Sarana Da’wah Ikhwan secara Global:
Wasilah (sarana) untuk merealisasi sasaran-sasaran tersebut telah disebutkan oleh ustadz Hasan al-Banna rahimahullah: "Sarana kita dalam mengokohkan da’wah, dapat diketahui secara jelas, dan dapat dibaca oleh semua orang yang ingin mengetahui sejarah jama’ah. Ringkasan semua itu ada pada dua kalimat yakni: Iman dan amal, cinta dan persaudaraan (Ukhuwah).
Apa yang paling banyak dilakukan Rasulullah saw. tidak lain adalah menda’wahkan manusia pada keimanan dan amal. Kemudian memadukan hati kaum mu’minin di atas pilar cinta dan persaudaraan. Lalu terpadulah antara kekuatan ‘aqidah dan kekuatan persatuan.
Dalam kesempatan lain, Ustadz al-Banna rahimahullah mengatakan: "Sarana-sarana umum bagi da’wah tidak berubah, tidak berganti dan tidak lain dari aspek iman yang dalam (Imaan ‘amiiq), pembentukan yang cermat (takwiin daqiiq), dan amal yang berkesinambungan (amal mutawashil)".
Selain itu, Syaikh telah menyebutkan bahwa rukun-rukun sarana dalam da’wah ada tiga: Manhaj yang benar (minhaj shahih), orang mu’min yang beramal (mu’minun ‘amilun), dan pemimpin yang tangguh dan dipercaya (qiyadah hazimah mautsuq biha).
Melalui penjelasan singkat di atas, kita dapat mengetahui misi utama da’wah ikhwan, yakni melakukan ishlah dalam diri ummat Islam. Sebagaimana kita mengetahui salah satu dari faktor penting yang diperlukan untuk melakukan misi tersebut ada pada ungkapan Ustadz al-Banna: Pemimpin yang tangguh dan dipercaya.
Sebab sesungguhnya setiap amal yang bertolak dari selain permulaan ini, tidak dapat bertahan lama dan langgeng. Lebih dibutuhkan lagi pemimpin yang mampu melakukan pembaruan, penelitian, dan melaksanakan kewajiban seluruhnya sebagaimana kemashlahatan ummat Islam seluruhnya.
Karenanya, mencari unsur kepemimpinan Islam dalam hal ini, membinanya, dan memberinya peran yang sesuai merupakan masalah asasi dan penting dalam amal Islam, sehingga jalan da’wah harus sungguh-sungguh cermat mewujudkannya.
Pemimpin harus memiliki iman yang mengakar, mampu mengurus amaliyah kaderisasi (takwin) secara detail dan biasa melakukan pekerjaan terus menerus di atas petunjuk minhaj yang shahih dan melalui kerja bersama-sama para du’at lainnya.
Rincian Sarana Da’wah Ikhwanul Muslimin
Pertama, menyebarkan da’wah melalui semua sarana sampai dapat dipahami oleh opini umum dan mereka dapat menjadi penolong da’wah didorong oleh aqidah dan iman.
Kedua, menyaring semua unsur-unsur baik untuk dijadikan pilar pendukung yang kokoh bagi fikrah ishlah (perbaikan).
Ketiga, memperjuangkan perundang-undangan hingga suara da’wah Islam dapat berkumandang secara formal dan legal di pemerintahan sekaligus mendukungnya dan menjadi kekuatan dalam pelaksanaannya.
Di atas landasan ini, Ikhwan mengajukan calon mereka dalam pemilihan parlemen ketika datang saat yang tepat pada ummat untuk melakukannya. Kami percaya keberhasilan da’wah yang merupakan pertolongan Allah swt., selama kami mengharapkan itu kepada Allah swt. semata. “Dan niscaya Allah akan menolong orang yang menolong (agama)- Nya. Sesungguhnya Dia Maha Kuat dan Maha Mulia.” (QS. al-Hajj: 40)
Keempat, manhaj (metode) yang benar. Ikhwan telah mendapatkannnya dalam al-Qur’an, sunnah Rasul-Nya dan melalui berbagai hukum Islam ketika kaum muslimin memahaminya secara bersih, jauh dari tambahan unsur asing dan kedustaan. Ikhwan melakukan kajian terhadap Islam di atas landasan ini dengan mudah, luas disertai penguasaan yang menyeluruh.
Kelima, kaum mu’minin yang beramal atau aktivis muslim. Ikhwan menerapkan apa yang mereka pahami dari Agama Allah, penerapan menyeluruh tanpa pandang bulu. Ikhwan, alhamdulillah, mengimani fikrah, meyakini tujuan, dan percaya dengan pertolongan Allah kepada mereka selama mereka bekerja untuk-Nya serta berada di atas petunjuk Rasulullah saw.
Keenam, kepemimpinan yang tangguh dan dipercaya. Ikhwanul Muslimin telah mendapatkannya. Anggota Ikhwan taat pada pimpinannya, dan beramal di bawah benderanya.
Di samping sarana-sarana umum ini masih ada sarana tambahan lain yang digunakan Ikhwan yang bersifat positif. Ada yang sesuai dengan ‘urf (kebiasaan yang dikenal) masyarakat Islami, dan ada yang keluar darinya, atau bahkan berlawanan. Ada yang dilakukan secara lemah lembut, dan ada yang dilaksanakan secara tegas dan keras. Semuanya dilakukan untuk keberhasilan da’wah dengan izin Allah.
Terkadang Ikhwan dituntut berlawanan dengan adat dan kebiasaan jahili yang ada di masyarakat. Toh pada hakikatnya, misi da’wah tidak lain adalah upaya perubahan dari adat, kebiasaan dan kondisi yang tidak Islami.
Singkatnya, tujuan asasi Ikhwanul Muslimin, sasarannya yang paling utama, perbaikan yang diinginkan dan mereka persiapkan untuknya adalah: Islah secara menyeluruh dan sempurna, ditopang oleh kekuatan ummat dan diarahkan untuk seluruh ummat, mencakup perubahan dan pergantian seluruh kondisi yang negatif.
Ikhwanul Muslimin menyuarakan da’wah, mengimani manhaj, memperjuangkan aqidah, beramal dalam rangka menunjukkan manusia pada sebuah sistem kemasyarakatan yang mencakup segenap aspek kehidupan bernama: Islam. Diturunkan oleh Ruhul Amin (Jibril) kepada hati Sayyidil Mursalin Muhammad saw. agar ia menyampaikan peringatan melalui bahasa Arab yang terang.
Ikhwan ingin membangkitkan sebuah ummat Islam ideal yang memeluk Islam secara benar dan menjadikannya sebagai petunjuk dan imam. Hingga manusia mengetahuinya sebagai negara al-Qur’an yang sepenuhnya bersandar pada al-Qur’an, yang menda’wahkannya, yang berjihad di jalannya, yang berkorban di atas jalannya, dengan jiwa dan harta.
Sarana-sarana ini memerlukan kesabaran berlipat ganda. Ustadz Hasan al-Banna rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya jalan kalian telah ditentukan langkah-langkahnya, ditetapkan batasan-batasannya. Aku tidak ingin melanggar batasan ini yang telah aku yakini sebagai jalan yang menjamin sampai pada tujuan…
"Benar, ini merupakan perjalanan yang panjang, akan tetapi di sana tidak ada lagi selain jalan ini. Sesungguhnya sikap rujulah (kejantanan) itu tampak pada sikap sabar, kesungguhan dan amal yang terus menerus. Maka barang siapa di antara kalian ingin terburu-buru memetik buah sebelum saat matangnya, atau mengambil bunga sebelum masanya, aku tidak bersama mereka dalam hal tersebut.
"Lebih baik baginya untuk keluar dari da’wah ini kepada selainnya. Tetapi barang siapa yang bersabar bersamaku hingga biji telah tumbuh menjadi sebuah pohon dan menghasilkan buah hingga tiba saatnya untuk dipetik, maka Allah yang akan membalasnya sebagaimana balasan untuk orang-orang muhsin, yakni kemenangan atau kekuasaan, mati syahid atau kebahagiaan."
Kesabaran adalah sikap yang tak kenal putus asa. Karenanya Syaikh Hasan al-Banna rahimahullah mengatakan, "Janganlah kalian berputus asa, sebab putus asa bukanlah bagian dari akhlak ummat Islam. Kenyataan hari ini adalah impian hari kemarin. Dan impian hari ini adalah kenyataan hari esok.
"Waktu masih terhampar luas. Bangsa kalian yang beriman masih mengandung unsur-unsur bersih yang kuat dan potensi yang sangat besar, walaupun fenomena kerusakan demikian merajalela di antara mereka.
Pihak yang lemah, tidak selamanya menjadi lemah. Sebaliknya pihak yang kuat tak selamanya menjadi kuat. “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orangyang mewarisi (bumi)." (QS. Al-Qashash: 5)
Sesungguhnya perjalanan waktu akan menyingkap banyak peristiwa-peristiwa besar. Kesempatan masih terbuka bagi amal-amal agung. Dunia menanti da’wah kalian. Da’wah hidayah, cahaya, dan keselamatan, agar dapat membebaskannya dari derita sakit. Peran kalian adalah memimpin dunia.
"Dan hari-hari itu akan Kami (Allah) gilirkan di atara manusia. Kalian mengharapkan pada Allah sesuatu yang tidak dapat mereka harapkan kepada-Nya. Maka bersiaplah, beramallah sekarang juga, mungkin kalian tak mampu lagi beramal esok hari."
Kepada mereka yang bersemangat di antara kalian saya anjurkan untuk menanti perputaran zaman. Kepada mereka yang masih tinggal diam, saya anjurkan agar bangkit dan beramal, karena tidak ada istirahat bersama jihad.”
"Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, niscaya akan Kami tunjukkan mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah pasti bersama orang-orang yang muhsinin." (QS. al-Ankabut: 69)
Teruslah maju ke depan. Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Karena itu pula Syaikh Sa’id Hawwa rahimahullah mengatakan, "Imam al-Banna telah meletakkan prinsip untuk pemahaman, prinsip dalam pembinaan, prinsip dalam organisasi, dan prinsip dalam berstrategi dan berharakah.
Selanjutnya, beliau membiarkan pintu terbuka untuk bermacam-macam perbedaan pendapat yang tidak membahayakan persatuan jama’ah, selama tetap berpegang teguh dan terikat pada prinsip-prinsip tersebut.
Sebab itulah, Hasan al-Banna berhasil mendirikan sebuah bangunan yang tetap sesuai dengan berbagai kondisi zaman. Imam al-Banna berhasil membentuk lingkaran global yang mampu menghimpun seluruh kaum muslimin pada satu fikrah dan tanzhim. Beliau berhasil memadukan seluruh pemikiran yang positif, dan menyaring pemikiran yang keliru. Dalam da’wahnya, dapat dipadukan seluruh kebaikan yang mungkin menjadi faktor pemecah dalam organisasi selainnya. Sebaliknya, Ikhwan mampu menjauhi da’wah dari segala keburukan dan kerancuan."
Secara khusus, Ustadz Sayyid Quthb rahimahullah mengungkapkan kekagumannya terhadap kejeniusan Hasan al-Banna dalam dua sisi penting:
Pertama, kemampuannya membina ruh dan jiwa secara seimbang terhadap anggota harakah, melalui porsi yang sesuai antara ilmu, ruh dan harakah, dan antara spesialisasi pendidikan Islam dari sisi lain.
Kedua, kemampuan pembinaan organisasi bagi Jama’ah. Jama’ah Ikhwan adalah jama’ah pelopor amal jama’i (kerja kolektif) yang pertama kali muncul dalam bentuk sebuah partai Islam.
(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)