manusia dari pengabdian diri kepada sesama manusia. Juga, merupakan eksistensi organisasi yang aktif di bawah satu arahan baru yang bukan arahan jahiliyah, serta lahirnya sebuah masyarakat bebas yang berbeda dengan yang telah ada, yang tidak menuhankan kekuasaan terhadap sesama umat manusia, karena kekuasaan yang sebenarnya adalah kepunyaan Allah SWT.
Ya, dengan keberadaan agama ini dalam bentuk yang disebutkan tadi, dengan sendirinya mengancam masyarakat jahiliyah yang ada di sekitarnya, yang ditegakkan atas dasar pengabdian oleh manusia atas sesama umat manusia. Dengan sendirinya pula masyarakat jahiliyah akan berusaha menyerang dengan tujuan untuk memusnahkannya sama sekali dengan maksud mempertahankan hidup masyarakat jahiliyah. Dan dengan demikian, masyarakat Islam yang baru muncul itu pun terpaksa mempertahankan dirinya.
Inilah konflik yang tak dapat dielakkan. Sebab, hal ini menyatu dengan lahirnya Islam sendiri. Inilah pertarungan yang mesti dihadapi oleh Islam, dan sama sekali tidak dapat dielakkan. Inilah sunnatullah yang tak dapat dihindarkan.
Ini semuanya adalah fakta dan kebenaran. Mengikut pandangan inilah Islam mesti mempertahankan hidup dan wujudnya, dan ia pasti sanggup mengarungi medan perjuangan mempertahankan dirinya. Hal ini pasti dan tidak dapat dielakkan.
Ada satu lagi hakikat yang lebih penting daripada yang telah disebutkan tadi, yaitu telah menjadi sifat dasar Islam bahwa ia senantiasa bergerak terus menerus tanpa mempedulikan halangan dan rintangan, untuk menyelamatkan manusia di dalam bumi daripada terpaksa mengabdikan dirinya kepada yang lain selain Allah. Hal ini tidak dalam lingkungan geografi saja, tidak juga dalam golongan dan kaum saja, dengan membiarkan manusia, semua jenis umat manusia di atas bumi ini tunduk di bawah kekuasaan kejahatan, kemusnahan dan pengabdian diri kepada yang lain selain Allah.
Sesungguhnya kekuasaan apa pun yang menentang Islam telah membuat keputusan untuk tidak lagi menyerang Islam, seandainya Islam sanggup membiarkan mereka meneruskan sikap dan dasar pengabdian diri kepada yang lain selain Allah, dalam lingkungan mereka sendiri, dan dalam batas negeri mereka sendiri. Kalaulah Islam sanggup membiarkan mereka menjalankan peranan mereka dengan cara tidak mendakwah Islam dan menyebarkan proklamasi umumnya itu.
Tetapi Islam tidak pernah mau toleran dengan mereka, kecuali setelah mereka mengaku akan tunduk dan patuh di bawah kekuasaan Islam dalam bentuk membayar jizyah, sebagai jaminan bagi terbukanya pintu dakwah Islam tanpa diganggu-gugat oleh kekuasaan apa pun di dalam negeri itu.
Ini tabiat asal agama ini. Inilah dia tugasnya; karena ia adalah proklamasi umum mengenai ketuhanan Allah Seru Sekalian Alam, dan proklamasi umum mengenai kebebasan umat manusia dari pengabdian apa pun yang ditujukan selain Allah di kalangan seluruh umat manusia.
Bandingkan sendiri antara Islam dalam bentuk yang asli ini dengan bentuk ’olahan’ yang termanipulasi dalam ruang yang sempit, ruang seperti negara dan suku, yaitu Islam yang senantiasa di dalam ketakutan.
Sesungguhnya motif gerakan Islam itu lahir dengan jelas sekali bila saja difahami benar bahwa agama ini ialah ajaran dan panduan Allah untuk hidup umat manusia, bukan ajaran dan panduan bikinan tangan manusia, bukan suatu aliran fikiran dan isme yang khusus bagi suatu golongan tertentu saja, juga bukan sekadar untuk suatu golongan manusia saja. Kita tidak akan meraba-raba mencari motif dari luar kecuali bila kita telah kehilangan pijakan dan kita bingung mengenai hakikat yang agung itu yaitu bila saja kita lupakan bahwa masalah ini ialah masalah “ketuhanan” Allah dan “kehambaan” manusia kepada Allah. Setiap orang yang mengerti akan hakikat ini tidak mungkin meraba-raba mencari panduan yang lain, mengenai pengertian jihad dalam Islam.
Jarak antara kedua persimpangan jalan ini tidak begitu jauh; yaitu antara konsep bahwa Islam itu terpaksa mengarungi perjuangan yang tidak dapat dielakkan lagi, karena keberadaannya berdampingan dengan masyarakat jahiliyah yang akan menghantam keberadaan Islam itu sendiri dan bahwa Islam harus memulakan gerakan dan menghayun langkah masuk ke gelanggang perjuangan jihad. Memang jarak antara keduanya tidak begitu jauh karena dalam kedua konsep itu pun ia (Islam) pasti akan mengarungi pertarungan itu! Tapi pada peringkat akhirnya, perbedaan antara keduanya akan nampak jelas sekali, mengubah perasaan dan pengertian keislaman begitu hebat dan menonjol.
Memang terlalu jauh jaraknya antara konsep bahwa Islam itu suatu program dan panduan Ilahi yang datang untuk melaksanakan ketuhanan Allah SWT untuk seluruh alam ini, dan melaksanakan kepatuhan seluruh umat manusia kepada Allah Yang Maha Esa, serta mengesahkan pelaksanaan itu dalam realita, yaitu di dalam bentuk sebuah masyarakat yang menjamin kebebasan manusia dari pengaruh pengabdian oleh sesama umat manusia, dengan menumpukan ibadat kepada Allah SWT saja, dan menghayati syariat Allah saja sebagai undang-undang negara menjadi lambang kekuasaan Allah; atau dengan perkataan lain, ketuhanan Allah itu menjelma di dalam kenyataan dan realita. Dengan demikian, ia berhak dan mampu menghancurkan semua halangan dan rintangan di tengah jalan supaya ia dapat berdialog langsung dengan fikiran dan hati kecil setiap individu tanpa sesuatu halangan pun, baik yang berbentuk sistem politik negara, atau berbentuk realita masyarakat itu.
Memang jarak pemisahnya terlalu jauh antara konsep cara ini terhadap Islam, dengan konsep dan anggapan bahwa ia hanya sekadar suatu sistem lokal bagi sebuah negeri tertentu saja, yang hanya berhak mempertahankan diri dalam lingkungan yang sangat sempit.
Yang pertama tadi ialah suatu konsep dan yang kedua juga memang satu konsep walaupun dalam kedua-dua konsep itu Islam pasti akan berjihad; tapi konsep umum terhadap motif dan tujuan jihad dan hasilnya adalah berlainan dan berbeda sejauh-jauhnya, berbeda dalam segi kepercayaan dan berbeda dalam segi tektik dan strategi.
Adalah menjadi hak Islam bahwa ia bergerak dari dasar, sebab ia bukan satu agama untuk suatu golongan tertentu saja. Ia juga bukan hanya sekadar suatu sistem hidup untuk suatu daerah dan negeri tertentu saja, tapi ia adalah suatu program dan panduan Tuhan, dan suatu sistem untuk dunia seluruhnya. Adalah menjadi hak Islam untuk bergerak menghancurkan halangan-halangan yang berbentuk sistem-sistem dan realita yang menyekat kebebasan manusia untuk berusaha mencari dan memilih sendiri.
Islam juga menjamin bahwa ia tidak akan menyerang setiap individu dan memaksa mereka menerima akidahnya. Ia hanya akan menyerang dan menghantam sistem-sistem dan realita untuk membebaskan setiap individu dari pengaruh yang merusak fitrah umat manusia dan membelenggu kebebasan memilih.
Islam berhak membebaskan umat manusia dari mengabdikan diri dan memuja sesama hamba Tuhan, supaya mereka hanya mengabdikan diri dan memuja Allah Yang Maha Esa supaya ia dapat melaksanakan dan menyebarkan kandungan proklamasi umum mengenai ketuhanan Allah atas seluruh alam ini, dan membebaskan seluruh umat manusia.
Pengabdian diri kepada Allah Yang Maha Esa tidak akan terlaksana – baik dalam pandangan Islam dan dalam realita hidup – kecuali di bawah lindungan sistem Islam, sebab hanya Islam sajalah sistem yang dijadikan. Allah untuk mengatur semua urusan hamba-Nya, baik yang memerintah maupun yang diperintah, baik yang berkulit putih atau berkulit hitam, baik yang jauh atau yang dekat, baik yang miskin atau yang kaya; melalui suatu undang-undang yang dipatuhi oleh mereka semua.
Kalau di bawah sistem-sistem yang lain, maka dengan sendirinya umat manusia menyembah dan mengabdikan dirinya kepada sesama hamba Tuhan; karena mereka mengambil peraturan hidup mereka dari sesama hamba Tuhan; sedangkan kekuasaan membuat peraturan dan undang-undang itu adalah menjadi salah satu dari sifat Allah SWT.
Siapa saja yang mendakwa dirinya mempunyai hak untuk membuat undang-undang bagi kehidupan manusia, maka sesungguhnya orang itu telah mendakwa dan menepuk dada bahwa dirinya mempunyai sifat-sifat ketuhanan, apakah dia mengakui hal ini secara terus terang atau pun tidak. Siapa saja yang mengagungkan seorang manusia lain dengan mempunyai hak atas dirinya berarti dia mengakui orang itu mempunyai hak ketuhanan dan berkuasa atas dirinya; apakah dia menyebut perkataan ketuhanan atau tidak.
Selain itu, Islam itu bukan hanya suatu akidah saja, sehingga ia bisa merasa puas hati dan cukup dengan hanya menyampaikan dakwah mengenai akidahnya saja kepada umat manusia; bahkan ia adalah suatu program dan panduan yang mesti dilaksanakan di dalam gerakan organisasi bagi kebebasan umat manusia. Organisasi yang tidak bergerak dan bertindak dengan berpandukan dasar Islam, tidak mungkin menyusun hidup rakyat jelatanya dengan berpandukan program Islam.
Dengan demikian Islam, sistem-sistem itu harus dihapus karena semuanya merupakan penghalang kepada kebebasan seluruh umat manusia. Ini – seperti kita katakan tadi – berarti kekuasaan dan agama itu adalah kepunyaan Allah saja dan tidak ada seorang hamba pun yang boleh mempunyai hak dan kekuasaan kepada hamba Allah, seperti halnya dalam seluruh sistem yang ditegakkan di atas dasar pengabdian manusia atas sesama umat manusia.
Sebenarnya, para peneliti Islam di zaman modern ini, selalu merasa kecewa menghadapi realita zaman sekarang melalui rekaan kaum orientalis yang licik. Ini disebabkan karena kaum orientalis yang licik itu selalu membuat gambaran bahwa Islam adalah suatu gerakan kekerasan yang menggunakan senjata untuk memaksa orang menganut akidahnya; sedangkan kaum orientalis yang kurang ajar itu tahu benar bahwa gambaran itu bukanlah suatu hakikat dan kebenaran. Mereka sengaja menyembunyikan fakta yang benar mengenai hakikat jihad di dalam Islam dengan cara ini.
Di samping itu, berusahalah golongan yang kecewa tadi, kononnya, untuk menjaga citra dan nama baik Islam, juga Jihad Di Jalan Allah dengan tujuan hendak menafikan tuduhan-tuduhan itu -lalu mereka mencari-cari alasan untuk mempertahankan diri, dengan melupakan sama sekali hakikat dan tabiat Islam yang asli dan melupakan fungsi dan peranannya yang benar dan melupakan haknya dalam usaha membebaskan seluruh umat manusia.
Sebenarnya, fikiran para peneliti zaman modern ini telah dikaburi oleh pandangan-pandangan ala barat terhadap fungsi dan peranan serta tabiat agama dengan mengatakan bahwa agama ini ialah urusan akidah semata-mata, yang bersarang di lubuk hati; tidak satu pun mempunyai kaitan dengan sistem dan realita hidup. Dengan demikian, perjuangan karena agama itu berarti perjuangan untuk akidah semata-mata, supaya ia dapat bersarang di lubuk hati manusia.
Bukanlah begitu pandangan Islam; sebab Islam adalah panduan dan program Allah untuk hidup umat manusia. Program yang berasaskan tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT dengan sifat-sifat ketuhanan yang menjelma di dalam bentuk kekuasaan, dan mengatur hidup tadi dengan mengikuti perincian-perincian yang telah ditetapkan.
Perjuangan untuk Islam itu adalah berarti: jihad dan perjuangan untuk melaksanakan program dan panduan itu. Ada pun akidah, maka ia adalah suatu hal yang berkait dengan rasa dan selera hati, di bawah lindungan suatu sistem universal itu, sesudah tabir yang menutupnya disingkap, dengan demikian halnya berlainan sama sekali dan ia menjelma dalam bentuk baru dan sempurna.
Di mana saja ada organisasi Islam, yang menjunjung tinggi dan menghayati program dan panduan Tuhan; maka dengan sendirinya berarti Allah memberikan kepadanya hak bergerak untuk memikul kekuasaan dan melaksanakan programnya, di samping membiarkan masalah akidah itu menjadi masalah individu yang berkaitan dengan kesadaran masing-masing. Kalaulah Allah SWT melarang golongan Islam dari melakukan jihad untuk suatu masa, maka itu adalah masalah taktik saja dan bukan masalah prinsip. Masalah mengendalikan organisasi bukan masalah akidah.
Atas dasar yang jelas dan terang inilah, kita boleh memahami nas-nas dan petunjuk Al-Quran yang bermacam-macam bentuknya itu mengikuti perkembangan sejarah yang silih berganti, mengikuti pasang surut hidup umat manusia.
Kita hendaklah jangan sekali-kali mencampur aduk dalil-dalil dari ayat-ayat yang bersifat sementara dan menyusun strategi perjuangan jihad dengan ayat-ayat yang merupakan dalil umum bagi organisasi Islam, yang tidak berubah-ubah di sepanjang zaman.