“Nah, ini yang rancu. Pertanyaannya, jadi yang melakukan ritual ibadah qurban itu siapa? Saya sebagai bapaknya atau anak saya? Kalau secara real teknisnya, yang nyembelih saya sih. Duitnya duit saya, yang pegang golok juga saya. Terus, posisi anak sebagai apa disini? Sebagai yang dikirimi pahala kurban kah? kan anaknya masih hidup,”tuturnya.
Ia melanjutkan, urusan rancunya istilah ‘atas nama’ ini terjawab manakala kita bicara tentang ibadah satunya lagi yaitu aqiqah. Aqiqah itu ibadah menyembelih hewan yang disunnahkan kepada ayah dari bayi yang lahir. Jadi pelakunya memang bukan bayinya.
“Duitnya duit ayah, yang pegang golok juga ayah. Statusnya ayah menyembelihkan kambing aqiqahuntuk anaknya,”imbuhnya.
Menurutnya, yang dimaksud berkurban atas nama orang tua adalah mengirimkan pahala qurban kepada orang tua. Yang melakukan ibadah qurban tetap kita sendiri. Lalu ketika kita dapat pahala, kita mintakan kepada Allah SWT agar dihadiahkan pahalanya kepada orang tua yang sudah wafat, tutupnya. (rol)