Jebakan Pemikiran Musuh Islam (2)

KRISIS AKHLAQ GERAKAN ISLAM
Sebuah Upaya Rekonstruksi Gerakan Islam Masa Depan

Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy*

***

B.1. Apakah yang bertanya seorang mukmin

Pertanyaan seperti ini biasanya meluncur dari mulut orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan mengingkari keberadaan-Nya. Di dalam diri mereka tertanam kebencian kepada agama dan prinsip-prinsipnya, yang mendorong mereka untuk menghapus iman orang-orang mukmin. Mereka membuat rencana dan sarana untuk menghembuskan keraguan akan Allah dan keberadaan-Nya. Mereka mengada-adakan permasalahan yang dibuat secara sengaja untuk menutup akal orang-orang mukmin dari kebenaran.

Pengingkaran terhadap agama ini mereka anggap sebagai kenikmatan hakiki yang menjadi hobi mereka sebelum mereka memahami dengan akal sehat. Ketika hati mereka merasa nyaman dengan pengingkaran ini, merasakannya sebagai kenikmatan dalam gaya hidup dan prilaku mereka dan memanfaatkan seluruh potensi untuk kesenangan nafsunya ini, lalu mereka bangun di atas pengingkaran mereka, teori dan ideologi.

Mereka membuat asumsi-asumsi sesuai dengan keinginan nafsu mereka, mereka urai dan jabarkan layaknya masalah yang kelihatannya logis. Banyak orang yang mendiskusikan asumsi mereka, padahal asumsi mereka hanyalah hayalan belaka, mereka menutup mata ketika menanamkan asumsi utama di hati mereka yang paling dalam.

Gaya mereka sama seperti orang yang suka mengingkari kepakaran seseorang dalam salah satu cabang ilmu pengetahuan, kemudian di atas pengingkaran itu ia membodohkan pakar tersebut. Kemudian pelabelan bodoh atas pakar itu mereka jadikan sebagai alasan klaim mereka atas ketidakpakaran pakar tersebut.

Seandainya mereka sadar dengan perbuatannya, maka mereka pasti tahu, bahwa mereka telah berputar-putar di tengah lingkaran tuduhan salah yang dibangunnya sendiri. Kalau mereka tidak menuduh pakar tersebut sebagai orang bodoh, maka tidak mungkin mereka akan menganggap salah dan bodoh analisanya. Jika bukan karena salah persepsi mereka ini, maka mereka tidak memiliki argumen apapun dalam tuduhannya.

Mereka sedari awal memang tidak memiliki keyakinan akan adanya Allah swt, kalau mereka memang memiliki keyakinan, maka sudah pasti mereka akan mengatakan bahwa Allah adalah Yang Maha Adil, karena yang namanya Tuhan itu pasti Adil. Jika mereka yakin, maka mereka pasti membenarkan risalah para Nabi alaihimussalam dan yang mereka bawa, yang menjelaskan tentang hakikat, awal, akhir kehidupan dan kaitannya dengan yang ada di belakangnya.

Kalau mereka beriman, maka mereka pasti memahami rahasia diadakannya manusia di alam ini, mereka sadar akan amanah yang dibebankan atasnya dalam hidup ini. Mereka akan tahu bahwa tidak ada masalaah dalam fenomena kehidupan dunia yang mengajak kepada keraguan dan pengingkaran akan adanya Allah. Mereka akan menemukan keserasian yang indah antara fenomena hidup dan amanah yang dibebankan atasnya dalam hidup ini, sehingga ia akan menemukan bukti nyata akan realitas kehidupan akhirat yang abadi.

Kita sampai kepada ilmu yang meyakinkan ini, karena di awali oleh keyakinan kuat yang mendahuluinya, yakni keyakinan akan adanya Allah swt, tanpanya maka tidak akan selesai teka-teki alam semesta ini dan tidak akan berhenti pikiran kita dari pencarian dan perenungan yang sia-sia.

Mereka yang membuta dari hakikat yang jelas di depan mata ini, berputar-putar di tengah lingkaran yang tak berujung pangkal. Mereka rela melakukan ini dengan harapan bisa menularkan kebingungan mereka kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka, tersihir oleh kebohongan mereka dan tidak menemukan jalan untuk lepas dan keluar dari mereka.

Mereka adalah orang-orang yang tidak layak untuk diajak bicara dan diajak ke meja diskusi.

Kalau memang ada kata yang layak untuk diucapkan kepada mereka, maka tidak lebih dari yang kami katakan ini :

“Berhentilah kalian membahas masalah ini. Sekalipun seluruh penduduk dunia ini berkumpul untuk menjawab permaslahan yang kalian ungkapkan, maka kalian pun tidak akan pernah terima. Kembalilah kepada masalah utama, kalian tidak memiliki iman kepada Allah, Tuhan pencipta alam semesta. Ungkapkan pertanyaan dan pembahasan kalian bersamaan dengan hakikat utama ini, tanpa kalian tenggelam dalam tuduhan-tuduhan kalian yang muncul karena kebodohan kalian sendiri.”

Hanya saja ada sekelompok orang yang ada di sekitar mereka, yang tidak ingkar seperti mereka dan tidak menjadikan ateisme sebagai sarana kerja mereka. Bisa jadi di hati mereka ada satu sisi kecil keimanan kepada Allah dan keesaannya, namun mereka tidak memiliki dasar ilmu yang memadai untuk menutupi kekurangan mereka pada dasar aqidah Islamiyyah, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para pegiat ghazwul fikri mudah sekali menggoyahkan hati mereka, mereka gampang jatuh dalam kebingungan dan keraguan, tanpa tahu bagaimana keluar dari kondisi tersebut.

Bertolak dari sinilah, kami melihat memberikan jawaban atas pertanyaan itu dengan tuntas dan rinci adalah hal yang niscaya. Bukan semata-mata untuk membungkam para penyeru ateisme, tapi untuk memberikan ruang kepada para pencari kebenaran untuk mendapatkan kebenaran tersebut. Kami yakin, adalah merupakan ibadah yang utama dan agung, ketika kita menemukan orang yang tidak tahu jalan karena tersesat, lalu kita tunjukkan orang tersebut kepada jalan yang benar dengan penuh kasih dan kelembutan.

Semoga Allah swt melimpahkan karunia dan salam sejahtera atas orang yang bersabda :
“Ketika Allah memberikan hidayah kepada seseorang lantaran usahamu, itu lebih baik dari pada matahari terbit.” (Muttafaqun alaih)