Eramuslim – SELAIN di rumah, gedung, atau suatu ruang terbuka, akad nikah kerap dilaksanakan di masjid atau musala. Tentu ada berbagai alasan yang membuat orang melangsungkan akad di tempat suci tersebut.
Lalu bagaimana sebenarnya hukum melangsungkan akad nikah di masjid? Dalam hadis yang diriwayatkan Sayyidah ‘Aisyah Ra, Rasulullah SAW bersabda:
أَعْلِنُوا هَذَا النِّكَاحَ وَاجْعَلُوهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوا عَلَيْهِ بِالدُّفُوفِ
“Umumkanlah akad nikah itu, lakukanlah di masjid, dan tabuhlah rebana untuknya.” (HR. At-Thirmidzi)
Berdasarkan hadis di atas, para ulama sepakat melaksanakan akad nikah di masjid hukumnya sunah. Sebagaimana penjelasan Abdurrahman al-Mubarakfuri menjelaskan dalam kitab Tuhfah al-Ahwadzi:
وَاجْعَلُوهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَهُوَ إِمَّا لِأَنَّهُ أَدْعَى لِلْإِعْلَانِ أَوْ لِحُصُولِ بَرَكَةِ الْمَكَانِ
“Lakukanlah akad nikah di masjid, karena hal tersebut lebih maksimal dalam menampakkan pernikahan dan untuk mendapatkan keberkahan tempatnya.” ( Abdurrahman al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwadzi, IV/178).
Syekh Abi Bakar Muhammad Syato ad-Dimyati menegaskan dalam kitab Hasyiyah I’anah ath-Thalibin:
وَاجْعَلُوْهُ فِي الْمَسَاجِدِ مُبَالَغَةً فِي إِظْهَارِهِ وَاشْتِهَارِهِ فَإِنَّهُ أَعْظَمُ مَحَافِلِ الْخَيْرِ وَالْفَضْلِ.