Assalamulaikum wr wb, Pak Ustadz yang saya kagumi,
Saya ikut pengajian tarbiyah (yang identik dengan salah satu partai). Kemudian beberapa minggu lalu, kakak dan ibu saya melarang untuk ikut pengajian tersebut, dengan alasan diluar "aqidah keluarga." Memang keluarga saya identik dengan salah satu organisasi Islam yang sudah lama mengklaim ahli sunnah waljama’ah (dengan tradisi tahlil, maulid, ziarah kubur, dan lain-lain)
Walaupun saya ragu apa ibu dan kakak tahu apa arti ‘ahlisunnah waljma’ah’ di samping itu juga kakak saya punya back ground politikyangberbeda dengan saya karena dia orang pemda DKI (yang identik dengan salah satu cagub pilkada kemarin) yang notabene berbeda dengan siapa yang dukung.
Dia juga ikut pengajian habaib (yang mengaku punya ajaran berhubungan jelas dengan keturunan Rasulullah SAW). Untuk sementara saya tidak ngaji dulu, tapi hati saya masih ingin ikut halaqohan lagi. Pak ustadz mohon bimbingannya, apa yang saya lakukan untuk bisa mengaji lagi? Jujur, saya ingin sekali bertukar pikiran dengan anda apakah saya boleh tahu no telp ustad? (hp/rumah)
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Barangkali pengajian tarbiyah yang anda katakan identik dengan partai adalah PKS. Memang selama masa ‘panas’ menjelang pilkada DKI kemarin, ada sedikit ketenggangan yang meruncing. Teman-teman kita di PKS serasa mendapatkan ‘fitnah’ karena dikatakan sebagai GAM (Gerakan Anti Maulid).
Dan tudingan ini memang lumayan bisa mematahkan simpul-simpul kekuatan PKS terutama di masyarakat betawi yang memang aktifis maulid, tahlilan, ziarah kubur dan seterusnya.
Dan kenyataannya, para aktifis di PKS memang jarang yang bertradisi demikian, meski tidak ada bukti bahwa mereka menolak atau memerangi tradisi itu secara frontal. Bahkan boleh dibilang mereka cukup toleran dengan urusan yang satu itu, meski belum tentu bisa kalau disuruh melakukannya. Sebab para petinggi PKS umumnya memang bukan dari kalangan betawi yang kental dengan tradisi maulidan, tahlilan dan seterusnya.
Kebetulan seperti ini nampaknya dimanfaatkan oleh para ‘lawan’ politik PKS saat itu, sehingga di hampir semua even maulid, pengajian, majelis taklim dan juga pidato para kiyai betawi termasuk para habaibnya juga, selalu dihembuskan bahwa PKS itu anti maulid. "Hati-hati dengan PKS, karena aqidahnya berbeda dengan kita. Mau dibawa ke mana anak-anak kita oleh PKS?", itu salah satu peringatan yang kerap kita dengar.
Dan urusan maulid, tahlilan, ziarah kubur, baca Yaasiin dan sejenisnya, buat orang betawi adalah harga mati. "Mendingan ditabokin ame cina dari pade kite kaga bole muludan", begitu komentar para pak haji kalanganbetawi dengan dialek yang khas.
Sebenarnya, kalau masing-masing pihak bisa duduk dengan kepala dingin, tidak perlu terjadi hal-hal demikian. Tidak perlu ada tuduhan sebagai GAM dan tidak perlu PKS merasa dikucilkan dan dikeroyok beramai-ramai. Dan orang tua anda tidak perlu melarang-larang anaknya ikut halaqohan. Asalkan semangat ukhuwah lebih menonjol dari pada kepentingan golongan dan kelompok.
PKS sebenarnya tidak anti maulid, tidak pernah ada dokumen dari (DSP) Dewan Syariah Pusat tentang haramnya atau penolakan mereka terhadap maulid dan sejenisnya. Bahkan fatwa-fatwa dari DSP memberikan keluasan bagi para kader untuk ikut dalam berbagai even semacam tahlilan.
Kalau pun ada sebagian kader PKS yang tidak mau melakukannya, ketahuilah bahwa kader PKS terdiri dari berbagai jenis kelompok. Ada NU, Muhammadiyah, Persis dan lainnya. Bahkan yang dari kalangan habaib juga ada, senior pula. Beliau adalah Dr. Salim Segaf Aljufri, yang kini sedang menjabat duta besar di Saudi Arabia. Jadi istilah GAM untuk PKS agaknya memang kurang tepat.
Maka tidak ada salahnya bagi kader PKS, terutama yang bukan dari kalangan Persis atau Muhammadiyah, untuk ikut dalam berbagai even masyarakat betawi. Baik maulid, tahlil, pengajian atau apapun yang memang masih menjadi khilaf di kalangan ulama.
Dan khususnya untuk pengajian kalangan betawi. Sebab para kiyai betawi itu banyak yang ‘alim, berilmu mendalam dan luas. Toh ilmu tidak hanya terdapat dari internal partai saja, juga bukan hanya dari ustadz PKS semata. Banyak jenis ilmu-ilmu keIslaman yang pakarnya tidak ada di dalam barisan petinggi PKS.
Sekarang ini jagonya PKS sudah kalah, calon dukungan dari 20 partai plus kiyai betawi dan para habaib sudah menang dan tinggal diangkat jadi gubernur. Maka kekhawatiran terhadap apa yang kemarin dihembuskan sudah tidak perlu lagi dimunculkan. Apalagi semua itu hanya tuduhan kosong tanpa makna yang hanya menjadi komoditas kampanye. Maka sekarang ini waktunya untuk berdamai. Ishlah antara dua kekuatan umat yang sempat retak wajib dilaksanakan.
Semua fitnah, tuduhan, tudingan, caci maki, gunjingan dan silap lidah yang kemarin sempat menggembirakan syetan, sudah saatnya dihentikan. Diganti dengan salam perdamaian, duduk bersama, saling sayang, saling isi, saling bantu, saling dukung dan saling bekerjasama erat. Tidak ada perbedaan aqidah selama ini. Semua penganut ahlussunnah wal jamaah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kecuali bisikan syetan yang terkutuk yang terkadang terselip di dalam hati yang kotor.
Kalau umat Islam di Jakarta ini bersatu, baik para ustadz, kiyai, habaib, kader PKS dan semua elemen lainnya, maka yang bersedih hanya satu, yaitu syetan. Tapi kalau masing-masing saling cakar-cakaran ngeributin yang tidak jelas, maka syetan pun menari-nari kegirangan. Kalau mau dicari-cari, perbedaan pasti ada. Tapi ketahuilah bahwa kita lebih banyak punya persamaan dari pada perbedaan. Allah kita sama, Muhammad kita sama, Quran kita sama, Hadits kita sama, kiblat kita sama, jumlah rakaat shalat kita juga sama, lalu mengapa kita harus saling menuduh sesat?
Silahkan khawatir bahkan kalau perlu dibubarkan segera kalau ada gerakan yang mengaku Islam tetapi tuhannya bukan Allah, nabinya bukan Muhammad SAW, kitabnya bukan Quran, anti hadits, anti shalat, anti zakat dan anti Islam. Atau mengatakan semua agama sama. Kepada kelompok sesat seperti ini, kita harus bersatu dalam sikap dan langkah: bubarkan.
Halaqah PKS
Sedangkan halaqah-halaqah PKS yang banyak digelar di berbagai tempat, memang punya banyak manfaat positif. Meski harus diakui bahwa umumnya para murabbi tidak dalam kapasitas sebagai ulama atau ahli syariah. Bahkan yang bisa bahasa arab untuk bisa merujuk ke kitab tafsir, hadits, fiqih dan jutaan kitab literatur keIslaman lainya, sangat sedikit. Apalagi menu halaqah saat ini lebih banyak tema politik dari pada ilmu-ilmu keIslaman yang mendasar.
Semua ini adalah tantangan tersendiri secara internal di dalam PKS, yaitu bagaimana mencetak para kader murabbi yang bukan sekedar bisa ceramah di dalam halaqah, tetapi punya ilmu syariah dan mampu merujuk ke literatur yang asli. Agar halaqah tidak kering dari sisi ilmu syariah. Daurah murabbi yang hanya sehari dua hari tentu tidak akan melahirkan para ahli syariah, yang mampu menjawab semua permasalahan umat.
Karena itu PKS dan seluruh kalangan muslim lainnya wajib mendirikan madrasah syariah yang bisa melahirkan para ulama betulan, melek syariah, paham kitab, fikrahnya benar, aqidahnya lurus, ilmunya punya dasar.
Kami sangat menyambut baik bila antum ingin bersilaturrahim, hubungi kami di no. 021 92880436 atau 021 999 80000.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc