Eramuslim – Karena khawatir tentang pengetahuan bacaan Alquran yang dimilikinya tidak sempurna, tidak sedikit orang yang membaca firman Allah ini hanya dalam hati. Beberapa orang juga khawatir terjerumus kepada riya hingga sum’ah jika membaca Alquran dengan suara yang dapat didengar orang.
Pendapat-pendapat ini menimbulkan pertanyaan terkait hukum mambaca Alquran hanya di dalam hati. Bagaimana sebenarnya panduan Nabi Muhammad SAW terkait membaca Alquran?
Nabi Muhammad telah memerintahkan umatnya untuk membaca Alquran dengan sabdanya:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ.
Artinya: “Bacalah Alquran karena ia akan memberikan syafaat kepada para sahabatnya.” (HR. Muslim)
Adapun tata cara membaca Alquran terkait dengan suara atau hanya di dalam hati, Nabi Muhammad bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ
“Bukan termasuk bagian kami, orang yang tidak melagukan Alquran.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Ulama memiliki beragam pendapat tentang makna kata ‘yataghanna’ dalam hadist tersebut. Sebagian ulama menyatakan yang dimaksud dengan ‘yataghanna bil Quran’ adalah menjaherkan (mengeraskan) bacaannya.
Pendapat ini menyebut membaca Alquran tanpa suara dan tanpa gerak bibir, maka tidak dinamakan membaca Alquran. Namun praktik ini disebut sebagai tadabbur atau tafakkur Alquran, yakni mendalami dan merenungkan isi Alquran.
Jika seseorang khawatir bacaannya akan mengganggu orang atau terjerumus kepada riya, maka solusinya adalah dengan membaca Alquran dengan sirr atau lirih. Bacaan dengan lirih adalah membaca Aquran dengan tetap menggerakkan bibir meski dengan suara kecil.
Sementara pendapat lain tentang makna ‘yataghanna’ adalah memperbagus suaranya saat membaca Alquran. Pandangan ini bahkan menambah tuntunan membaca Alquran yang benar adalah dengan memperindah suaranya saat membaca. Jadi membaca Alquran tetaplah harus dengan menggerakan bibir dan memperindah bacaannya meskipun dengan suara yang rendah. (rol)