Muqaddimah edisi Pertama
Segala puji bagi Engkau ya Allah karena kemuliaan wajah-Mu dan kekuasaan- Mu yang agung. Maha suci Engkau ya Allah dengan pujian yang tidak terhingga, Engkau adalah yang paling layak untuk memuji diri-Mu dengan pujian yang sempurna.
Shalawat dan salam sejahtera semoga Engkau curahkan kepada hamba-Mu, Nabi-Mu Muhammad, keluarga dan sahabatnya, sebagaimana Engkau curahkan shalawat dan alam kepada nabi Ibrahim dan keluarga Ibrahim di alam ini, Sungguh Engkau begitu terpuji dan mulia.
Wahai saudara muslim
Engkau mengadu pada kami, Engkau melihat populasi umat Islam selalu bertambah dari tahun ke tahun, aktifitas keIslaman mereka secara lahir lebih berlipat ganda, perpustakaan Islam begitu megah dan spektakuler dengan khazanah ilmu keIslaman yang beragam. Umatpun memadati perpustakaan itu dengan penuh antusiasme yang besar. Namun yang menjadi ironi bagi umat ini, usaha untuk menjadi sebuah masyarakat Islami dengan hukum Islamnya terasa jalan di tempat, kalau tidak dikatakan kembali ke belakang. Apa rahasia di balik kontradisi ini, bagaimana mungkin fasilitas yang begitu memadai tidak membuahkan hasil yang kita harapkan.
Kami berusaha menjawab kontradiksi ini, Sesungguhnya umat ini saling terpecah, bahkan saling menelikung antara satu dengan yang lain, perpecahan telah melumatkan amal kebaikan dan memangkas buahnya. Engkau bisa bayangkan bila perpecahan ini mengarah kepada sikap saling membelakangi.
Engkau mungkin bertanya : “Mengapa para pejuang kebathilan bisa bertemu, bersatu, bersinergi dengan baik, sementara pejuang kebaikan tidak bisa, tidak bisa bersatu dalam kebenaran dan bahkan membelakangi satu sama lain.”
Kami menjawab lagi, Pejuang kebathilan memilki ketulusan usaha dalam menyebarkan kebathilannya, mereka tahu bahwa kebathilan itu tidak akan tegak jika tidak ada titik temu dan sinergi antara mereka, tidak terbersit dalam diri mereka untuk menodai kesepakatan bathil mereka. Mereka disatukan oleh pentingnya kerjasama dalam kebathilan. Mereka tidak mungkin menelikung karena mereka yakin mitra mereka bersungguh-sungguh dalam kerja team, walaupun di belakang mereka berbeda agenda.
Adapun pejuang kebaikan, tidak memiliki ketulusan usaha mereka dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana yang dimiliki oleh para pejuang kebathilan, kebenaran mereka berakhir dengan kesengsaraan dan kehampaan, sementara kebathilan yang diagendakan para pejuang kebathilan membuahkan kebesaran nafsu dan syahwat mereka. Para pejuang kebaikan terlihat oleh mata kepala kita berpegang kepada kebenaran dan mengajak kepadanya, namun dibelakang ada agenda nafsu pribadi yang tersembunyi. Sebagian pejuang itu berkoar-koar dengan kebenaran dalam pertemuan, ceramah, khutbah dan orasi mereka, namun ketika kebenaran menuntut hak dan pengorbanan dari mereka, maka mereka pun lari dan menjauh dengan teratur.
Apabila fenomena ini menggejala di kalangan para pejuang kebaikan maka hilanglah rasa tsiqah di antara mereka. Pertemuan yang terjadi, dan kerjasama yang berkembang dalam medan dakwah hanya akan menyentuh sisi yang tidak penting dan sempit cakupannya. Mereka tidak akan berhasil dalam agenda kebaikan mereka, karena belum sampai mereka pada tujuan mereka, angin perpecahan akan menerpa mereka dan memperokporandakan kebersamaan mereka.
Saudara muslim
Kami mengerti, ketika engkau membaca jawabanku ini, engkau akan terpaku dalam kepedihan yang mendalam, lalu bangkit untuk berpisah dari jamaah dan terus dirundung oleh pikiran-pikiran yang tidak berujung.
kami telah menyadari akan terjadinya hal ini, seakan-akan dengan tulisan ini aku telah membenamkan engkau dalam kebingungan yang tak bertepi, kami ibarat seorang dokter yang hanya bisa mendiagnosa kritisnya penyakit seorang pasien, tanpa seucap kata atau tulisan resep yang mengobati atau meminimalkan rasa sakit.
Kami berlindung dari perbuatan seperti ini, kami tidak ingin mematikan potensi diri dan menutup optimisme, karena perbuatan ini sama saja dengan menambah penyakit di atas penyakit yang berujung kepada kematian.
Perasaan ini telah menyelamatkan kami, kami tidak ingin seperti orang yang melihat sebuah krisis yang bertambah-tambah lalu berlalu begitu saja tanpa berusaha sedikitpun untuk mengubahnya, bahkan ia beranda-andai, apabila ia tidak bertemu dengan musibah krisis itu, apalagi mengobatinya. Inilah yang dilakukan oleh kebanyakan manusia yang tahu, tahu tapi pura-pura tidak tahu, atau tidak mau tahu sama sekali.
Sebagai rasa tanggung jawab, kami akan siapkan resep untuk penyakit yang telah diidap oleh umat kita. Kalau memang engkau tidak sempat berjumpa denganku dalam satu majlis, maka aku buatkan kado untukmu buku kecil yang dapat engkau jumpai dimanapun engkau berada. kami berharap, setelah engkau membaca dengan seksama resep yang telah kami tulis, engkau bangkit dan berusaha untuk melaksanakannya dengan baik. Engkau tahu, obat itu pahit rasanya, dan tidak ada penawarnya kecuali manisnya iman yang ada di dalam dada.
Sebagai seorang muslim yang beriman, kita yakin sekali kepada Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, di tangan-Nya segala kebaikan dan kekuasaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Saudara seiman
Resep obat yang aku tawarkan kepadamu itu, sebenarnya sudah dipaparkan oleh Al Quran dan dijelaskan oleh rasulullah saw dalam haditsnya. Obat itu adalah berlepas diri dari “Dosa batin.”
Mungkin engkau bertanya, Bagaimana dengan dosa dhahir, bukankah dosa itu juga harus dienyahkan ?
Kami menjawb : “Ya, dosa dhahir juga harus dienyahkan, hanya saja dosa ini maklum bagi setiap manusia, terlihat oleh khalayak ramai, dan kebanyakan manusia akan menghindarinya.”
Peringatan akan bahaya dosa dhahir sudah ada dengan sendirinya, yang sering dilupakan adalah dosa kedua, yakni dosa batin. Apabila umat Islam menganggap ringan dan remeh dosa ini maka tunggulah kehancurannya. Segala usaha dan aktifitas Islam yang mereka lakukan tidak berguna, semuannya hanyalah kesia-siaan dan kehampaan.
Semakin nyata pentingnya obat penawar ini, karena ia tersembunyi, sulit untuk dideteksi dan diukur, kalau saja dia bisa dideteksi dan diukur, maka akan mudah kita mengawasinya, sebagaimana pengawasan kita kepada shalat, puasa, zakat dan dosa amalan-amalan praktis yang terlihat.
Ditambah lagi, kondisi umat Islam saat ini abai akan obat penyakit dosa batin ini, mereka tidak bergerak aktif untuk mengenalinya apalagi memanfaatkannnya. Mereka juga tidak menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam membangun sebuah masyarakat yang Islami.
Bertolak dari pemikiran di atas, kami berusaha menjelaskan tentang obat penyakit dosa batin ini, untuk mengisi kekosongan peran umat, yang mengabaikan masalah penting ini, padahal mereka telah berulang-ulang membicarakannya dalam kitab Allah swt dan sunnah Rasul-Nya.
Kami persembahkan tulisan ini untuk pribadi kami sendiri, karena kami yakin resep obat ini adalah penting buat kami, juga untuk umat Islam umumnya, karena umat ini tidak akan tegak jika penyakit ini berkembang dan menlumpuhkan sendi-sendinya, layu sebelum berkembang.
Kepada Allah lah kami bertawakkal, berharap akan taufiq dan kembali ke haribaan-Nya.
Muhammad Said Ramadhan Al Buthy