Bolehkah Membayar Fidyah Puasa dengan Uang Orangtua?

Eramuslim – KEWAJIBAN puasa di bulan suci Ramadhan merupakan agenda seorang muslim di seluruh dunia yang dilakukan sebulan dalam tiap tahun. Lalu apabila ia melewatkan puasa tahun ini, misal, jika ia menjumpai Ramadhan tahun berikutnya dan belum sempat qada’, maka ia harus membayar fidyah.

Seperti keterangan dalam kitab I’anah al-Thalibin:

و) يجب (على مؤخر قضاء) لشئ من رمضان حتى دخل رمضان آخر (بلا عذر) في التأخير: بأن خلا عن السفر والمرض قدر ما عليه (مد لكل سنة) فيتكرر بتكرر السنين، على المعتمد

البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢٧٣/٢]

“Wajib bagi seorang yang melewatkan qada’ tanpa uzur, seperti bepergian dan sakit. Kemudian ia menemui Ramadan yang lain, maka wajib membayar satu Mud pada tiap hari-hari yang ditinggalkan pada Ramadan itu. Aturan ini akan terus berlipat pada setiap tahun, jika belum sempat dibayar.”

Lalu, bagaimana jika fidyah yang dibayarkan adalah uang atau harta orang tua?

Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Ustadz Yuniar Indra memberi penjelasan soal ini.

“Ketika memang harta yang digunakan adalah harta pemberian orang tua, maka tidak ada masalah. Sebab pemberian orang tua sudah menjadi hak anaknya,” kata Ustadz Yuniar seperti dikutip dari laman tebuireng.online.

قوله: وكما لو زين ولده الصغير) أي فإنه يكون ملكا له، ولا يحتاج إلى صيغة،

البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ١٦٩/٣

Jika orang tua menghiasi anak kecilnya dengan perhiasan, maka perhiasan itu menjadi milik anak tersebut.” (Okz)