Eramuslim – Masyarakat Indonesia pada umumnya mengolah daging Qurban yang diperoleh menjadi sate ataupun sop. Ada pula yang memasaknya menjadi lebih variatif seperti rendang atau gulai.
Apapun cara memasaknya, tentu tetap harus memerhatikan kesehatan bagi tubuh. Jangan sampai berlebih jumlah konsumsinya dan mengakibat mudharat bagi orang yang mengkonsumsi.
Lalu bagaimana cara memasak daging kurban yang paling sehat?
Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Diah M. Utari menjelaskan bahwa dilihat dari sisi kesehatan, maka mengolah dengan dibakar atau sate sebenarnya berbahaya.
Sebab, memasak dengan suhu tinggi dapat merusak struktur protein pada daging.
“Proses pembakaran juga akan memicu timbulnya HCA (heterosiklik) dan PAH (hidrokarbon aromatik polisiklik),” ungkapnya kepada Jawa Pos.com, Kamis (31/8).
Lebih lanjut Diah mengatakan bahwa kedua kandungan itu jika terkonsumsi akan bersifat radikal bebas dalam tubuh.
“Saat membakar daging, biasanya daging atau lemak daging akan menetes ke arang, arang yang tertetes akan terbakar dan berasap dan menempel kembali pada daging,” jelas dia.
Asap tersebut mengandung PAH. Daging yang terkena PAH tersebut yang sangat berisiko memicu radikal bebas sehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif termasuk kanker.
Lalu bagaimana jika dimasak menjadi gulai? Menurut Diah, memasak gulai mungkin lebih aman di banding dibakar (sate). Namun sebaiknya kuah gulai (santan) tidak terlalu kental.
Cukup encer saja dan ditambah banyak rempah yang kaya antioksidan. Sehingga akan terasa lebih ringan dan segar.
Diah menyarankan jika tetap ingin membuat sate, sebaiknya daging dimasak sebentar (direbus dengan bumbu rempah).
“Setelah itu dibakar dalam waktu yang singkat saja untuk mengurangi risiko radikal bebas,” paparnya. (JP/Ram)