Assalamu’alaikum mama Fifi, Baru dalam tahun ini saya browsing website JISc ini dan saya tertarik sekali dengan paparan dan informasi yang disajikan dalam website ini. Saya mempunyai 2 orang putri yang pertama sudah kelas 1 MIN dan yang kedua masih 1 tahun. Selama ini saya memang agak khawatir dengan pendidikan anak saya yang pertama karena walaupun dia sekolah di MIN tetapi pola belajar mengajarnya sangat strict dan setiap hari ada PR dan terkadang PRnya itu sangat banyak, jadinya terkadang dia mengeluh tidak mau buat PR karena banyak sekali. Terus dia juga suka sekali teriak-teriak dan sudah sering membangkang, kalau diberitahu pasti tidak akan dilakukan sebelum saya marah-marah. Bagaimana caranya supaya anak saya bisa berubah? dan apakah ada cabang JISC di Aceh?
Wassalam
Dewi Firtiani
Jawab :
Assalammu’alaikum, Bu Dewi yang dicintai Allah, Bu mengenai anak ibu yang sekarang tidak mau menurut, nampaknya hampir semua anak seusia itu agak sulit menurut dan cenderung membangkang. Memang Bu, kadang-kadang PR itu sangat membosankan buat anak-anak, kalau anaknya kurang baik, biasanya mereka lebih memilih menyontek, dan dalam hal ini mereka tahu bahwa guru-gurunya dengan PR yang sangat banyakpun belum tentu diperiksa. Bahkan saya punya pengalaman waktu masih SMP, setiap hari guru Bahasa Inggris saya memeriksa apakah kami buat PR atau tidak, namun tidak diperiksa hanya ditandatangan saja sehingga ada kawan saya yang sebetulnya membuat pr dengan menyalin PR minggu lalunya.
Dalam hal ini, sebaiknya ibu diskusikan saja dengan guru kelasnya agar pemberian PR diatur, terkadang mungkin guru yang satu misal guru matematika memberi pr 10 soal, lalu guru Bahasa Indonesia memberi PR 15 soal dan guru Bahasa Inggris memberi PR 10, dan terakhir guru agama memberi PR hafalan qur’an 3 ayat, wah siapa juga yang gak stress bu. Jangankan anak anak, kalau kita kebanyakan bebanpun akan stress, jadi komunikasikan sajalah, saya pikir guru yang baik itu adalah guru yang mampu mengajar anaknya sampai tuntas dan mengerti di kelas, dan PR seperlunya sahaja sebagai latihan dirumah biar tidak lupa lagi, tapi kalau kebanyakan anak-anak akan lebih menganggap hal itu sebagai hal yang mengganggu dan niat dari diberikannya PR tidak akan berhasil, karena anak lebih kepada mengejar setoran saja, yang pentingselesai dan gurunya tidak marah, kalau PR banyak, asal tahu saja ya bu, guru juga tidak sempat periksa, apalagi bila muridnya banyak ya, sebaiknya seorang guru bersikap munasabah saja, memperhatikakn kemampuan anak didiknya juga.
Anak ibu akan berubah bila bebannya dikurangi dan dia semakin dewasa jadi ya ibu bantu saja perubahan itu melalui gurunya, agar PR dikurangi atau diatur agar tidak terlalu kebanyakan. Bila terpaksa harus banyak juga, maka ibu minta sang guru berikan apresiasi atau hadiah untuk anak menjadi lebih semangat dalam membuat PR, misal kalau rajin buat PR selama sebulan, maka dapat satu stiker kecil, dan namanya ditulis di dalam sebuah kartun yang berwarna agar anaknya senang.
Kalau dia suka berteriak-teriak, namanya juga anak-anak bu, mungkin juga dia berteriak untuk melepaskan bebannya dari sekolah yang full PR itu.
Tolong sampaikan pesan saya buat sang guru : PR itu bagus bu, tapi tolong dicek apakah dengan PR yang dibuat si anak, emosional dan intelektual anak bertambah baik, bagaimana bila juga diberi PR mengenai akhlak, misalnya : PR anak jangan berteriak pada orangtuanya selama 5 hari dalam seminggu, lalu minggu depannya 6 hari dalam seminggu, dan lama-lama menjadi 7 hari dalam seminggu. Dan yang penting hargai juga usaha anak-anak yang sudah rajin buat PR. Bila anak sudah cukup paham, sudahlah berikanlah waktu bermain baginya karena anak-anak juga perlu waktu untuk bermain dan bersendagurau dengan keluarganya, seringkali PR itu menjadi senjata pertengkaran orangtua dengan anak. Selamat berjuang ya bu jadi ibu memang berat, maka wajarlah bila dikatakan surga dibawah tapak kaki ibu (aljanttun tahta aqdamiil ummahat..)