Assalamu’alaikum ibu Fifi..
Sudah lama saya ingin sharing, bertanya dan memohon pencerahan disini, baru sekarang terwujud. I dont know how to start, let’s start with this statement yang baru saya hadapi baru-baru ini dari istri saya :
1."Coba kamu dua hari saja gak usah kerja, dirumah ngurusin anak dari pagi sampai malam mereka tidur, pengen tahu aku..!" "Aku mau maen dong, refreshing.."
2."Aku aja cuek ama diriku, ngapain aku mesti peduli ama anak-anak? Biar aja mereka main sendiri"
Kedua statement itu keluar dari bibir istri saya, dipagi hari sebelum saya berangkat kerja. Saya Istighfar dalam hati, dan sepanjang perjalanan kekantor pikiran dan hati saya gelisah dan kaget sekali serta marah. Kami punya dua anak, laki-laki 3,5thn & perempuan 2,5thn. Istri saya fulltime housewive dan saya fulltime worker. Istri saya mengenakan Hijab (ALhamdulillah) 30thn, saya 38thn. Saya bahagia sekali karena memiliki kehidupan yang buat saya sudah lengkap, walaupun kami masih kontrak rumah.
Istri saya memiliki karakter dan pribadi yang keras hati, dan itu sudah saya tahu sebelum menikah dan sudah dibicarakan, bahkan dia berjanji akan lebih baik setelah menikah. Namun saya sadari, karakter dan kepribadian seseorang sangat sulit untuk dirubah,karena itu sudah nempel sejak lahir apalagi diperkuat dengan faktor gen dari ibunya yang juga sama-sama keras hati dan sangat dominan.
Berkaitan dengan statement istri saya diatas, saya mohon pencerahan dan pemikiran ibu tentang apa yang terjadi, dan bagaimana saya menghadapi ini, apa yang harus saya lakukan. Sebagai gambaran untuk ibu, sejak anak-anak lahir saya sangat excited sekali. Bahkan saya yang sering memandikan, memberi makan, mengajak bermain, mengajari hal-hal baru dan lain-lain. Sebelum berangkat kerja atau sore hari kalau saya dirumah, anak-anak pasti saya yang mandikan. Sabtu minggu saya ajak anak-anak bermain, naik busway, ke monas dan lain-lain tanpa istri saya. karena istri saya orangnya pasive dan tidak menyukai outdoor activity (sering saya bujuk tapi tidak berhasil). Saya juga menyuapi makan anak-anak, mengganti pampers, menenangkan anak bila sedang nangis, marah dan lain-lain. Seperti saya bilang diatas, istri saya keras hati dan egois. Saya perhatikan dia suka bicara kasar dan bicara dengan nada tinggi kepada anak-anak, walaupun tidak memukul (yang saya ketahui). Cara bicara kasar itu turunan dan didikan ibunya, sudah sering saya ingatkan. Setiap saya ingatkan/nasehati dgn baik-baik, dia pasti marah dan tersinggung. Saya selalu ingatkan dia, untuk memberi contoh yang baik dan mulai mendidik anak, karena saya yakin anak-anak pasti seharian didiamkan oleh dia atau dibentak-bentak. Bahkan saya suka ingatkan dia untuk rajin membaca AlQuran dan beri contoh atau ajarkan anak-anak untuk mulai mengenal Al Quran. Dia malah asik membaca novel, dan dia mengkoleksi novel-novel tebal bahkan lebih tebal dari Al Quran. Walhasil saya sempatkan Sabtu Minggu saya kenalkan dengan doa atau surat-surat yang singkat.
Ibu Fifi, saya mohon sekali pencerahan dan pemikiran ibu. Apa yang harus saya lakukan kepada isttri saya. kadang terlintas dipikiran saya untuk mengambil keputusan besar. Masih banyak yang ingin saya share dan saya perlu input dan pencerahan. Walaupun saya selalu sempatkan berdoa dan berdzikir, secara manusiawi saya perlu mendapatkan input.
Terima kasih.
Hamba Allah
Jawab :
Walaykumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Sad Husband yang dicintai Allah.
Subhanallah pelik juga ya pak, hmm, saya langsung masuk saja ke persoalan bapak.
Istri bapak nampaknya lagi bosan, jangan marah, berilah dia waktu untuk ‘istirahat’ dari persoalan rumah tangga yang membosankan. Istri bapak kan senang baca ya, belikan majalah ummi atau majalah wanita muslimah lainnya, taruh saja, jangan paksa baca, kalau ada judul yang menarik pasti dibaca juga.
Insya Allah saya nanti akan menuliskan artikel mengenai wanita solihah, atau bapak boleh membeli buku pasutri judulnya : “Secangkir Teh Buatan Bidadari,” memang belum begitu lengkap namun lumayanlah untuk mengenalkan istri bapak bagaimana menjadi istri yang solihah.
Sebenarnya mudah saja bagi suami, karena lelaki memiliki power, yang ditakuti para istri, power itu bernama : poligami
Kalau sudah berbagai cara dijalankan, hmm berani tidak mengatakan, “mas pikir, mas mau menikah lagi, bagaimana pendapatmu, mas sangat rindu untuk mendapatkan istri yang lembut, yang baik yang mampu mendidik anak-anak.” Reaksinya pasti marah dan kesal, namun percayalah, diam-diam akan terlihat usahanya untuk perbaiki diri menuju yang diinginkan oleh sang suami.
Tetapi hati-hati juga, cemburunya akan sangat luarbiasa dan akan mengganggu juga kesakinahan bapak. Kalau berbagai cara sudah dilakukan ,ada baiknya, ketika melakukan bermacam cara dan setelah cara-cara itu gagal, bapak rajinkan diri untuk sholat malam dan mohon kepada Allah, Dia yang Maha memiliki hidayah, sejauh dan sekeras apapun usaha kita, bila pasangan kita sulit dan tidak mendapat hidayah maka kita akan lelah sendiri.
Sementara istri bersikap keras dan membentak anak-anak, maka bapak tetap lembut ya, agar anak-anak punya figure dan ketenangan hati.
Beli saja buku, kiat menyenangkan hati suami, lalubapak pura-pura marah dengan sikapnya, atau mengatakan bahwa betapa bahagianya punya istri yang lembut dll, jika reaksi istri bapak marah di depan bapak, bapak diam saja dan keluar rumah ke masjid misalnya. Jangan ditanggapi, karena akan memancing pertengkaran, kasihan anak-anak dan istri akan semakin mengeluarkan kata-kata yang tidak nyaman. Namun tetap tegas, dan katakan bahwa bila tidak ada perubahan juga maka, bapak akan menikah lagi.
Mungkin saran saya tidak disukai, namun perlu juga mengingatkan para istri untuk memahami : bahwa dia bukan segalanya, dan tidak pada tempatnya bersikap kasar dan membentak suami yang sudah baik baik, dan memperhatikan keluarga.
Kuncinya ada ditangan bapak, bersikap tegas dan nasehati terus, bila istri bersikap nusyuz (meninggalkan kewajiban sebagai seorangistri), maka istri boleh dinasehati. Dan bila tidak berhasil dijauhkan dari tempat tidur (pisah ranjang ), bahkan boleh dipukul (pada bagian yang tidak menimbulkan cacat). Harus ada perubahan, agar ke depan lebih sakinah.
Semoga bapak lebih berani mengambil keputusan dan membuat ketegasan dalam mengemukakan rumahtangga apa yang ingin dibangun, dengan suami yang seperti apa dan istri yang seperti apa, tanpa harus marah-marah, dan takut pada amarah.
Katakan : I want this,… dan what do you want….. ok, kita perbaiki bersama, I know you are a good wife, (raih istri dalam pelukan dan tekankan bahwa bapak tahu , dia istri yang baik). Insya Allah diam-diam dia akan mengikuti apa yang bapak inginkan, ya perlahan-lahan dulu ya.
Pikiran saya mengenai keras hati dan lain-lain, “ liat saja, Umar bin Khatab kerasnya kayak apa, namun ketika Islam turun dan Al-Quran tersiram ke jiwanya, hati dan perangainya menjadi lembut juga..”
Jadi tidak ada karakter abadi, bapak sibghohi saja dengan kelembutan, pasti akan terpengaruh kok, pada dasarnya wanita itu Allah takdirkan dengan kelembutan dan penyayang, dan tugas bapak dalam mendidik istri merupakan jihad bapak, saat ini, selamat berjuang, insyaAllah, semua akan menjadi lebih baik.
Satu hal lagi, bila semua menjadi baik, jangan lupa, akan ada lagi cobaan berikut dan berikut yang mungkin lebih berat lagi, sampai maut menjemput kita, maka perkuatlah diri dengan iman dan ibadah dan ketaatan hati pada Allah.
Mempertahankan rumahtangga adalah perjuangan, jangan sampai ucapkan cerai, lebih baik bila tidak kuat menikah lagi saja, namun usahakan dulu perbaiki istri.