8. Prediksi Masa Depan Gerakan Dakwah di Indonesia
Masa depan Gerakan Dakwah di Indonesia diprediksikan akan berkembang dan akan mendapat tempat dan sambutan yang luas dari masyarakat. Belajar drai 28 tahun berdakwah dan berdasarkan perkembangan yang terjadi dalam lapangan Gerakan Dakwah selama seperempat abad tersebut (1980 – 2008), maka Gerakan Dakwah telah melahirkan nuansa baru dalam berislam di tengah-tengah masyarakat Muslim Indonesia, khususnya di kota-kota besar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Gerakan Dakwah juga telah melahirkan ruh (spirit) baru dalam berislam dengan tema sentralany “Kembali kepada Islam secara kaffah (menyeluruh)”.
Apa yang dilakukan oleh berbagai Gerakan Dakwah kontemporer sejak lebih 25 tahun belakangan ini sesungguhnya merupakan mata rantai dari Gerakan Dakwah sebelumnya seperti gerakan Hoscokroaminoto dengan Syarikat Islamnya (……….), K.H. Amhad Dahlan dengan Muhammadiyahnya (1912), kemuidan Hasyim Asy’ari dengan Nahdtalul Ulamanya (1926) dan dilanjutkan oleh M.Natsir dengan Masyuminya di era 50an dan kemudian dengan Gerakan Dakwah iyah Indonesia (DDII)-nya.
Gerakan Dakwah mengalami kevakuman sejak Masyumi dibubarkan Orde Lama tahun 195….. Artinya, tumbuhnya Gerakan Dakwah yang mengususung syumuliyyatul Islam (Islam Kaffah) dalam kurun waktu 28 tahun belakangan ini tidak terlepas dari upaya-upaya pengembangan dan penegakakan ajaran-ajaran Islam yang telah dilakuakn oleh berbagai Gerakan Dakwah puluhan tahun sebelumnya sehingga tercipta situasi dan kondisi yang lumayan kondusif dalam masyarakat Muslim,, khususnya generasi muda terpelajar di kota-kota besar untuk menerima Islam secara Kaffah (sempurna dan komprehensif).
Kendati aktivitas Gerakan Dakwah tersebut juz-iyyah (partial) namun sangat besar perannya dalam proses penyadaran umat terhadap Islam. Di samping itu, ada satu hal yang menarik, bahwa prosese kebangkitan umat Islam Indonesia, khususnya 28 tahun belakangan ini, terjadi secara mengagumkan kendati di tengah tekanan dan poltik marjinalisasi pemerintahan Orde Baru terhadap umat Islam selama 32 tahun.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Gerakan Dakwah di Indonesia akan mengalami perkembangan pesat jika saja para tokoh dan aktivisnya mampu mendesain ulang Gerakan Dakwah mereka secara baik, yakni praktis, menyentuh langsung kebutuhan hidup masyrakat, menjadi teladan dalam berbagai lapangan kehidupan dan tidak memanipulasi Gerakan Dakwah untuk kepentingan para pemimpin atau elitenya, cakupan dakwahnya komprehensif serta dikemas dengan baik dan dipromosikan secara profesional. Di antarannya :
1. Proses Islamisasi dalam berbagai lapangan kehidupan sudah bergulir seperti di bidang ekonomi dan perbankan, misalanya telah lahir berbagai lembaga keuangan Syaria’ah (bank dan non bank) secara formal dan telah diundangkan oleh Negara Republik Indonesia seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Perbangkan tahun 2002.
Di bidang politik lahirnya partai-partai Islam yang mendapat perlindungan undang-undang negara, seperti undang-undang tentang Partai Politik 1999.
Di bidang pendidikan, lahirnya konsep pendidikan Islam dalam masyarakat (swasta) yang mampu menjawab krisis pendidikan pemerintah (negeri).
Di bidang seni dan budaya tersebarnya di kalangan masnyarakat lagu-lagu Islam (nasyid Islami) dan pakaian Muslimah yang 20 tahun lalu masih asing dan dicemooh serta dilarang oleh bahyak kalangan masyarakat dan pemerintah Indonesia/
Dalam kehidupan sosial muncull kerinduan masyarakat tinngal di suatu kompleks perumahan yang Islami.
Di bidang media masa dan dunia bacaan tumbuhnya berbagai majalah Islam, kendati masih terbatas, serta marakanya penyebaran buku-buku Islam sehingga pameran buku-buku Islam lima tahun belakangan ini mengungguli pameran buku-buku lainnya.
2. Nilai-nilai Islam yang dipromosikan dan ditawarkan Gerakan Dakwah adalah sesuai dengan fitrah manusia, universal, komprehensif, seimbang, pertengahan, praktis, realistis dan mudah dipahamai dan diamalkan. Kendati gerakan sekularisasi selalu menuduh sebagian ajwan Islam itu tidak universal, khususnya terkait wanita, politik, pemerintahan, seni dan dan budaya.
3. Masyarakat Muslim Indonesia khususnya dan bangsa ini umunya telah gagal mewujudkan clean government (pemerintahan yang bersih) sehingga gagal pula mewujudkan cita-cita kemerdekaannya yankni mencipatakn sebuah negeri yang adil dan makmur dengan syi’ar (slogan) baldatun thoyyibatun wa Robbun ghofur (sebuah negeri yang adil, makmur dan mendapat ampunan dan rdho Allah Ta’ala).
Kegagalan tersebut sebagai akibat dari kegagalan pendidikan dan kaderisasi sumber daya manusia (SDM) yang beriman dan berilmu karena belum mampu keluar dari jaring dan jeratan sekularisme, kapitalisme dan materialisme peninggalan penjajahan Belanda, plus pengaruh budaya Barat Moderen dan berbagai tradisi peniggalan nenek moyang yang tidak logis dan tidak bersumber dari petunjuk Allah yang lurus. Sebab itu, menimbulkan minat kuat sebagian besar umat untuk kembali kepada ajaran Islam mereka yang hakiki.
Dengan tiga faktor tersebut, Gerakan Dakwah dengan visi, missi dan tujuannya yang jelas, nilai-nilai fitriyah yang ditawarkan, karekteristiknya yang unik, pilar-pilarnya yang kokoh, SDM-nya yang berkualitas, dimenej dengan manajemen yang profesional, kepemimpinan yang smart (smart leader) serta memiliki berbagai sarana yang memadai, insya Allah akan memiliki peluang yang besar di masa yang akan datang.