Assalamu’alaykum Wr.Wb …Mam Fifi yang cantik … salam kenal … Saya punya 2 putra yang pertama cewek di kls.III SMP dan yang kedua cowok saat ini di kls VI SD. Permasalahannya dalam hal belajar sangat berbeda, yang pertama sangat tekun sedang yang cowok sangat sulit tuk belajar sementara tahun ini harus test masuk SMP. Sebenarnya memang saya terlalu dini setahun dalam memasukan sekolah anak saya yang kedua, hal itu saya lakukan karena semasa TK dan SD sekitar s/d kls 2 rasanya anakku bisa mengikuti dengan baik. Tetapi dengan berjalannya waktu, berkembangnya sosialisasi anak rasanya kedewasaan itu tidak juga terlihat pd anak cowok saya tersebut. Hal itu bisa dilihat dari susahnya bangun pagi, mau belajar kalau dipaksa dan ada PR, kurangnya kesadaran pentingnya belajar mengingat waktu ujian dan test masuk SMP sudah dekat, akhir-akhir ini jiwa memberontaknya sangat dominan dan masih banyak lagi hal-hal yang rasanya tidak dimiliki oleh kakaknya pada masa seusia dia. Padahal kalau dia senang terhadap sesuatu (ex.pel.IPA) tidak banyak waktu untuk dapat segera dia selesaikan/pelajari. Hal ini yang menjadi keprihatinan saya, haruskah saya bawa anak saya ke psikiater walaupun hasil nilainya tidak terlalu buruk untuk ukuran dia yang hampir tidak pernah belajar, sementara walau waktu saya bersama dia sangat terbatas (saya dan suami pulang kantor kurang lebih pukul 6 sore), tetapi saya selalu menemaninya belajar.Saya sangat kawatir dengan perkembangan jiwa anak saya ini, saya sangat takut dengan masa depan dia, apakah saya terlalu membandingkan perbedaan yang menyolok dengan kakaknya dalam hal study? Saya berharap mam Fifi bisa memberikan solusi atau mungkin mempunyai rekan seprofesi yang tinggal di semarang yang harus saya datangi, sehingga saya tidak selalu merasa dihantui kesalahan besar tidak berhasil memdidik anak-anakku tersayang. Sebelumnya mohon maaf atas panjangnya surat ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ercadia
Jawab :
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Bu Ercadia yang solihat dan sayang anak, bu subhanalloh ya ibu selalu mampu menemani anak ibu belajar, walau sudah lelah bekerja seharian.
Sekedar berbagi rahasia ya bu, anak perempuan memang ketika masih kecil terlihat lebih besar daripada anak lelaki, namun anak lelaki ketika sudah berusia kira-kira diatas 7 tahun, dia akan nampak lebih kecil dan tidak sama dengan anak perempuan.
Anak lelaki cenderung malas, tidak buat PR, tidak dengar kata gurunya, asyik main, asyik sendiri, tidak tekun dan kurang konsentrasi, namun bila terbangkit semangat dan konsentrasinya, hasilnya bisa melambung tinggi sampai ke langit melebihi siapapun di dunia ini…
Beda dengan anak perempuan, mereka dengarkan kata gurunya dengan tenang, gigih dalam mengerjakan soal-soal susah, duduk diam, dan berprestasi. Disekolah sering kita dapati, bahwa anak perempuan lebih terlihat prestasinya daripada anak lelaki.
Jadi, itu sudah fitrah bu, nothing to worry about that, tidak hanya ibu yang mengalami, dan anak ibu akan berubah sendiri, bila waktunya tiba, asalkan ibu terus mendampingi, terutama ketika anak ibu memasuki aqil baligh.
Ketika usia aqil baligh, maka peran ayah harus sangat menonjol, karena anak lelaki butuh figur, dan ketika itu ayah yang harus banyak mengatur dan membimbing sehingga terekam jelas semua perkataan yang baik-baik dari ayah dan anak akan mudah menurut sementara ibu hanya memperhatikan dan memberi kasih sayang dan kelembutan dan menyediakan kebutuhannya seperti makanan, kamar yang nyaman dan lain-lain.
Ingat ya bu, bahwa anak lelaki boleh dekat pada ibu, namun figur ayah tetap nomer satu. Karena dia harus mendapatkan bentuk yang tepat sebagai seorang lelaki yang soleh dan dewasa, insya Allah kalau sudah ketemu bentuk yang pas, dia akan lebih tenang dan lebih fokus terhadap semua perkerjaannya.
Sabar ya bu, yang penting tahun ini lulus ujian saja dulu dan tidak tinggal sholat.
Terakhir bu, yang selalu saya pikir tak boleh kita lakukan sebagai orangtua adalah ; membanding-bandingkan anak, karena setiap anak punya kelebihan masing-masing, tidak mungkin Allah tidak adil hatta terhadap anak yang cacat sekalipun, pasti ada kelebihan yang menonjol, kalau kita bandingkan maka, dia akan minder dan membenci ibu yang membandingkan dan membenci orang yang dibandingkan (si kakak), bukan hasil yang kita dapatkan malahan dia akan berontak dan menolak menjadi seperti yang ibu inginkan, dengan pikiran “sana, aku gak mau kayak kakak..biarin aja dapat jelek, aku kan bukan kakak.”
Sukses ya bu, salam sayang ananda, wassalammu’alaikum.