Rasulullah SAW menuntun umatnya mengenai adab berbagai hal, termasuk saat bermimpi. Ketika bermimpi, seseorang akan terbawa ke alam gaib. Di sana, dia mengalami hal-hal yang disukainya atau sebaliknya, mendapatkan pengalaman yang dibenci. Oleh karena itu, Rasulullah memberi tuntunan jika kita mendapatkan kedua jenis mimpi tersebut. Jika mengalami mimpi baik, sesungguhnya itu dari Allah. Sebaliknya, jika dia mengalami mimpi yang buruk, sesungguhnya itu datang dari setan.
Bersyukurlah kita jika diperlihatkan mimpi yang baik. Mimpi baik disebutkan Rasulullah dengan istilah mubasyirat. Tidak hanya itu, Nabi SAW bahkan bersabda, “ Mimpi seorang mukmin adalah satu dari 46 bagian kenabian ….” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad).
Salah satu bagian mimpi baik yang patut disyukuri adalah bertemu Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sendiri menjelaskan, mimpi bertemu beliau bukan berasal dari setan. “Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, sesungguhnya ia telah melihatku. Karena sesungguhnya setan tidak menampakkan diri menyerupaiku. “ (HR at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah).
Selain mimpi baik, manusia juga tidak jarang mendapatkan mimpi buruk. Mengenai ini, Rasulullah SAW memberi petunjuk jika setan sengaja mendatangi seseorang di antara manusia untuk menakut-nakutinya dengan sesuatu yang menyeramkan. Orang itu pun pergi untuk memberi tahu orang-orang. Tidak mengherankan jika Rasulullah berpesan, “ … Jangan memberitahu orang-orang tentang tindakan setan yang mempermainkanmu dalam mimpimu ….” (HR Muslim dan Ibnu Majah).
Saat bermimpi buruk, Rasulullah pun mengajarkan kepada kita untuk meludah ke samping kiri sebanyak tiga kali. “… Jika seseorang dari kalian bermimpi yang tidak disukainya, hendaknya ia meludah ke samping kirinya tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari setan tiga kali serta mengalihkan badannya dari posisi semula.” (HR Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad). N Wallahualam.