Dilansir dari Instagram @Tausiyahku_,Senin (12/8/2019) Ustadz Salim A.Fillah mengatakan, “Lebih besar daripada ngasih sedekah. Memberi utang itu ada dua pahala, kalau sedekah pahalanya cuman satu. Kenapa pahala memberi pinjaman itu dua kali lipat. Kadang-kadang yang mau nagih itu lebih gak enak daripada yang ditagih. Kadang-kadang yang ditagih lebih galak daripada yang nagih,” ujarnya.
Sementera itu, menurut Ustadz Fauzan Amin, Islam memerintahkan melakukan pencatatan yang baik dalam tiap transaksi utang piutang
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah (utang piutang) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan adil (benar).” (QS. al-Baqarah: 282)
Islam memerintahkan kepada orang yang memberikan utang, supaya memberi penundaan waktu pembayaran, ketika orang yang berutang mengalami kesulitan pelunasan.
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 280).
Jika betul-betul tidak kuat bayar hutang maka di anjurkan kepada pemberi utang memberi kesempatan penundaan hutang pada waktu yg di tentukan.