KRISIS AKHLAQ GERAKAN ISLAM
Sebuah Upaya Rekonstruksi Gerakan Islam Masa Depan
Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy
***
A.2. Bahaya besar
Apakah engkau tahu tentang bahaya besar itu, atau tak pernah terbetik dalam pikiranmu…
Dia bukanlah musuh besarmu yang bercokol menjajah negerimu, atau kelompok tertentu yang memecah kekuatan dan membubarkan barisan, atau senjata berat yang meluluhlantakkan, bukan pula musibah kelaparan yang menimpa sebagian besar anak benua di seluruh dunia, karena timpangnya perkembangan populasi penduduk dengan hasil produksi pangan yang gagal.
Bahaya besar itu diatas yang kita duga, lebih menyeramkan dan menyiutkan.
Dia adalah jalan tol bagi musuh untuk masuk menyusup ke negeri kita, yang membuat senjata berdentum, api berkobar membakar di mana-mana, dialah yang menyebabkan perpecahan bahkan permusuhan, dan menutup jalan menuju persatuan dan kesatuan.
Dia musuh yang paling ganas, dia adalah nafsu yang menyala dalam diri kita. Nafsu manusia yang berkelana tanpa dibarengi dengan amal shalih di atas konsep ilahiyah yang bersumberkan pada ajaran Islam yang shahih. Dialah musuh nyata bagi umat Islam yang sesungguhnya.
Pokok ajaran Islam adalah meluruskan dan mensucikan nafsu manusia, agar terbebas dari perangai buruk, seperti kesombongan, egoisme dan gila dunia, lalu masuk dalam naungan ubudiyah kepada Allah swt, dengan penuh ketaatan dan ketundukan yang hakiki, dhahir maupun batin. Sehingga sikap yang muncul adalah pancaran cahaya ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, cahaya cinta dan persudaraan mengalahkan egoisme dan permusuhan, nafsu menjadi tnduk dalam rangka ibadah kepada Allah, mengalahkan kepongahan atas nilai-nilai kemanusiaan, dan tertancap dalam memori kita, dunia hanyalah jembatan menuju akhirat yang kekal. Sehingga dunia tidak diambil kecuali sebagai sarana untuk berjalan di atas jalan lurus dan mencari ridha Allah swt.
Sikap dhahir dan batin saling bersesuaian, mengantarkan kepada persatuan dan kesatuan umat Islam, tidak ada lagi rasa benci dan bermusuhan, iri dan mendengki, tidak ada lagi perebutan harta materi yang fana atau kedudukan yang sementara. Umat Islam menjadi kekuatan yang tak terkalahkan, kesatuan yang solid, Allah pun memberikan pertolongannya, mereka hidup dalam kondisi aman, mulia dan memiliki izzah yang tinggi.
Ketika nafsu tidak mendapat sentuhan tarbiyah dari ajaran Islam, maka akan terjadi split kepribadian yang berbahaya dalam diri setiap muslim, karena dalam tataran lahir, dalam ucapan dan perbuatan, terlihat amalan Islami, namun dalam tataran batin, nafsu bergemuruh dalam kesesatan, tenggelam dalam mimpi-mimpi duniawi dan interes pribadi.
Pemilik nafsu seperti ini dalam medan amal Islami, dengan penampilan Islami dan ibadah lahirnya tidak bisa menarik kebaikan dan tidak pula mampu memikul beban. Secara lahir ia menunaikan hak Allah dan menempuhnya dengan penuh kesungguhan, namun di dalam batinnya, ada tujuan lain yang mengotori jiwanya, rakus duniawi dan interes pribadi.
Bagi pemilik nafsu seperti ini, Agama hanyalah tameng ketika ada pengingkaran atas keburukan perangainya, serta kedok untuk menutupi kebusukan nafsunya dari pandanagan manusia.
Tidak masuk akal jika umat Islam ini menggantungkan kebaikannya kepada pemilik nafsu seperti ini, umat ini akan berjalan terseok-seok karena kelebihan beban. Orang yang bermuka dua seperti ini akan menghindar, jika dirinya mendapatkan beban tangung jawab kerja, apalagi jika kerja tersebut tidak sesuai dengan keinginan dan harapan nafsu pribadinya.
Pemilik nafsu seperti ini pandai mereka-reka alasan untuk lari dari tanggung jawab, lihai mencari celah-celah dengan alasan yang dibumbui dengan argumen syar’i dan mahir membuat topeng yang menutupi keburukannya. Namun agama ini tidak tertipu oleh ulah mereka, bahkan sebenarnya mereka telah menipu diri mereka sendiri.
Pada masa Rasulullah pernah terjadi hal serupa, dimana ada beberapa orang yang datang menghadap Beliau, mohon ijin untuk tidak ikut berjihad, dengan alasan yang mereka buat-buat, mereka takut akan musibah yang menimpa apabila ikut berjihad, mereka takut apabila terpikat ketika melihat wanita-wanita romawi yang cantik rupawan. Allah swt berfirman :
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
“Dan di antara mereka ada yang berkata : ijinkanlah kami untuk tidak ikut berjihad, jangan sampai kami jatuh dalam fitnah (karena wanita romawi), Sungguh mereka telah jatuh dalam fitnah tersebut, Sesungguhnya jahannam meliputi orang-orang kafir.” (QS. Attaubah (9) : 49)
Bahkan di antara mereka ada yang mengatakan, rumah-rumah kami terbuka tanpa ada penjaga, sementara yang tinggal adalah anak-anak dan para wanita. Mereka mangkir dari jihad dalam perang ahzab. Allah pun mengisahkan sikap mereka :
وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا
“Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada nabi (untuk kembali pulang) dengan Berkata : "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (Tidak ada penjaga)". dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain Hanya hendak lari.” (QS. Al Ahzab : 13)
Bagaimana mungkin pertolongan Allah akan turun jika ucapan lisan ada di satu lembah sementara hati mereka ada di lembah yang lain, penuh dengan ketamakan duniawi dan hawa nafsu yang memburu. Dari pintu manakah pertolongan Allah akan turun pada orang-orang yang seperti ini.
Mereka tak akan pernah sepakat satu sama lain, lisan mereka liar dengan satu urusan dan jiwa mereka memburu urusan-urusan yang lain, tidak ada tujuan hakiki yang menyatukan dan tidak satupun sasaran yang menjadi fokus mereka.
Mereka tidak saling percaya satu sama lain, karena dalam diri mereka, tertanam keyakinan bahwa teman mereka adalah sumber keraguan bagi yang lain.
Kedekatan dan kebersamaan mereka adalah sebuah kebohongan karena kerakusan duniawi telah menjadi poros kedengkian antara mereka. Ketika salah satu di antara mereka berhasil mencapai sebuah kedudukan, atau sukses harta, maka yang lain hatinya mendidih karena iri dan dengki. Bisa jadi di malam hari mereka tidak bisa tidur karena diliputi kekhawatiran yang tak pernah berujung, kekhawatirannya melebihi kekhawatiran umat ini, bahkan kekhawatiran anak manusia terhadap ketentuan Allah.
Mereka selalu bersama-sama dan bekerjasama, tapi itu hanya sekedarnya saja, sebatas pada kemaslahatan pribadi, popularitas dan kedudukan yang ingin mereka capai, Sesungguhnya dalam hal ini mereka bisa bekerja sama, karena menurut pandangan mereka, inilah jalan terbaik satu-satunya.
Namun, bila jalan ini tidak memberi ruang bagi kemaslahatan pribai mereka, maka mereka pun mencari jalan yang lain, mundur teratur dengan berbagai alasan yang mereka rekayasa, sambil terus mendengungkan kata-kata sepakat, kebersamaan dan persaudaraan tanpa makna.
Berangkat dari ini, maka pertolongan tidak akan turun, karena Dzat yang di tangan-Nya ada pertolongan Maha tahu dan melihat yang sebenarnya, tidak ada yang tersembunyi dan tersamarkan dari-Nya, sekalipun mereka terlihat sebagai kekuatan yang satu, terdengar menakutkan dan memiliki planning yang nyata, namun musuh tak akan gentar, ikatan mereka sangat rapuh, mereka ibarat buih di lautan.
Rasulullah jauh-jauh hari telah mengingatkan umat ini dengan sabdanya :
يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ». (رواه أبوداود)
“Akan datang suatu masa, dimana manusia akan memperebutkan kalian, sebagaimana orang lapar yang memperebutkan makanan di atas nampan. Para sahabat bertanya : Apakah saat itu umat Islam adalah umat minoritas ? Beliau menjawab : tidak, justru kalian adalah mayoritas. Namun kalian adalah buih di lautan. Allah telah mencabut rasa takut dari hati musuh-musuh kalian dan membenamkan kalian dalam wahn. Mereka bertanya : Apa itu wahn ? Beliau berkata : Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud)