Assalamu’alaikum Mam Fifi yang dirahmati Allah, Saya mempunyai 2 orang anak, yang nomer 1 laki-laki, 8 tahun dan nomer 2 perempuan, 6 tahun. Alhamdulillah, kedua anak saya itu semuanya sehat. Permasalahan yang saya hadapi adalah mengenai anak pertama saya, di mana ia lebih suka bermain sendiri ketimbang bergabung main dengan teman-temannya. Jadi misalnya ada anak tetangga yang seusia dengannya main ke rumah (kebetulah di rumah ada beberapa mainan yang disukai anak-anak), anak saya lebih suka main sendiri, walaupun masih satu ruangan, dia memilih main sendiri. Begitu juga di sekolahnya, ia cenderung bermain sendiri ketimbang dengan teman-temannya, walaupun sebenarnya dia tidak bermasalah/bermusuhan dengan teman-temannya (walaupun kelihatannya mereka bersama-sama, namun anak saya asyik main dengan kegiatannya sendiri). Prestasi di sekolah lumayan bagus (rangking 2 di sekolah), tidak punya musuh di sekolah, tidak pernah bermasalah dengan teman-temannya, tidak pernah tidak masuk sekolah (walaupun sakit pun tidak mau disuruh tinggal di rumah), taat aturan sekolah, kegiatan ekstra kurikuler ikut. Ibadahnya bagus, shalat 5 waktu ia laksanakan, bahkan tahajud pun ia mau dibangunkan, puasa ramadan sudah penuh sejak kelas 1 SD. Namun dia juga tidak mau mengaji bersama-sama anak lainnya di TPA, dan lebih suka mengaji sendiri di rumah bersama saya atau ayahnya. Dia juga sulit untuk diatur/diajari, jadi seperti tidak fokus ke pelajaran bila guru sedang menerangkan/lebih suka main sendiri tapi bila dites pelajaran tersebut ia bisa. Namun ketika mengerjakan soal, soal yang tingkat kesulitannya tinggi justru bisa dikerjakan dengan baik, dan soal-soal yang mudah justru salah/tidak teliti. Saat les renang dia juga susah diajari, padahal menurut guru renangnya dia berbakat (memang ketika ditandingkan dengan teman-temannya, bila dia sedang "mood", dia sering di posisi depan ketika finish). Riwayat masa kecil dulu (mungkin sampai sekarang), dia merupakan cucu "kesayangan" kakek-neneknya, pengasuhnya dulu juga agak "over protektif". Namun saya sudah secara bertahap menghilangkan ‘kemanjaan anak ini terhadap kakek-neneknya. Insya Allah usaha ini sudah mulai ada hasilnya, nyatanya dia sudah tidak terlalu tergantung lagi dengan kakek-neneknya. Begitu Bu, masalah yang saya hadapi tentang anak saya yang pertama. Saya khawatir, bila kebiasaan ini berlangsung terus, dia bisa gagal di kemudian hari. Atas bantuan Ibu kami sampaikan terima kasih.
Jazakillah khairan katsiran.
Ibu Atik di Bantul Yogyakarta
Jawaban :
Assalammu’alaykum Wr. Wb.,
Bu Atik Solihat di bantul, bagaimana bantul bu, semoga selalu cerah dan nyaman. Mengenai anak ibu yang selama ini nampak susah bergaul, ini menurut pendapat saya ya bu, anak ibu nampaknya lebih dewasa dari kawan seusianya. Mungkin karena bergaul dengan kakek dan nenek dalam lingkungan orang dewasa, sehingga banyak hal yang dilihat, didengar, dan didapatnya, sehingga menjadikan dia lebih dewasa daripada kawan sebayanya. Dan saya melihat dia termasuk anak yang baik dan cenderung tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Mengenai dia tidak mau bergaul dengan kawan sebayanya, itu lebih daripada karena dia merasa ‘malas’ berkonflik, dan merasa lebih tenang untuk membuat atau melakukan sesuatu sendirian, istilahnya sifat individualistisnya kuat, dan merasa bahwa dengan sendiri dia tenang, dengan kawan kawan ketenangannya terganggu. Memang sebaiknya libatkan terus dia dengan kawan-kawannya, tapi untuk sementara jangan banyak-banyak, sebaiknya berdua saja dahulu jangan juga bertiga, sebab kalau ada tiga orang, maka dia akan sendirian lagi, kawannya yang dua orang itu akan bergabung dan dia akan ditinggalkan sendiri dengan sifatnya yang cenderung diam. Hal lain bu, mengenai soal yang sulit dikerjakan dengan cepat, ya bu, karena tanpa disadari tingkat kedewasaan dan kepandaiannya lebih daripada kawannya sehingga untuk soal-soal yang mudah dia cenderung bosan dan memudah-mudahkan, tetapi dia melewatinya dengan cepat, walau diisi karena dia memudahkan akhirnya menjadikannya tidak teliti. Sedangkan soal yang sulit dia cermati dan perhatikan baik-baik, dan dia tertantang untuk menjawab karena ada rasa tanggungjawab untuk menjawab sehingga dia mampu mengerjakan dengan baik. Jadi bu anak ibu samasekali tidak bermasalah, hanya tingkat kedewasaan dan pola berpikir serta kepandaiannya yang ada diatas rata-rata kawannya. Jujur saja, hal ini terjadi pada beberapa orang disekitar saya, subhanalloh, mereka berhasil Alhamdulillah, mengatasi masalah kehidupan. Dipercaya oleh kawan yang lebih tua dan disegani kawan yang muda bahkan sebaya, dan hal ini menimbulkan ketenangan bagi kawan-kawannya yang lebih tua maupun sebaya, karena sifat tenangnya dan juga kemampuan visionernya yang luarbiasa.
Berbahagialah bu, Insya ALLOH, anak ibu spesial. Banyak ajak bicara dan selami pemikirannya, Insya ALLOH ibu akan menemukan ‘something’ yang special dalam dirinya, semoga!
Salam sayang ananda, mudah-mudahan kita bisa berjumpa, wassalammu’alaikum.