Assalamu’alaikum wr. wb.
Hiruk pikuk perpolitikan di Tanah Air semakin "panas" ketika SBY mengumumkan cawapres yang bakal mendampinginya yaitu Gubernur BI Boediono. Dari empat partai Islam yang menyatakan ingin berkoalisi dengan Demokrat, tak satupun wakilnya di tempatkan di posisi cawapres.
Menurut Anda, apakah ada lobi asing yang bermain disini? Apakah mungkin SBY ditekan oleh pihak (asing/lokal) yang tidak ingin kekuasaan berada di tangan Partai Islam sehingga beliau lebih memilih cawapres dari kalangan yang dekat dengan barat dan pro Liberal.
Terima kasih sudah berkenan menjawab, dan semoga Bung Rizki senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah swt.
Salam,
Wa’alaykumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Pak Abdullah yang selalu berada dalam rahmat Allah SWT, terima kasih sebelumnya atas doanya.
Hari-hari ini kita memang tengah dicekoki dengan aksi akrobatik para politisi dari berbagai parpol yang disibukkan dengan pemburuan mereka terhadap kue kekuasaan. Semuanya mengatasnamakan bangsa atau rakyat, padahal setiap orang tahu jika semua itu dilakukan semata-mata demi perubahan nasib mereka sendiri, agar bisa semakin sejahtera, minimal bisa balik modal setelah kemarin jor-joran mengeluarkan biaya sampai miliaran atau pun triliunan untuk kampanye.
Sebelum kita membahas tentang SBY dan lobi asing, maka kita harus mengetahui dahulu beberapa fakta terkait Pileg dan Pilpres 2009:
Pertama, Pileg 2009 merupakan pileg paling buruk sepanjang sejarah bangsa ini. KPU yang dibentuk tidak independen (awalnya KPU akan menyelenggarakan Pileg pada 5 April 2009, namun atas permintaan SBY digeser menjadi 9 April. Pilpres juga diminta dilakukan pada tanggal 9 Sepember atau 9/9. Mengapa selalu angka 9? Bukan rahasia lagi jika SBY dengan Partai Demokratnya memang sangat tergantung dengan angka 9. Empat setengah tahun lalu, saat menjelang Pileg 2004 tersebar informasi jika hal itu disebabkan bisikan ‘alam ghaib’ kepada mereka sehingga angka 9 menjadi angka keberuntungan mereka. Wallahu’alam bishawab. Namun jika ini benar maka hal itu sudah merupakan suatu kemusyrikan, dosa yang tak terampunkan. Lalu dalam Pelaksanaan Pileg 2009 kemarin, seluruh anggota KPU ternyata berkumpul di Cikeas. Hal ini sangat aneh dan mengindikasikan ketidaknetralan KPU).
Kedua, dalam Pileg 2009, puluhan juta rakyat Indnesia digolputkan secara paksa dan sistemik. Bohong besar jika dikatakan itu merupakan kekhilafan. Bagaimana bisa seorang Ketua Umum PPRN, Amelia Yani, ternyata tidak masuk dalam DPT sehingga tidak bisa memilih? Bagaimana bisa kantung-kantung parpol lawan dari penguasa ternyata banyak warganya yang tidak masuk DPT sehingga merugikan parpol lain? Bagaimana bisa daerah yang baru saja mendapat BLT ternyata DPT-nya komplit, sedangkan daerah yang tidak mendapat BLT ternyata DPT-nya ambradul. Salah satu penyebab amburadulnya DPT disebabkan KPU 2009 ini mengambil data kependudukan secara mentah dari Kementerian Dalam Negeri yang memang datanya paling buruk. Mengapa KPU 2009 tidak mengambil data kependudukan dari DPT KPU 2004 yang sudah disaring dan bersih, lalu tinggal memperbaharui?
Ketiga, dalam perjalanan kotak suara dari tingkat kecamatan hingga ke pusat sangat riskan terjadi jual-beli suara. Rakyat banyak tidak tahu proses perjalanan itu, sehingga sangat memungkinkan terjadinya rekayasa dengan imbalan fulus.
Dari tiga fakta tersebut bisa dipastikan jika memang ada ‘tangan-tangan kekuasaan’ yang bermain dalam Pileg 2009 agar menguntungkan penguasa dan sebaliknya merugikan pesaingnya.
Lantas soal cawapres SBY, jawaban untuk mengapa SBY tidak mengambilnya dari partai-partai Islam adalah karena memang secara faktual tidak ada itu partai-partai Islam sekarang ini. Yang ada adalah partai-partai politik yang menjadikan Islam hanya sebagai kosmetik agar menarik hati rakyat. Istilahnya: Pedagang umat. Mereka ini tidak menghidupkan Islam, tapi Hidup dari Islam. Ya dengan menjadikan Islam dan umat-Nya hanya sebagai barang dagangan, tidak lebih.
Jika sudah berkuasa, kelakuannya pun sama saja dengan partai-partai sekuler. Di luaran ada anekdot, jika aleg dari partai sekuler akan mengucap “Asyik!” ketika mendapat jatah mark-up proyek, maka aleg dari dari partai yang non-sekuler akan mengucap “Hamdallah” ketika mendapat hal yang sama. Believed or not?
SBY sebagai sosok yang pintar memang mengetahui fakta itu. Sebab itulah dia tidak mau memilih cawapres dari mitra koalisinya. Mengapa? Pertama karena perolehan suara Partai Demokrat (PD) memang besar sehingga bisa bebas menentukan capres dan cawapresnya sendiri, dan kedua, partai-partai mitra koalisi PD inilah yang merapat ke PD, bukan sebaliknya. Jadi di sini PD memiliki posisi tawar yang menentukan. Istilahnya, “Kalau kamu mau tunduk pada kami ya silakan ikut, kalau tidak setuju ya silakan keluar.”
Dan atas pertanyaan, apakah ada lobi asing yang bermain sehingga SBY lebih memilih Budiono yang memang dikenal luas sebagai lokomotif kepentingan IMF dan Bank Dunia di Indonesia? Jawabannya adalah ya. Namun, sebenarnya SBY sendiri pun memang dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat pro AS. Dalam kasus penyerahan migas Blok Cepu ke Exxon Mobil misalnya, SBY jelas lebih memihak kepentingan imperialis AS dan ini pun didukung oleh partai politik “Islam” yang menjadi sekutu PD dalam masa 2004-2009. Ini adalah ironis, karena kita tahu jika Exxon merupakan salah satu donatur gerakan Zionis-Israel. Asing telah bermain dan menguasai negeri ini sejak Jenderal Suharto (siapa tuh yang mengaku muridnya…?) menjadi presiden sampai saat sekarang!
Sebab itu, siapa pun yang mencintai kedaulatan bangsa ini, yang ingin melihat bangsa ini memiliki harga diri sebagai bangsa yang besar dan bisa berdiri tegak di hadapan imperialis Barat (AS), dan tidak terus-terusan menjadi kacung bagi Amerika, dia harusnya tidak memilih pasangan yang jelas-jelas pro-AS ini.
Dalam melihat peta politik di negeri ini, kita seharusnya bisa bersikap jernih, tidak melihat partai politik berdasarkan apa yang mereka ucapkan dan klaim, tapi melihat apa yang sudah mereka kerjakan dan apa yang mereka perbuat. Kecap itu selalu nomor satu, tidak peduli apakah kecap itu berjenggot atau pun tidak. Kita jangan tertipu oleh bualan-bualan kosong seperti itu.
Rasulullah SAW dalam salah satu sabda hari akhirnya mengatakan jika dalam masa kacau, dimana tidak ada pemimpin yang benar-benar bersih, dimana agama hanya dijadikan alat dagang, dimana umat hanya dijadikan alat tawar kekuasaan, dimana para ulama lebih suka menyambangi penguasa ketimbang berada di tengah-tengah umat, maka selamatkanlah anak dan isterimu dari semua ini dengan berlepas diri dari segala hal tersebut, dan mencari nafkah dengan yang halal dan mendidik anak-isterimu dengan ilmu yang haq.
Dalam situasi seperti ini, kita hendaknya bergabung dengan jamaah yang lurus dan bersih. Dan Alhamdulillah, Allah SWT telah memperlihatkan kepada kita semua jika dalam Pileg 2009, yang keluar sebagai pemenang, walau penguasa dunia tidak mengakuinya, adalah Partai Golput dengan angka mencapai 40%. Jika PD yang meraih 20% suara saja punya kursi di DPR sebanyak 150 kursi, maka seharusnya Partai Golput yang meraih 40% bisa mendapat 300 kursi di DPR J. Yang jelas, rakyat sekarang sudah banyak yang sadar dan cerdas. Rakyat sudah muak dengan semua dagelan konyol ini dan tengah menantikan seorang Imam Mahdi yang akan mengeluarkan mereka dan kita semua dari kekotoran sekarang ini. Wallahu’alam bishawab.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh