Oleh: DR. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris *
Rintangan di Tengah Jalan
Tidak diragukan bahwa orang yang memotivasi diri untuk menjadi salah satu tentara dan da‘i Allah, berkata benar, menyuarakan kebenaran secara lantang, melawan kebatilan dan para pelakunya dan berusaha mengubah nilai-nilai jahiliyah, sistem jahiliyah dan undang-undang jahiliyah…tidak diragukan bahwa mereka itu akan mengalami penyiksaan, hambatan dan beban berat. Inilah pesan yang dapat dipetik dari kisah para Rasul dan reformer seperti Nuh, Musa dan ‘Isa alaihissalam dan terutama Rasul kita Muhammad Saw. Hasan Al-Banna rahimahullah memandang dengan cahaya Allah ketika berbicara kepada para pengikutnya tentang watak jalan dakwah serta rintangan-rintangan yang akan mereka hadapi. Karena itu, Hasan Al-Banna menyiapkan jiwa-jiwa untuk menghadapi peristiwa-peristiwa ini sebelum terjadi, agar ketika terjadi maka mereka menghadapinya dengan wajar, tidak terkejut.
Al-Banna mengatakan, “Aku ingin berterus-terang kepada kalian, bahwa dakwah kalian ini masih belum dikenal oleh banyak orang. Pada saat mereka mengetahuinya, memahami tujuan-tujuannya, maka dakwah ini akan menerima permusuhan sengit dan perlawanan yang keras dari mereka. Kalian akan menghadapi banyak beban berat dan rintangan.
"Pada saat ini sajalah kalian mulai menempuh jalan para pelaku dakwah. Adapun sekarang, kalian masih belum belum dikenal dapun sekarang, kalian masih belum belum dikenal dan baru menyiapkan dakwah dan bersiap untuk melakukan perjuangan dan jihad yang dituntut dakwah. Mereka yang tidak mengenal hakikat Islam dari bangsa ini akan meletakkan rintangan di jalan kalian. Di antara para agamawan dan ulama formal, kalian akan menemukan orang yang menganggap aneh pemahaman kalian tentang Islam. Ia akan menentang jihad kalian. Para pemimpin, tokoh dan penguasa akan dengki kepada kalian. Dan semua pemerintah akan mengganjal langkah kalian. Setiap pemerintah pasti akan membatasi aktivitas kalian dan meletakkan batu sandingan di jalan kalian.”
“Para perampas hak itu akan menggunakan segala cara untuk melawan dan memadamkan cahaya dakwah kalian. Untuk tujuan itu mereka akan memanfaatkan pemerintah yang lemah, akhlak yang lemah dan tangan-tangan yang mengemis kepada mereka dan berlaku jahat kepada kalian. Semua orang akan menaburkan debu syubhat dan tuduhan tak beralasan kepada dakwah kalian.
"Mereka akan berusaha menisbatkan setiap kekurangan pada dakwah kalian dan menampilkannya kepada publik dalam bentuk yang paling buruk, dengan mengandalkan kekuatan dan kekuasaan mereka, serta harta benda dan pengaruh mereka. “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (QS ‘Ash-Shaff [61]: 8)
"Dengan demikian, tidak diragukan bahwa kalian akan masuk ke ruang-ruang interogasi, ditangkap dan dipenjara, dipindah dan diasingkan, dibatasi kepentingan kalian, dipecat dari pekerjaan, digeledah rumah-rumah kalian. Bisa jadi masa cobaan yang kalian hadapi ini berlangsung lama. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS Al-‘Ankabut [29]: 2) Tetapi, setelah itu semua, Allah menjanjikan kemenangan para mujahid dan balasan orang-orang yang berbuat baik.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kami lah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (QS Ash-Shaff [61]: 10-14)
“Apakah kalian berketetapan untuk menjadi penolong-penolong Allah?”
Inilah pernyataan Al-Banna. Semua prediksinya itu telah terjadi. Bukan karena ia mengetahui perkara gaib, karena ilmu gaib itu hanya milik Allah dan Dia tidak memberikannya kepada seorang makhluk-Nya pun, meski ia seorang Nabi dan Rasul. Allah berfirman melalui lisan Nabi-Nya,
“Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan.” (QS Al-A’raf [7]: 188)
Allah juga berfirman melalui lisan Nuh AS,
“Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa), ‘Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah dan aku tiada mengetahui yang gaib.” (QS Hud [11]: 31)
Apa yang diprediksikan Al-Banna rahimahullah itu bersumber dari interaksinya dengan Al-Qur’an Al-Karim dan penelaahannya terhadap sejarah para pelaku dakwah di masa lalu, serta Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Karen amereka semua mengalami ini semua, bahkan lebih, namun mereka bersabar hingga memperoleh kemenangan.
Kita telah mengalami, melihat dan mendengar banyak kejadian. Kita pernah mendengar kalangan formal yang menyebut para da‘i yang menginkan reformasi dan mengubah kerusakan sebagai orang-orang yang sesat dan menyesatkan. Mereka berkedok agama, padahal tidak ada hubungan apapun antara mereka dan agama. Kita juga pernah mendengar orang yang menyebut para anggota harakah Islamiyyah di negeri Al-Walid sebagai agen Kamp David. Pada waktu yang sama, kita menemukan agen Kamp David di negeri Kinanah itu menghujat dan menuduh mereka telah berbuat rusak dan merusak, lalu ia menjebloskan mereka ke penjara, menyiksa dan mengusir mereka.”
Kita pernah mendengar dan membaca tentang orang-orang yang mengaku ulama tetapi ia menyebut jama’ah yang didirikan Imam Syahid Hasan Al-Banna itu dengan julukan ‘Ikhuwanusy Syayathin’ (saudara-saudara setan). Mereka memberi fatwa yang menghalalkan darah mereka serta mengusir keluarga dan kerabat mereka.
Kita juga mendengar sebagian orang yang senang dengan dihukum matinya mufasir Al-Qur’an, ulama syahid Sayyid Quthub, karena ia tidak mengetahui hakikat agamanya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan.
Kita juga mendengar orang yang menyebut jama’ah yang berperang di bumi Palestina dan Terusan Suez sebagai tentara bayaran. Mereka melancarkan serangan informasi secara massif untuk mencoreng wajah jama’ah dan menanamkan kebencian masyarakat terhadapnya.
Benar, para pengikut dakwah dan para pemimpin jama’ah ini telah menerima penganiayaan dan rintangan dari orang-orang yang tidak mengetahui hakikat Islam. Mereka menjadi rintangan yang menghalangi amal jama’ah dan mencoreng wajahnya.
Aku pernah bertemu dengan beberapa agamawan, ulama formal dan ahli fiqih pemerintah yang mengkritik pemahaman lurus jama’ah tentang Islam. Mereka menganggap menyuarakan kebenaran dan jihad sebagai perbuatan ekstrem, terorisme, reaksionisme dan fundamentalisme.
Saya pernah menghadapi sikap dengki dan perang yang tidak main-main dari para pemimpin masyarakat dan negara. Hal itu karena mereka telah mencuri kekayaan masyarakat bukan dengan jalan yang benar. Sedangkan jama’ah ini, baik pemimpin maupun individu-individunya, menyerukan agar hak orang-orang yang terzhalimi itu dikembalikan. Inilah yang membuat para pemimpin, pejabat dan penguasa itu marah terhadap jama’ah ini, serta melancarkan serangan sengit yang tidak main-main.
Pemerintah di berbagai negara telah membuat rencana dan melaksanakan rencana itu untuk menghentikan langkah jama’ah ini, baik secara kebudayaan, moral, jihad, ekonomi, sosial, atau medis. Mereka telah membuat berbagai aturan, undang-undang dan instruksi untuk menghalangi banyak bidang aktivitas dakwah, dan menganggap aktivitas-aktivitas ini sebagai kejahatan yang dikenai undang-undang. Bahkan menganggap keberadaan jama’ah ini sebagai kejahatan. Sehingga setiap orang yang bergabung ke dalamnya, berjanji kepada Allah untuk mengikuti jalannya, dan berusaha untuk membangun kembali kehidupan yang Islami dan mendirikan daulah Islamiyyah itu harus dikenai hukuman.
Tuduhan yang dialamatkan kepada Sayyid Quthub rahimahullah sehingga dihukum mati adalah karena ia menghidupkan organisasi jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dilarang.
Ustadz Al-Banna rahimahullah memprediksikan para pemimpin dan pejabat itu penindas dan perampas hak itu demikian, “Para perampas itu akan menggunakan segala cara untuk melawan kalian dan memadamkan cahaya dakwah kalian.” Apa yang diprediksikannya itu benar. Mereka telah merampas kekuasaan, bukan dipilih oleh warga negara melalui pemilihan yang bebas dan bersih. Mereka merampas kekayaan publik dan merampas kekuasaan, lalu mempertahankannya itu dengan mati-matian.
Para pemimpin, pejabat dan pemerintahan yang merampas kekuasaan itu memiliki tujuan yang keji, dan cara mereka untuk mencapai tujuan tersebut lebih keji. Karena itu, mereka selalu berbohong, merekayasa fakta, dan memanipulasi kebenaran untuk menghalangi munculnya cahaya kebenaran yang terang yang akan memupus gelapnya malam yang gulita.
Para pencuri itu telah melancarkan perang informasi yang sengit terhadap jama’ah ini dengan menggunakan semua sarana informasi seperti radio, televisi, jurnal, majalah, drama, ceramah, seminar dan kajian. Bahkan mereka menerima dana yang besar dari musuh-musuh Islam sebagai kompensasi atas perbuatan mereka melawan dan menekan jama’ah ini, karena jama’ah ini mengancam eksistensi mereka di negara-negara muslim dan kepentingan mereka.
Para pencuri itu juga melancarkan perang teror dan penganiayaan fisik terhadap para da‘i. Puluhan ribu da‘i, bahkan ratusan ribu da‘i dijebloskan ke dalam penjara. Mereka disiksa dengan sadis, sehingga ada yang kehilangan penglihatannya, ada yang kehilangan pendengarannya, dan ada yang menjadi bungkuk, ada yang lumpuh salah satu atau kedua tangannya, atau salah satu kaki atau kedua kakinya, dan ada yang melayang nyawanya akibat siksaan orang-orang yang zhalim itu.
Da‘i-da‘i itu terpencar-pencar di berbagai negara. Mereka hidup di tempat pengasingan dan menerima berbagai penderitaan dan tragedi. Kami memohon kepada Allah semoga membalas mereka dengan pahala yang besar.
Mereka dipecat dari pekerjaan mereka, dijauhkan dari anak-anak mereka, kekayaan mereka disita, kepentingan mereka dihalangi dan dikuasai para pencuri itu. Bahkan para da‘i itu dikucilkan dari masyarakat, keberadaan mereka tidak dianggap, dan dilarang menggunakan hak dan kebebasan mereka.
Rumah-rumah mereka didobrak malam-malam dengan cara kasar dan liar. Bahkan srigala saja tidak melakukan hal semacam itu karena terlalu keji. Anak-anak yang ada di pangkuan ibunya ditakut-takuti, perempuan di tempat tidurnya diteror, orang tua pun diteror. Bahkan pada algojo itu memukul dan menghancurkan apa saja yang ada di depannya untuk meneror keluarga para da‘i.
Tragedi-tragedi tersebut, bahkan lebih dari itu, terjadi di tangan para penguasa dan pejabat. Ada kalanya seorang pejabat menipu rakyat, lalu kebusukan dan pengkhianatannya kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin pun terungkap. Ada pula yang pengkhianatannya dari hari pertama terungkap, lalu ia diadili. Dan ada pula yang perilakunya tidak terungkap, tetapi suatu saat nanti ia pasti terungkap, kemudian rakyat menentukan sikap penolakan terhadapnya.
Penulis katakan bahwa berbagai bencana, ujian, pengusian, dan pembatasan pemikiran, opini, kebebasan, kekayaan dan hak yang dihadapi jama’ah, serta perang informasi dan teror yang diterima jama’ah dan para pengikutnya itu tidak menghentikan perjalanannya. Sebaliknya, jama’ah ini telah melewati rintangan-rintangan tersebut dan tegar di atas kebenaran yang diserukannya. Mereka mengorbankan jiwa dan harta benda untuk mengangkat agama ini. Hal itulah yang menjadikan musuh-musuh jama’ah bingung dalam menemukan sarana-sarana perlawanan terhadapnya.
Mereka telah gagal dalam merealisasikan keingian mereka, sementara jama’ah ini sukses menyebarkand akwahnya. Ia telah menciptakan kesadaran Islam pada publik di setiap kawasan dunia, dan ia terus berjalan untuk mencapai tujuan-tujuannya dengan langkah yang mantap. Ia terus bergerak untuk menciptakan kesadaran Islam pada level kenegaraan, setelah ia menciptakan kesadaran Islam pada level kabangsaan. Dengan kesadaran itu, Islam naik ke tataran kekuasaan sehingga seluruh syari’at Islam dapat diterapkan, baik pidana, peradata, hubungan internasional, manajemen, dan lain-lain. (bersambung)
*) DR. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris
DR. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris adalah anggota Parlemen Jordania. Berasal dari desa Falujah, Palestina yang diduduki Israel 1949. Lahir tahun 1940. Menjadi Anggota Parlemen Jordania pada tahun 1989, kemudian terpilih kembali pada tahun 2003. Sempat dicabut keanggotaannya sebagai anggota parlemen Jordania karena melayat saat terbunuhnya Az-Zarkawi, pimpinan Al-Qaedah di Irak, kemudian dipenjara selama 2 tahun dan dibebaskan berdasarkan surat perintah Raja Abdullah II bersama temannya sesama anggota perlemen Ali Abu Sakr.
DR Abu Faris aktivis Gerakan Dakwah di Jordania. Meraih gelar doktor dalam bidang Assiyasah Assyar’iyyah (Politik Islam). Kepala bidang Studi Fiqih dan Perundang-Undangan di Fakultas Syari’ah Universitas Jordania. Beliau juga Professor pada Fakultas Syari’ah pada universitas tersebut. Di samping itu, beliau juga Direktur Majlis Tsaqofah Wattarbiyah pada Lembaga Markaz Islami Al-Khairiyah. Mantan Anggota Maktab Tanfizi Ikhwanul Muslimin, Anggota Majlis Syura Ikhwanul Mislimin dan Partai Ikhwan di Jordania.
Beliau terkenal dengan ketegasannya, ceramah-ceramah yang dahsyat di Masjid Shuwailih, kota Oman. Beliau memiliki lebih dari 30 karya buku terkait Hukum Islam, Siroh Nabawiyah, Politik Islam, Gerakan Islam. Syekh DR. Abu Faris memiliki ilmu syari’ah yang mendalam sehingga menyebabkan Beliau pantas mengeluarkan fatwa-fatwa syar’iyah. Beliau juga sangat terkenal kemampuan penguasaan pemahaman Al-Qur’an dan tafsirnya.