Perubahan Zaman :
Terjadinya perubahan zaman dapat pula mendorong seorang aktivis dakwah dan tokohnya berbuat isti’jaal. Saat ini kita tengah hidup dalam era globalisasi, di mana segaga sestuatu berlalu dan berjalan dengan cepat dan transparan. Tidak jarang para aktivis dakwah dan para tokohnya larut ke dalam nilai-nilai baru, dan menjad longgar terhadap nilai-nilai yang mula-mula menjadi manhaj perjuangan, dan menggantinya dengan nilai-nilai baru yang sekuler.
Kondisi perubahan serba cepat, dan sarana-sarana modern, dan kehidupan yang penuh dengan tawaran duniawi itu, melenakan para aktivis dakwah dan para tokohnya, yang kemudian mereka larut dan menceburkan dengan kehidupan duniawi, dan menikmati kekuasaan, dan melupakan tujuan perjuangan yang semula hendaknya ditegakkannya. Dengan adanya peluang yang didapatkan melalui sarana dan kekuasaannya yang didapatkannya itu, maka para aktivis dakwah dan para tokohnya kemudian, terjatuh ke dalam perbuatan isti’jaal. Tidak lagi memperhatkan rambu-rambu dakwah. Tetapi, yang diikuti nilai-nalai baru, yang sudah menyimpang dari tujuan dasarnya.
Dorongan Hawa Nafsu:
Banyak aktivis dakwah dan para tokohnya yang walaupun mereka memahami nilai-nilai dan prinsip (mabadi’) Islam, tetapi karena sudah terlalu dominan hawa nafsunya, dan tidak dapat bersabar dengan mengekang hawa nafsunya, maka para aktivis dakwah dan para tokohnya bisa saja terjatuh ke dalam isti’jaal.
Kehidupan modern yang sangat "comfort" (penuh dengan kenikmatan duniawi), mengakikbatkan jiwa-jiwa para aktivis dakwah itu menjadi rapuh. Mereka tidak mampu bertahan dengan badai kehidpan yang penuh dengan warna duniawi. Aksesoris duniawi, seperti kemewahan dalam bentuk benda, mobil, rumah, dan prenak-prenik lainnya, mengikis idealisme. Apalagi, bila aktivis dakwah itu tidak sabar, sudah lama dalam hidup yang serba terbatas, kemudian mendapatkan peluang melalui kekuasaan, kemudian faktor itu menyebabkan aktivis itu bertindak isti’jaal.
Tidak Mengetahui Strategi :
Dalam upaya melancarkan serangan serta menundukkan dunia Islam, pihak musuh memiliki bermacam-macam metode dan strategi. Selain dengan cara unjuk kekuatan, mereka juga kerap mencoba memasukkan orang-orangnya ketengah-tengah kaum Muslimin. Lalu terjadi perpecahan. Mereka memasukkan pemikiran dan nilai-nilai baru, dan kemudian terjadi konflik di dalam gerakan dakwah itu.
Tetapi, yang paling penting mereka ingin mengetahui strategi perjuangan dan gerakan dakwah itu. Mereka ingin mengetahui secara akurat. Kemudian, mereka melaporkan dan menjadi bahan kajian untuk kemudian membuat stategi dan langkah menghancurkan kekuatan harakah dakwah itu.
Mereka memasukkan orang-orangnya ke dalam gerakan dakwah itu. Semisal melakukan "planted agent" (agen yang ditanam) ke dalam gerakan itu, dan kemudian mereka memporak-porandakan gerakan dakwah itu sampai hancur. Bahkan, tidak jarang musuh, semisal Yahudi,menanamkan ke dalam gerakan orang-orangnya untuk menyusup, dan kemudia menciptakan kondisi pemikiran, yang kemudian tokoh-tokoh itu, mengubah dan menyelewengkan tunjuan dari gerakan dakwah itu. Sehingga, gerakan itu gagal mencapai tujuannya.
Inilah ancaman dari isti’jaal yang kadang-kadang para pelaku gerakan dakwah tidak menyadari kondisi seperti itu. Apalagi, jika kondisi gerakan itu, jumud dan ditanamkan taklid, dan tidak dibiasakan pengikutnya untuk berpikir dan mengalisis segala persoalan, dan kesempatan itu hanya diberikan kepada para tokohnya. Maka sangat dengan mudah gerakan itu cenderunga isti’jaal.
Maka dengan cara itu, para tokohnya dapat bertindak apa saja, dan kemudian gerakan itu melakukan penyimpangan, sementara itu, para pengikutnya masih menyakini gerakan dakwah itu masih dijalannya yang benar. Ini yang menyebabkan kebangkrutan gerakan dakwah itu. (bersambung)