3. Kekuatan dan keunggulan ajaran Islam sehingga mempunyai daya tahan dan daya tarik sepanjang zaman. Kendati Islam telah diturunkan sejak 1439 tahun yang lalu (sejak wahyu pertama di turunkan di gua Hirak), namun kekuatan dan keunggulan ajran Islam masih dapat dirasakan dan dibuktikan sampai hari ini, dan akan tetap dapat dibuktikan sampai hari kiamat nanti sebagaimana logisnya sebuah agama yang berlaku sampai akhir zaman atau hari kiamat kelak. Rahasia kekuatan dan keunggukan ajaran Islam tersebut terletak pada :
a. Orisinilitas ajaran Islam.
Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk merubah dan menyimpangkan ajaran Islam sebagaimana yang terjadi pada Kitab-Kitab suci sebelumnya, yakni Taurat dan Injil. Upaya penyimpangan tersebut dilakukan dengan du acara. Pertama, dengan membuat ayat-ayat Qur-an tandingan, seperti ynag dilakukan oleh Musailamah Al-Kazzab dan Hadits-Hadits palsu, sebagaimana yang banyak terjadi di abad pertama sampai abad ke emppat Hijriyah.
Kedua, dengan cara menyimpangkan makna dan pemahaman ayat-ayat Qur-an seperti yang terkait dengan Jihad Fisabilillah, warisan, hak dan kewajiban Muslim dan Muslimah, politik, pemerintahan dan sebagainya sebagaiman yang dilakukan oleh sebagian besar kaum orientalis Barat, seperti Snouk Hougronye, antek-antek kolonial Barat seperti Mirza Gulam Ahmad dan corong-corong kolonial Barat di berbagai negeri Islam baik individu maupun lembaga.
Allah menjelaskan bahwa Al-Qur-an itu adalah sebuah kebenaran yang diturunkan-Nya untuk manusia dan Dia berjanji akan memeliharanya dari berbagai upaya menghapuslan dan penimpangkannya“ Sesungguhnya Kami yang menurunkan Adz-Dzikra (Al-Qur-an) itu, dan Kami yang memeliharanya” (Q.S. : )
Adapun cara Allah memelihara Al-Qur-an ialah dengan memudahkan kaum Muslimin untuk menghafalanya secara benar, baik dan sempurna, sehingga setiap zaman, sejak zaman Nabi Muhammad Saw. sampai hari ini, selalu ada ribuan dan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang hafal Al-Qur-an, bahkan dua puluh tahun terakhir terlihat peningkatan jumlah para penghafal Al-Qur-an termasuk di Indonesia.
Cara lin untuk menjaga orisinaitas ajaran Islam ialah Allah melahirkan para ulama besar dalam berbagai bidang, seperti bidang fiqih (hukum Islam) seprti Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, Ahmad Bin Hambal dan lain sebagainya. Demikian juga dalam bidang ilmu tafsir sejak zaman Sahabat telah lahir seperti Ibnu Abbas dan sampai zaman kita sekarang seperti Sayyid Qutub, Muhammad Al-Ghozali, Al-Maududi, Said Hawwa, Buya Hamka dan sebagainya yang menjelaskan dan menafsirkan makna-makna Al-Qur-an secara benar dan kontekstual berdasarkan kaedah-kaedah ilmu tafsir yang standar.
Dengan demikian, umat Islam sepanjang zaman selalu mendapatkan pemahaman yang benar dan orisinil tentang Al-Qur-an, namun tetap sesuai dengan konteks zamannya, tanpa harus melakukan penafsiran yang menyimpang sebagaiman yang dilakukan oleh kaum orientalis Barat dan corong-corong merteka di negeri-negeri Islam.
Adapun cara Allah memelihara Hadits Rasulullah yang merupakan sumber kedua Umat Islam setelah Al-Qur-an ialah dengan melahirkan ulama-ulama besar di bidnag Hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Baihaqi, Ttirmizi, Annasai’i dan lain sebaginya. Para ulama di bidang Hadits tersebut telah merumuskan metodologi pencatatan Hadits Rasulullah secara sangat teliti dan cermat baik dari segi lafazh/matan (teks)-nya maupun dari segi maknanya. Dengan kepakaran mereka yang luar biasa tersebut umat dengan mudah mengetahui mana Hadits yang shoheh (benar dari Rasulullah) dan mana yang dho’if (lemah) dan mana yang maudhu’ (palsu).
Di samping ulama-ulama besar tersebut, saat ini lahir ulama-ulama besar di bidang ekonomi Islam seperti Khursyid Ahmad, Omar Chepra dan lainnya. Di bidang science (ilmu pengetahuan dan teknologi) lahir pula seperti Syekh Abdul Majid Azzendani, Ali Al-Bar, Harun Yahya, Dr. Zaqhlul dan sebagainya. Hal yang sangat mengagumkan, mereka mengkaji dan mengkritisi ilmu pengetahuan moderen dengan mengacu kepada informasi dan isyarat-isyarat Al-Qur-an dan Hadits Rasul Saw, sehingga hasil yang mereka dapatkan lebih unggul dari hasil pengkajian ilmiyah berlandaskan akal fikiran manusia semata.
b. Kebenaran Ajaran Islam
Sepanjang sejarahnya, kebenaran ajaran Islam telah teruji baik secara teori maupun praktek.. Berbagai kritik yang dilancarkan kaum orientalis Barat dan sekuler Muslim terhadap kebenaran ajaran Islam hanya sebatas kritikan yang kurang objektif, tidak mendalam dan tidak mendasar. Yang mereka kritikpun terbatas seperti hukum potong tangan, perkawinan Rasulullah (mempunyai Istri sembilan), ta’addud (poligami), sebagian perbedaan ibadah antara wanita dan pria, Jihad Fisabilillah yang mereka namakan dengan holy war, hukum waris, politik Islam, konsep negara Islam dan sebagainya.
Anehnya, mereka mengkiritk hal-hal tersebut dengan cara mengaitkan kondisi umat Islam hari ini dengan nilai tersebut, sehingga mereka meyakini bahwa kemiskinan, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kekerasan terhadap wanita dan sebagainya disebabkan nilai-nilai Islam tersebut.. Mereka tidak sadar dan tidak mengerti bahwa umat Islam yang mereka kaitkan dengan nilai-nilai tersebut tidak mengerti Islam secara baik, khususnya terkait dengan nilai-nilai Islam yang mereka tuduh sebagai penyebabnya. Dan juga lupa atau melupakan fakta bahwa kemiskinan dan ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi harti ini bukan monopoli kaum Muslimin yang hanya 20 % dari penduduk dunia yang mencapai enam milyar. Juga tidak sadar bahwa semua yang mereka kritisi tersebut sekarang menimpa semua umat manusia beraagama di muka bumi ini, bahkan di negara-negara Barat yang maju yang mereka puja-puja tersebut kekerasan terhadap wanita misalnya, terjadi hampir setiap detik, sedangkan mereka bukan Muslim.
Di samping apa yang disebutkan di atas, khususnya kaum sekular Muslim tidak sadar bahwa yang menurunkan nilai-nilai tersebut adalah Pencipta mereka sendiri yakni Allah yang mustahil keliru, tidak benar dan zalim terhadap hamba-Nya. Mereka mencari kambing hitam atas kebodohan dan kejumudan mereka sendiri yakni para ulama Islam. Mereka menuduh para ulama Islam telah keliru menafsirkan Islam, padahal otak dan kecerdasan mereka yang kurang untuk sampai memahami seperti yang dipahami oleh ulama-ulam besar Isla. Lalu mereka dengan bangganya mengangkat semboyan reinterpretasi (menafsir ulang) Islam. Lucunya, ilmu mereka tentang Islam, khususnya Al-Qur-an dan As-Sunnah tidak memadai. Bahkan kemampuan bahasa Arabnya sangat pas-pasan.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Yang terjadi sesungguhnya adalah keraguan iman (kepercayaan) mereka terhadap Islam karena tidak ma’rifatullah (mengenal Allah) secara baik dan benar. “ Dan jika kamu tetap ragu tentang Al-Qur-an yang kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur-an itu dan ajaklah penolong-penlong (pakar-pakar)mu selain Allah, jika memang orang-rang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti tidak akan dapat membuatnya, maka peliharalah dirinu dari Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, disediakan bagi orang-orang kafir (mengingkari kebenaran Al-Qur-an walau hanya sebagian ayatnya)” (Q.S. Al-Baqoroh / 2 : 23 –24).
Upaya yang dilakuakan berbagai kelompok manusia sejak dulu sampai sekarang untuk mengeliminir kebenaran ajaran Islam belum pernah berhasil dan tidak akan pernah berhasil, apalagi di zaman ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang. Sebab berbagai kebenaran Islam Islam semakin hari semakin terbukti, bukan hanya oleh kalangan Muslim, melainkan juga oleh kalangan non Muslim yang jujur melakukan pengkajian terhadap nilai-nilai Islam dalam berbagai lapangan kehidupan manusia yang sedang sengsara hari ini.
Sistem ekonomi Islam, misalnya, seperti sitem perbankan, asuransi, trading dan sebagainya sudah menjadi alternatif penyelamat krisis ekonomi dunia saat ini. Demikian juga dengan ilmu penhgetahuan moderen yang dikaji melalui nash (tekks) Al-Qur-an dan As-Sunnah, semakin terbukti keunggulan Islam di hadapan agama-gama lainnya. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Rob (Pencipta)mu tidak cukup bagimu bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (Q.S. Fush-shilat / 41 : 53).