Hadits lain menyebutkan, “Makanlah bawang putih dan gunakanlah ia sebagai obat karena ia mampu mengobati 70 macam penyakit. Kalaulah malaikat tidak datang (dan berbicara) denganku, pastilah aku pun memakannya.” (HR Ad-Dailami dari Ali).
Para ahli tidak tahu persis kapan bawang putih pertama kali digunakan dalam makanan. Namun, bukti historis lain menyebutkan bahwa bangsa Sumeria telah menggunakan bawang putih sebagai obat sejak lebih dari 2600 tahun SM.
Sekumpulan manuskrip tua berbahan daun lontar yang ditulis lebih dari 1500 tahun SM menegaskan bahwa bangsa Mesir kuno sangat mengandalkan bawang putih dalam dunia pengobatan.
Pada abad pertengahan, bawang putih disebarluaskan ke daratan Eropa dan mulai digunakan untuk mengobati penyakit pes (sampar) dan penyakit jantung. Selama beberapa abad, bawang putih digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati sejumlah penyakit infeksi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir bawang putih semakin dikenal luas karena kemampuannya mengobati penyakit kanker dan jantung.
Bawang putih mengandung lebih dari 100 unsur kimiawi. Dan kandungannya yang terpenting adalah zat alisin, yaitu satu jenis asam amino yang mengandung sulfur. Namun, zat ini tidak terdapat pada bawang putih yang masih segar, tapi baru terbentuk secara bertahap bersama unsur lainnya ketika dirajang ataupun ditumbuk.
Para peneliti meyakini bahwa zat alisin itulah yang bertanggung jawab bagi efektivitas senyawa biologis yang terdapat pada bawang putih, sebagaimana para juru masak memahami bahwa zat itu pula yang menciptakan bau menyengat yang keluar dari bawang putih.