Tidak ada satu pun penasihatnya yang bisa dengan tepat menafsirkan mimpi tersebut. Setelah mendengar berita tentang keahlian Yusuf, raja mendengar takwil dari nabi yang mulia tersebut.
“Yusuf berkata, ‘Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit) kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.’” (QS Yusuf 47-48).
Alquran juga menceritakan tentang mimpi Nabi Ibrahim seusai mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail.“Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” (QS ash-Shaff: 102). Demikianlah sang ayah yang amat cinta kepada anaknya tetapi diberikan ujian untuk menyembelih putra semata wayang itu. Sadar bahwa mimpinya adalah wahyu, Nabi Ibrahim berkomunikasi kepada Ismail. Alih-alih mendapatkan penolakan, Ismail justru mengeluarkan kata-kata yang bijak.
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ash-Shaff: 102). Kesabaran ayah dan anak dalam menghadapi ujian ini membuat Allah SWT mengganjar mereka dengan memberi pengganti gibas sebagai kurban. Ritual ini diwariskan selama ribuan tahun dan masih dilakukan kaum Muslimin.