Bertahap dalam Melakukan Perubahan

Buku: Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna.

Penulis: Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris.

***

Imam Hasan Al-Banna telah merumuskan tahapan-tahapan dakwah yang menjadikan capaian puncaknya adalah reformasi kultur kehidupan jahiliyyah yang masih kokoh dalam masyarakat dan menciptakan sebuah atmosfer kehidupan yang Islami yang berjalan secara gradual menurut fase dan tahapan yang telah dirumuskan, dimana setiap fase dan tahapan itu memiliki kaitan erat dengan tahapan berikutnya dan setiap fase secara khusus berlandaskan pada program-program yang pantas dan cocok dengan capaian yang diharapkan pada tahapan tersebut.

  1. Tahapan I
    Yaitu tahapan memperkenalkan (ta’rif), mengakrabkan dan membuat masyarakat men¬jadi familiar dengan visi, misi, metode, pola pikir dan perjuangan Ikhwanul Muslimin.
  2. Tahapan II
    Ialah tahapan pengkaderan (takwin) mereka yang siap berkorban demi perjuangan meretas kembali dari awal nuansa kehidupan Islam dan perjuangan mendirikan negara Islam. Hal ini dilakukan dengan program tarbiyah yang komperhensif yang mencakup tarbiyah ruhiyyah (spiritual), tarbiyah ‘aqliyyah (intelektual) dan tarbiyah jasadiyyah (fisik). Dari tarbiyah yang komperhensif ini diharapkan akan melahirkan output-output yang telah siap berjuang dan berjihad demi cita-cita yang mulia dan luhur yaitu menegakkan panji-panji Islam dan mendirikan negara Islam.
  3. Tahapan III
    Adalah tahapan aplikasi (tanfiz) dalam wujud kerja nyata di tengah realita kehidupan bermasyarakat. Pada tahapan ini baru akan terlihat hasil yang sempurna dari misi dakwah Ikhwanul Muslimin. Tahapan ini tidak akan menampakkan hasil yang memuaskan bila tidak melewati dua tahapan sebelumnya yaitu fase pengenalan (ta’rif) dan fase pengkaderan (takwin).

Pada hakikatnya, semua tahapan dan fase di atas telah ditempuh oleh Rasulullah SHALLALLAAHU ALAIHI WASALLAM pada periode dakwah Beliau yang pertama, kemudian tahapan-tahapan ini diwarisi oleh para sahabat Beliau. Fase dan tahapan yang dimaksud adalah fase pengenalan, fase pengkaderan dan fase kerja nyata. Tentunya, semua fase ini terwujud setelah melalui proses panjang dan membutuhkan kesabaran ekstra, karena bahaya terbesar yang akan mengancam kelangsungan perjalanan fase-fase tersebut adalah ketergesa-gesaan dan kecerobohan dalam bertindak. Karena kecenderungan jiwa yang suka menggebu-gebu dan suka berspekulasi tanpa perhitungan dan analisa yang matang dalam menyikapi sebuah kondisi, sehingga ia menjadi tergelincir begitu pula dengan orang-orang yang berjuang bersamanya.

Di tengah barisan para kader Ikhwan, tentu terdapat beberapa orang oknum dari kader yang tidak mampu mengontrol emosinya yang meluap-luap dan membahana serta semangat yang menggebu-gebu, hal ini menyebabkan mereka tidak bijak dan kurang berhati-hati dalam bertindak, akibatnya seringkali mereka bertindak sebelum waktunya.

Imam Hasan Al-Banna sangat serius menyoroti dan memberikan peringatan secara tegas terhadap kader Ikhwan yang terkesan emosional dan menggebu-gebu dalam menanggapi peristiwa apapun: “Wahai para kader Ikhwanul Muslimin, khususnya bagi yang memiliki semangat mengebu-gebu dan tergesa-gesa dalam menyikapi segala peristiwa, kepada antum kutujukan nasehat ini. Sesungguhnya jalan yang antum lewati ini telah diperhitungkan dengan sematang-matangnya dan telah ada batasan-batasannya dan aku tidak akan menyimpang dari jalan yang telah kuyakini sebagai jalan yang akan mengantarkan kita pada tujuan (Insya Allah). Kita mengakui jalan ini memang panjang, namun tidak ada opsi lain, karena kita harus menempuh jalan ini.

Keperkasaan akan tergambar dari kesabaran, ketegaran, kesungguhan dan kerja yang berkesinambungan. Untuk itu siapapun di antara antum yang ingin memetik buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum waktunya, maka aku tidak sependapat dengannya dalam hal ini. Dan alangkah lebih baik baginya untuk meninggalkan jamaah ini dan bergabung dengan kelompok-kelompok lain. Sementara siapapun yang mau bersabar dan tegar bersamaku menghadapi semua tantangan hingga bibit-bibit dakwah ini mulai tumbuh, kemudian akhirnya berbuah dan sudah pantas dipetik, maka sesungguhnya Allah pasti akan memberi ganjaran pahalan baginya. Dan niscaya Allah akan memberikan ganjaran-Nya pada mereka yang berbuat baik mungkin lewat pertolongan, kepemimpinan dan kebahagiaan.

Wahai para Ikhwan semuanya… Kendalikanlah luapan emosi yang tak terkendali dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan akal yang sehat dan jadikanlah luapan emosi itu sebagai sinar yang menerangi pola pikir Anda. Janganlah Anda semua membiarkan hawa nafsu menjadi kendali. Janganlah Anda melawan arus sunnatulah yang telah digariskan. Namun berusahalah untuk bersama arusnya dan mengaitkan antara satu dengan yang lainnya. Hendaklah Anda semua selalu optimis, karena kemenangan itu pasti akan datang dan tidak akan lama lagi. Karena betapa banyak mereka -dari dulu hingga sekarang- yang telah membuktikan bahwa jalan yang baik itu berada dalam jalur yang sedang Anda lewati sekarang. Dan tidak ada hasil yang memuaskan melainkan lewat perencanaan-perencanaan matang dalam jamaah Anda ini. Makanya, janganlah kamu semua menyia-nyiakan perjuangan dan janganlah ragu dan pesimis dengan kemenangan yang telah menunggu”.

Sebagai penutup rangkaian nasehatnya, Imam Hasan Al-Banna mengatakan: “Dalam untaian nasehat ini, kembali aku mengingatkan para ikhwah yang punya semangat menggebu-gebu dan membahana agar sedikit sabar dan tegar menghadapi siklus roda zaman yang selalu berputar, sekaligus aku ingin menyam-paikan pada para ikhwah yang masih jalan di tempat, agar mereka bangkit dan bergerak, karena jihad dan perjuangan tak mengenal waktu luang dan santai. Firman Allah dalam Qur’an surah Al-‘Ankabut 69:

(وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ) [العنكبوت: 69]

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Momentum Perubahan dan Penerapan Hukum Syariah

Imam Hasan Al-Banna menganggap meskipun misi Ikhwanul Muslimin adalah merebut tampuk pemerintahan dari cengkeraman tangan-tangan yang tidak mengimplementasikan syariat Allah, tapi perwujudan dari misi tersebut perlu menimbang dan memperhatikan waktu yang tepat. Dan merupakan sesuatu yang mustahil bila dipaksakan di tengah kondisi masyarakat yang masih berada dalam kekentalan pengaruh peradaban Barat yang materialis, masyarakat yang masih mempraktekkan prinsip-prinsip jahiliyyah serta kebiasaan-kebiasaan yang tidak Islami.

Konsentrasi perjuangan yang perlu dimunculkan Ikhwanul Muslimin terlebih dahulu ialah membentuk sebuah masyarakat bernuansa Islami yang memegang teguh prinsip etika dan moralitas yang luhur serta bertindak berdasarkan nilai-nilai keimanan yang merupakan prinsip-prinsip pokok perjuangan Ikhwanul Muslimin.

Pada acara muktamar V Beliau mengungkapkan: “Atas dasar alasan ini, belum pantas bagi Ikhwanul Muslimin untuk menguasai tampuk pemerintahan saat sekarang ini, sementara keadaan umat masih seperti ini. Karena kita perlu menunggu saat yang tepat di saat konsep-konsep Ikhwan telah menyebar dan berkembang di tengah masyarakat, sehingga mereka bisa belajar bagaimana mereka harus memprioritaskan kepentingan rakyat banyak sebelum kepentingan individu”.

Selain itu, Beliau menambahkan syarat lain berupa kondisi keimanan yang telah matang dan kesatuan umat yang telah kokoh, artinya kekuatan aqidah telah menyusup dan berinfiltrasi ke dalam jiwa para kader dakwah dan kondisi mereka yang telah bersatu dalam satu barisan serta setelah terwujudnya loyalitas penuh terhadap jamaah dan para pimpinan.

Beliau menyebutkan bahwa perubahan dan reformasi berjalan setelah terbentuk dan terkadernya generasi pejuang Islam yang telah teruji keikhlasan perjuangannya, sehingga hati¬nya telah terbebas dari keinginan-keinginan pribadi dan kebiasaan-kebiasaan lama yang kurang pantas. Jumlah generasi mujahid ini harus mencapai 12.000 orang mujahid yang semuanya telah dibekali dengan kematangan iman dan aqidah, keluasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta kondisi fisik yang terlatih. Sebuah jumlah yang dijamin oleh Rasulullah SHALLALLAAHU ALAIHI WASALLAM dalam hadits Beliau:

لن يغلب اثنا عشر ألفا من قلة

Artinya: Tidak akan pernah dikalahkan (bila) dua belas ribu orang disebabkan jumlah. Imam Hasan Al-Banna berkata: “Saat ju¬malah tersebut sampai, silahkan mereka menantang kita semua untuk menyelami kedalaman samudera dan menembus angkasa luas serta memerangi semua penguasa-penguasa yang lalim. Maka kita akan jawab semua tantangan ini -Insya Allah-.”

esungguhnya dengan taufiq, karunia, kehendak, pertolongan dan izin Allah, dalam perhitungan saya sesungguhnya waktu itu tidak akan lama lagi.