Buku: Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna.
Penulis: Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris.
***
Penting diketahui, bahwa Imam Hasan Al-Banna telah menjadi politikus Muslim semenjak di bangku bangku sekolah dasar. Sejak saat itu ia telah concern terhadap problem-problem bangsaan dan umatnya. Ia terlibat dalam perlawanan terhadap kolonialis Inggris yang telah menjajah negerinya, merampas sumber daya dan aset kekayaan negeri serta memperbudak rakyatnya. Beliau selalu menilai segala peristiwa yang timbul dengan pandangan kacamata Islam serta mencarikan solusi yang syar’i pula. Untuk itu Beliau berusaha dengan segala daya upaya guna mengarahkan bangsanya agar sampai pada tujuan, yakni kemerdekaan dan penerapan sistem pemerintahan Islam.
Semenjak usia remaja, saat Beliau berusia 13 tahun, telah memimpin berbagai demonstrasi dan pemogokan massal sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan Inggris atas Mesir. Saat itu terjadi pergolakan yang dinamakan dengan Revolusi Mesir tahun 1919. Pernah pada satu ketika, kepala sekolah Beliau khawatir terhadap konsekwensi dari aktivitas Hasan Al-Banna ini. Lalu kepala sekolah tersebut mebawa sekelompok anak yang diketuai Hasan Imam Hasan Al-Banna kepada kepala desa Buhairah samabil menjelaskan merekalah yang bertanggung jawab atas semua peristiwa yang terjadi. Lalu kepala desa itu berkata kepada kepala sekolah tersebut: Mereka inilah anak-anak yang sanggup membujuk anak-anak lain untuk menghentikan unjuk rasa yang mereka lakukan. Kepala sekalh itu berupaya meyakinkan mereka. Namun semua itu sia-sia saja, karena Imam Hasan Al-Banna dan teman-temanya tidak bersedia memberhentikan unjuk rasa tersebut .
Imam Hasan Al-Banna sering melakukan rapat-rapat koordinasi dengan teman-temanya untuk merencanakan berbagai demonstrasi dan unjuk rasa di rumah Beliau dan mereka tidak gentar serta khawatir jika petugas kepolisian menangkap mereka. Bahkan mereka berani menghadapi teror petugas kepolisian tersebut dan tak jarang pula malah petugas kepolisian terkesan dengan keberanian mereka.
Beliau menuturkan dalam Muzakkratnya: “Masih segar dalam ingatan saya hari unjuk rasa di hari-hari revolusi. Kala itu, saya dan beberapa kawan panitia berkumpul di sebuah rumah Hajjah Khadrah Sya’irah di Damanhur. Lalu tiba-tiba muncul petugas dari kepolisian yang langsung mendobrak pintu rumah, lalu mereka bertanya pada ibu pemilik rumah tentang keberadaan kami. Kemudian ibu tersebut menjawab: Oh.. tadi pagi-pagi sekali mereka telah meninggalkan rumah dan sampai sekarang belum pulang”, sambil ibu tersebut masih sibuk membersihkan sayur-mayur dagangannya. Tapi jawaban ini tidak jujur dan membuat hati saya tidak tenang.
Setelah mendengar jawaban ibu tersebut, saya langsung menemui pe¬tugas polisi yang menanyakan keberadaan kami. Hajjah Khadirah sangat tertekan. Kemudian saya berusaha menjelaskan kepadanya duduk persoalan sebenarnya dengan penuh semangat sambil berkata: Sesungguhnya kewajiban terhadap negeri ini mewajibkan Anda untuk bergabung bersam kami, bukan menggagalkan aktivitas kami lalu menangkap kami. Saya juga tidak mengerti hasilnhya ialah polisi tersebut menerima penejelasan tadi. Lalu dia keluar dan menjelskan kepada anggotanya kemudian pergi setelah ia menenagkan kami. Lalu, saya datangi rekan-rekan yang sedang bersembunyi sembari berkata pada mereka: Ini berkat kejujuran. Maka seharusnyalah kita menjadi pribadi-pribadi jujur dan siap memikul konsekuensi aktivitas kita dan sekali-kali jangan berbohong dalam kondisi bagaimanapun.
Kongres Politik
Imam Hasan Al-Banna mengadakan beberapa kali muktamar/ kongres politik. Sebagian kongres tersebut bersifat periodik untuk kalangan jamaah Ikhwanul Muslimin. Jumlah kongres politik semacam ini mencapai delapan kali yang dimulai semenjak tahun 1933-1945. Di samping itu, Beliau juga sering mengadakan kongres tingkat dewan pendiri yang membahas problema-problema politik kontemporer. Di samping itu, ada lagi kongres tingkat regional dan sebagiannya lagi tingkat mahasiswa. Ada lagi yang bersifat nasional khsus membahas kemerdekaan.
Di antara kongres penting yang diadakan oleh Imam Hasan Al-Banna untuk mengarahkan peristiwa-peristiwa pilitik ialah :
- Kongres politik VI tanggal 9 Januari 1941. Dalam pidatonya Imam Hasan Al-Banna menyoroti problem politik, sosial, perekonomian yang melanda Mesir dan kasus monopoli yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asing.
- Pada tahun 1945 saja, Imam Hasan Al-Banna mengadakan tujuh kali kongres politik tingkat nasional yang dipusatkan di Kairo, Iskandaria dan ibukota-ibukota propinsi lain. Beliau menjelaskan secara komprehensif hak-hak politik masyarakat dan perjuangan menghapus buta huruf serta membahas hak dan kewajiban warga negara.
- Beliau juga mengadakan dua kali pertemuan Ikhwanul Muslimin tahun 1945 dan 1946 yang menhadirkan semua pimpinan wilayah, pusat-pusat Jihad dan kepamasyarakatan lainnya dalam merumuskan sikap terhadap berbagai peristiwa politik. Pertemuan tersebut melahirkan keputusan berikut:
- Menuntut pemerintahan Mesir untuk menghentikan negosiasi-negosiasi dengan Inggris dan mengumkan pembatalan perjanjian 1936 serta penarikan pasukan Inggris tanpa syarat dari bumi Mesir.
- Negosiasi-negosiasi itu tidak ada manfaatnya dan lebih baik menyeru masyarakat agar menyiapkan diri guna mengemban tugas Jihad fi sabilillah.
- Bila pemerintah tidak merealisasikan tuntutan-tuntutan pembatalan perjanjian dan mempersiapkan umat untuk berjihad dan sebagainya, berarti mereka termasuk antek-antek kaum penjajah, dengan demikian gugurlah kewajiban untuk taat kepada pemerintahan seperti itu.