Tepat pada 17 Desember 1862, Jendral Ulysses S. Grant yang tengah berperang di sisi pasukan Perserikatan (Utara) dalam Perang Saudara Amerika Serikat (AS) mengusir warga Yahudi di wilayah komandonya. Perintah pengusiran itu tercantum dalam Perintah Jendral No.11.
Sekitar 15 ribu warga Yahudi tinggal di Negeri Paman Sam sejak 1840 silam. Namun jumlah itu terus meningkat menjadi 150 ribu di saat Perang Saudara pecah pada 1861.
Sebanyak tujuh ribu dari mereka berperang membela pasukan Perserikatan (Utara), sementara itu 3 ribu lainnya membela Konfederasi (Selatan). Anti-Semitisme saat itu merebak di Negeri Paman Sam.
Grant yang saat itu memimpin pasukan Perserikatan menandatangani beberapa undang-undang anti-Yahudi. Salah satunya adalah melarang warga Yahudi bepergian ke wilayah yang sudah ditentukan.
Dan pada 17 Desember 1862, Grant mengeluarkan Perintah Nomor 11 yang menyebutkan, warga Yahudi adalah warga yang selalu melanggar regulasi perdagangan yang sudah ditetapkan Departemen Keuangan. Grant mengusir warga Yahudi dari wilayah yang dikuasainya dan mengancam akan menangkap mereka bila mereka mengabaikan peringatan itu. Demikian, seperti dilansir History.com, Jumat (5/4/2013).
Pada akhir tahun 1862, sekira 30 pria Yahudi dan keluarganya diusir dari Paducah, Kentucky. Dikabarkan pula, warga-warga itu berdesakan untuk menaiki kapal yang akan menuju Cincinnati, salah satu dari mereka nyaris mengabaikan bayinya sendiri.
Pengusiran warga Yahudi juga dilakukan di beberapa wilayah lain seperti di Oxford, Jackson, Corinth dan Holy Springs. Beberapa orang dari mereka berjalan kaki menuju Memphis.
Seperti diketahui, Grant adalah Presiden ke-18 AS. Saat menjabat di Gedung Putih, Grant membawa banyak perwiranya untuk mendampinginya. Semasa memimpin, Grant sering menerima kritik dari kubu liberal dan Yahudi.
Presiden AS ke-18, Ulysses S. Grant, akhirnya ia meninggal dalam keadaan bangkrut. Ia kehilangan dana dalam jumlah besar, gara-gara tertipu dalam bisnisnya. Tidak secara resmi dikabarkan bagaimana peran kelompok bisnis Yahudi dalam kebangkrutan bisnis mantan Presiden AS ini, di saat yang bersamaan pada saat terpuruk, gaya hidupnya yang berfoya-foya selama akhir hidupnya membuatnya menambah terpuruk dalam krisis keuangan yang berat. Setelah meninggal baru keluarganya Grant mendapatkan situasi keuangan yang cukup aman. Keluarganya mendapat uang dalam jumlah yang cukup setelah menjual berbagai peninggalan Grant . (Dz/bbrp/okz)