2. Visi Gerakan Dakwah Masa Depan
Visi Gerakan Dakwah Masa Depan haruslah sesuai dengan visi Islam itu sendiri. Kalau tidak, maka Gerakan Dakwah sulit berkembang dan bahkan sangat mudah meyimpang dari teori dan nilai-nilai yang diserukan dan diperjuangkan. Adapun visi Gerakan Dakwah Masa Depan adalah :
“Menjadi model Gerakan Dakwah moderen yang mampu memeberikan pencerahan, jawaban, keteladanan dan perubahan dalam berbagai lapangan kehidupan umat manusia (Muslim dan non Muslim) melalui sistem-sistem dan nilai-nilai Islam sehingga mereka meraih kebahagiaan dan keselamatan (kasih sayanga Allah) di dunia dan akhirat”.
Visi tersebut merupakan saripati dari apa yang diinginkan Allah sebagaimana dalam firman-Nya :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ “
Dan Kami tidak mengutus Engkau sebagai Rasul wahai Muhammad, melainkan menjadi rahmat bagi alam semesta” (Q.S. Al-Anbiyak /21 : 107).
Agar dapat bergerak dan berjuang sesuai dengan visi tersebut, gerakan dakwah perlu didesain seindah mungkin sehingga mampu menampilkan wajah menarik dan bisa tersenyum pada siapa saja, kendati kepada musuh Allah. Namun pada saat lain, bisa juga marah dan bersikap tegas ketika melihat kemungkaran, kemusyrikan atau kezaliman menimpa masyarakat, kendati dilakukan oleh bapak, anak, saudara, pemimpin atau sahabat mereka se jama’ah atau se partai.
Gerakan Dakwah Masa Depan ialah gerakan yang interaktif, tidak ekslusif dan tertutup dalam berbagai aktivitasnya, sehingga mampu menjangkau semua orang kendati bukan dari kelompoknya. Mereka bisa diterima dan mendapatkan pelayanan dengan penuh kasih sayang dan diperlakukan sebagai saudara Muslim, kendati bukan dari anggota jama’h, kelompok atau partainya sendiri.
Yang mendominasi ucapan, perbuatan dan sikapnya terhadap sesama aktivis Gerakan Dakwah yang berlainan jama’ah, partai dan organisasi dalam semua pergaulannya adalah rahmah (kasih sayang) dan tawadhuk (rendah hati). Tidak pernah meremehkan tokoh, kelompok, jama’ah atau partai Islam lain kendati masih terdapat berbagai perbedaan pandangan dalam sarana serta startegi perjuangan. Berkata tegas, terbuka, bersikap sopan dan husnuzzhon merupakan attitude (moralitas) sehari-hari. Sikap tersebut bukan hanya berlaku sesama kelompok, jama’ah atau partainya, atau sesama gerakan dakwah lainnya, melainkan mencakup pula kaum Muslimin yang mengucap dan meyakini لا اله الا الله, محمد رسول الله . (Tiada tuhan (yang pantas disembah) selain Allah dan Muhammad Saw adalah Rasulullah).
Pada waktu yang sama, aktivis masa depan tidak ragu dan gentar sedikitpun (ewuh pakewuh) memeberikan nasehat dan kritikan kepada pemimpin dan sesama aktivis yang menyimpang dari ajaran Islam. Bahkan jika penyimpangan tersebut sudah menjadi kebiasan, khususnya terkait hal-hal yang sangat prisip sperti berbohong, haus kekuasaan, congkak / sombong, bekerjasama dengan musuh Islam untuk mendapatkan kursi, jabatan dan harta, atau untuk memerangi kelompok Islam lain, komersialisasi (kapitalisasi) dakwah, jama’ah dan partai dan lain sebagainya yang sangat membahayakan eksistensi dakwah Islam, maka para aktivis masa depan tidak boleh ragu dan takut sedikitpun meluruskan penyimpangan tersebut dengan cara yang sesuai dengan tingkat penyimpangannya.
Terhadap umat Islam yang masih jauh dari nilai-nilai Islam, diperlakukannya dengan baik bagaikan dokter memperlakukan pasiennya. Ditanya kondidisinya, apa saja yang dilakuakan sebelumnya, dianalisah dengan teliti sebab-sebab penyakitnya, diberikan resep yang sesuai dengan penyakitnya dan dinasehati agar tidak melanggar pantangan yang mungkin menyebbkan penyakitnya kambuh kembali atau membuat virusnya tidak mati. Kalau pasien tersebut tidak punya biaya untuk menebus resep yang dibuatnya, ia pun dengan sangat bahagia dan ikhlas merogoh koceknya untuk diberikan kepada sang pasien agar bisa menebus resep obat yang dituliskannya. Karena perbuatan tersebut adalah bagian dari amal saleh yang akan memberatkan timbangannya di akhirat kelak, terlepas dari motif apakah pasien tersebut mau ikut jama’ah atau kelompoknya atau tidak.
Di samping itu, Ia juga mengingatkan pasiennya agar tidak lupa baca Basmalah (Bismillahirrohmanirrohim) ketika hendak memakan obatnya serta diingatkan yang menyembuhkan itu hanya Allah Rabbul ‘Alamin semata. Ia tidak lebih sebagai seorang dokter yang melakukan ikhtiyar yang diperintahkan agamanya. Sebab itu, dia sadar betul tidak akan pernah GR ketika melihat pasiennya sembuh segar bugar. Terakhir, ia mohonkan doa’a agar Allah memberikan kesembuhan bagi pasienya agar dapat menghirup udara segar dan menikmati kesehatan sejati, sehat imannya, sehat Islamnya, sehat akhlaknya, dan sehat prilaku kehidupannya.
Terhadap sesama manusia yang tidak seiman, selalu menatapnya dengan wajah yang ramah dan hati yang penuh keprihatinan. Perlakuan yang baik, khususnya terkait masalah duniawi (mu’amalah). Pancaran rasa kemanusiaan yang alami yang didorong spirit keimanannya selalu menyinari wajahnya. Pergaulan dengangnya dihiasi dengan akhlak mulia, tutur sapa yang baik dan kejujuran bermu’amalah (profesionalisme). Bukan sebagai tempai meminta-minta kucuran dana tau sumbangan dengan alasan kemaslahatn DAKWAH, atu objek “Faik” (harta rampasan) hanya karena mereka berbeda agama.
Mereka adalah kawan selama tidak dalam masa perang atau memusuhi agamanya. Namun, ketika masa berperang tiba, mereka adalah lawan jika berdiri di depan atau bergabung dengan saf orang-orang yang memerangi Islam dan umatnya. Akhirnya, jangan lupa do’akan mereka semoga nanti di suatu hari Allah jadikan ia tokoh atau prajurit yang mengangkat kemualiaan Islam sebagaimana yang dicontohkan baginda Rasul Muhammad Saw terhadap Umarain (Umar Ibnu Al-khattab dan Umar Bin Hisyam/ Abu Jahal)
Tabel 1.A Pola Hubungan/Interaksi Gerakan Dakwa Masa Depan