Assalamualaikum War. Wab.
Ustadz, saya membaca pertanyaan tentang fenomena lafadz Allah dan terus terang saya meyakini atas kejadian ini bahwa seluruh isi alam semesta juga bertasbih dan berzikir menyebut asmanya. Hal itu sebagaimana firman Allah:
“Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. ” (QS al-Isrâ’ [17]: 44)
Jika ayat di atas tidak sesuai dengan maksud fenomena lafadz Allah, maka bagaimana maksud sebenarnya dari ayat di atas?
Atas jawaban ustadz kami sampaikan terima kasih.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dengan cermat dan teliti, sebelum kita terlanjur menganggap adanya fenomena lafahz Allah ini sebagai bagian dari mukjizat atau apa pun namanya.
Pertama, kalau disebutkan bahwa kita ini tidak mengerti tasbih mereka, maka memang ayat ini justru menunjukkan bahwa fenomena terbentuknya huruf-huruf aneh itu bukan bentuk tasbih mereka. Sebab Al-Quran tegas menyebutkan bahwa kita tidak mengerti cara tasbih mereka.
Paling tidak, cara tasbih mereka bukan dengan cara membentuk tulisan arab atau sejenisnya. Sebab dengan tulisan arab itu, kita malah jadi mengerti cara tasbir mereka. Padahal ayatnya mengatakan bahwa kita tidak mengerti cara tasbihnya.
Kedua, juga penting untuk dipahami bahwa ayat ini menegaskan bahwa yang bertasbih itu bukan hanya satu atau dua benda saja, akan tetapi segala apa yang ada di langit dan di bumi, semuanya ikut bertasbih kepadanya.
Padahal yang membentuk lafadz-lafadz itu hanya beberapa saja, apakah dengan demikian semua makhluk yang lain tidak bertasbih? Ini perlu dipikirkan masak-masak dan cermat.
Ketiga, bentuk-bentuk keajaiban itu mungkin saja bagian dari kebesaran Allah, namun mungkin saja bukan. Mengapa kita tidak harus terlalu peduli?
Jawabnya karena kita tidak punya petunjuk pasti, adakah hal-hal demikian merupakan hujjah lana ataukah hujjah ‘alaina. Hujjah lana maknanya adalah bahwa bukti-bukti itu menjadi argumentasi yang menguatkan kebenaran Islam. Sedangkan hujjah ‘alaina malah sebaliknya, merupakan fenomena yang justru merugikan Islam. Pasalnya, tidak ada keterangan dari nabi SAW tentang adanya fenomena ini.
Seandainya nanti ada dedaunan pohon, atau awan atau apapun yang bisa membentuk tulisan yang bukan Allah, tetapi malah sebaliknya, misalnya lafadz "Isa adalah Tuhan", atau "Aku adalah Allah" atau lafadz lainnya, yang intinya malah kontra-produktif, adakah kita akan mempercayainya juga sebagai bagian dari bertasbihnya makhluk-makhuk itu?
Lalu bagaimana dengan fenomena tulisan lafadz Allah yang sekarang sudah terlanjur kita banggakan itu?
Karena itu menurut hemat kami, rasanya tidak terlalu menarik untuk mengajak orang-orang masuk Islam atau membela Islam lewat fenomena-fenomena semacam ini. Walau pun kami pun tidak menyalahkan bila ada yang berpandangan bahwa hal itu termasuk modal dalam berdakwah.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc