4. Tantangan kaum muslimin secara umum (‘Ammatul Muslimin).
Tantangan yang keempat ini juga cukup berat. Di mata banyak kaum Muslimin, Gerakan Dakwah terkesan ekslusif dan elitis. Hal tersebt mungkin diseabkan Gerakan Dakwah tidak memiliki kesungguhan atau kurang memiliki keahlian dalam membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan masyarakat umum, atau mungkin juga sudah merasa cukup dengan kelompok dan jama’ahnya. Ada kecendrungan dari Gerakan Dakwah bahwa kemesraan ukhuwah (persaudaraan), penghormatan, penghargaan dan pelayanan seakan hanya milik sesama aktivisnya,`lupa bahwa sifat-sifat tersebut harus menjangkau semua kaum Muslimin dan tidak boleh tersekat oleh kotak-kotak kelompok, jama’ah atau partai.
Fenomena ini sangat menarik sehingga ada yang mengomentari seakan-akan Gerakan Dakwah tidak butuh pada masyarakat awam. Anehnya, ketika terbuka peluang PEMILU dan PILKADAl (Plesetan dari PILKADA) misalnya, mereka bekerja keras dan berlombo-lomba dengan berbagai cara membuka akses ke masayarakat umum untuk mendapatkan suara mereka, bahkan tanpa menghiraukan norma-norma Islam yang sudah baku, seperti dengan mengundang artis-artis seronok dalam acara-acara kampanye, saling mengecam dan caci mencaci antara satu partai dengan yang lain.
Lambatnya pertumbuhan dukungan masyarakat umum terhadap Gerakan Dakwah diberbagai penjuru dunia, khususnya di Indonesia, salah satu sebabnya ialah ketidakmampuan menjalin komunikasi yang baik dengan mereka sesuai kebutuhan dan tingkat intelektualitas mereka. Padahal mereka juga memiliki potensi dukungan terhadap Dakwah seperti dukungan mal (harta), ilmu pengetahuan dan sebagainya. Lain halnya dengan tokoh-tokoh Dakwah yang bekerja secara individu, mereka lebih mampu menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat Muslim secara luas, terlepas kita setuju atau tidak dengan metode Dakwah yang mereka terapkan. Namun itu adalah sebuah realitas yang harus mendapatkan perhatian.
Masyarakat umum adalah salah satu segmentasi Dakwah yang perlu mendapat perhatian yang serius oleh Gerakan Dakwah Masa Depan. Gerakan Dakwah Masa Depan memliki kewajiban Dakwah terhadap mereka. Kewajiban yang utama ialah membantu mereka dalam memahami ajaran Islam yang bersifat fardhu ‘ain (kewajiban setiap individu Muslim). Kewajiban berikutnya memperlihatkan keteladanan yan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian disusul dengan kewajiban membantu meringankan beban kehidupan duniawi, baik karena tidak punya atau kurang memahami nilai-nilai Islam terkait dengan manajemen (penataan) keluarga, ekonomi, pendidikan anak, seni, budaya dan sebaganya.
Kewajiban-kewajiban tersebut hendaklah dijalankan secara terus menerus tanpa ada target imbalan apapapun dari mereka seperti dukungan suara ketika menghadapi sebuah PEMILU misalnya, ataupun dukungan dalam bentuk mobilisasi infaq dan shodaqoh mereka secara besar-besaran untuk kepentingan sekelompok Gerakan Dakwah semata. Ketika mereka sudah memahami ajaran Islam dan melihat para aktivis Gerakan Dakwah dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari, amanah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap problematika social yang sedang merekka hadapi, kemudian mereka mearsakan manfaat keberadaan Gerakan Dakwah di lingkungan mereka, secara otomatis mereka akan mendukungnya dalam berbagai kegiatannya, termasuk juga kegiatan politiknya dengan sebuah keyakinan, kesadaran dan kepercayaan yang kuat. Kenyataannya, seperti yang selalu kita saksikan di lapangan, tidak sedikit masyarakat umum yang bukan hanya tidak mengenal Gerakan Dakwah, kalaupun mengenal dengan presepsi yang keliru.
Kondisi seperti tersebut di atas pada akhirnya akan menjadi tembok dan penghalang bagi kemajuan dan pertumbuhan Gerakan Dakwah itu sendiri. Padahal seharusnya, bisa menjadi pendukung dan pendukung Gerakan Dakwah dalam berbagai pemikiran, program dan aktivitasnya, jiaka Gerakan Dakwah mampu menjalin komunikasi yang baik dan pas dengan mereka.
Kita juga menyadari dan meyakini bahwa nyaris mustahil seratus persen kaum Muslimin akan mendukung Gerakan Dakwah. Namun juga menjadi pertanyaan besar jika Gerakan Dakwah sudah berumur hampir satu ababd , minimal puluhan tahun, namun pendukungnya masih minoritas. (Sebagai perbandingan, lihat Tabel 1. B. Peta Gerakan Dakwah di Indonesia)
Catatan :
1. Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa Gerakan Dakwah di Indonesia mayoritasnya belum memiliki Manhaj yang Syamil.
2. Kendati ada yang sudah memiliki Manhaj yang Syamil, namun implementasinya masih juz-iyyah (parsial)
3. Jika jumlah umat Islam 85 % dari total penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa, maka jumlah Umat Islam adalah sekitar 187 juta jiwa
4. Jika diasumsikan bahwa Umat Islam yang sudah intima’ Jama’i ke dalam berbagai gerakan dakwah dan keagamaan mencapai 100 juta atau sekitar 53,47 % dari total Umat Islam (187 juta), maka terdapat sekitar 46,52 % (87,000,000) orang yang belum tersentuh Gerakan Dakwah.
5. Jika diasumsikan prosentase umat Islam yang dewasa dari jumlah tersebut sekitar 50 %, maka ada sekitar 43,500,000 Muslim potensial yang belum tersentuh Gerakan Dakwah.
5. Tantangan terkait dengan pemerintahan dan penguasa setempat yang sma-sama Mulslim, namun belum meyakini Islam sebagai jawaban berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dan negara.
Tantangan yang satu ini merupakan tantangan yang paling serius dan sangat rumit. Sejarah membuktikan, hubungan Gerakan Dakwah di berbagai belahan bumi Islam dengan pemerintahan dan penguasanya yang silih berganti pasaca penjajahan Eropa, penuh dengan percaturan sengit dan bahkan di banyak wilayah Islam seperti Mesir, Suriah, Jordania, Tunisia, Maroko, Al-jazair dan bahkan di Indonesia dapat dikatakan sampai ke tingkat “berdarah-darah”.
Untuk itu, Gerakan Dakwah Masa Depan memerlukan kecerdasan yang labih, kesungguhan yang tidak kenal lelah, ketajaman dan kekuatan pemikiran dan firasat dalam mengevaluasi dan mengoreksi sikap dan peristiwa-pewristiwa yang sudah terjadi serta mempunyai pemahaman yang detil dan akurat tentang kondisi ideologis dan psikologis pemerintahan dan penguasa sekkarang untuk dijadikan landasan berfikir, kebiajakan, bersikap dan berbuat di masa yang akan datang terkait dengan desain baru yang akan dijalankan dalam rangka menghadapi tantangan tersebut. Di samping itu, kemampuan mengasah pemikiran dan insting untuk belajar dari sejarah juga harus ditingkatkan. Orang Mukmin itu cerdas dan tidak boleh tersengat dua kali dalam satu lobang yang sama. Apa yang terjadi bagi Gerakan Dakwah di banyak kawasan negeri Islam, berkali-kali disengat dan jatuh ke dalam lobang yang sama, seakan sudah menjadi langganan priodik.
Dalam dunia bisnis ada sebuah kaedah yang popular yaitu “merubah tantangan menjadi peluang”. Kaedah tersebut bukan hanya rumusan filosofis yang mustahil diterapkan dalam kehidupan. Dalam dunia bisnis kaedah tersebut, khususnya di era hyper competitive (percaturan yang sangat dahsyat) sekarang ini merupakan pegangan dan patokan kesuksesan. Dunia Harokah seharusunya juga mampu menerapkan kaedah tersebut, tentu dengan dhowabith (patokan-patokan) syar’i dan akhlaq mulia. Pertanyannya ialah, mampukan Gerakan Dakwah merubah tantangan yang datang dari pemerintahan dan penguasa negerinya menjadi sebuah peluang? Jawabanya insyaa Allah mampu selama memiliki kekuatan bargaining position, strategi yang kuat, perencanmaan yang matang, dan persyaratan-persyaratan yang dimiliki oleh generasi Gerakan Dakwah Pertama yang dipimpin Rasul saw.