Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
Pak Rizki, awal November lalu ada berita menghebohkan sekaligus menjijikan tentang renovasi ruangan kerja anggota DPR yang menelan dana lebih dari 33 miliar rupiah. Walau mendapat tentangan dari masyarakat, karena dinilai sama sekali tidak empati terhadap kesulitan hidup rakyat banyak yang diterpa krisis, namun Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) jalan terus dengan proyek gila ini. Kenapa ya?
Anehnya, proyek yang tidak reasonable ini kok dilakukan di akhir tahun. Padahal sudah bukan rahasia umum lagi jika proyek-proyek yang dilakukan pada akhir tahun merupakan “proyek tuyul” alias proyek yang diada-adakan sekadar untuk menghabiskan anggaran yang masih tersisa. Bagaimana menurut Pak Rizki?
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Saudari Putri yang dirahmati Allah SWT, apa yang anda katakan di atas memang benar. DPR kita memang tidak pernah menunjukan empati terhadap rakyat yang memilihnya. Sudah bukan rahasia umum lagi jika selama puluhan tahun anggota DPR, dari zaman Suharto hingga sekarang, juga jajaran BURT-nya, memperkaya diri, keluarga, dan kelompoknya, dengan menjadikan uang rakyat sebagai bancakan.
Anggaran yang sangat besar yang diberikan dari pemerintah di bagi-bagi dalam berbagai keperluan yang banyak di antaranya yang sama sekali ‘norak’ dan tidak bersentuhan dengan kepentingan rakyat banyak, seperti mobil dinas yang mewah, uang kontrak rumah yang belasan juta per bulannya (karena rumah dinas DPR direnovasi), pengadaan laptop bagi anggota dewan (walau tidak jadi), studi banding ke luar negeri yang tidak lebih sebagai jalan-jalan atau rekreasi anggota DPR yang kalau pakai uang sendiri tidak bakalan mampu, membangun pagar tinggi sekeliling kompleks agar jauh dari rakyat, dan sebagainya. Semua kemewahan yang dinikmati anggota DPR berasal dari keringat dan darah rakyatnya, yang sebagian besar berasal dari pajak para buruh kecil.
Saya pribadi pernah mengurus proyek di DPR, di awal proyek dengan terang-terangan salah seorang petinggi BURT DPR memotong dana proyek tersebut sebesar 30%. Katanya hal itu sudah lazim dan dikatakan salah satunya sebagai sumber THR para anggota dewan. Ini keterlaluan sekali, selama ini mereka berarti merayakan hari raya sumber pendanaannya di antaranya berasal dari uang haram. Di DPR memang tidak ada pos resmi untuk THR anggota dewan, sebab itu diadakanlah pos haram untuk keperluan tersebut. Saya dan kawan-kawan akhirnya tidak jadi mengambil proyek tersebut karena terlalu banyak disunat, sedangkan kami yang bekerja tidak mendapat untung apa-apa, tentu saja kami tidak mau yang tidak halal. Iman kami masih kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, bukan Imanuhum fi proyekihim.
Apa yang saya alami bukanlah apa-apa. Masih banyak teman-teman lain yang tadinya ditawari proyek bernilai miliaran rupiah, namun dipotong di sana-sini dan dana yang ada tinggal ratusan juta rupiah, walau di kuitansi tetap ditulis miliaran rupiah. Ini sudah berjalan puluhan tahun dan terus terjadi hingga detik ini.
Soal proyek di akhir tahun, bukan DPR saja yang demikian, Banyak perusahaan negara juga begitu. Ini memang sebuah fakta menyedihkan: korupsi berjamaah, di mana para pesertanya berasal dari berbagai kelompok dan golongan. Saya pribadi masih berharap pada KPK. Semoga KPK bisa sesegera mungkin menyeret para perampok uang rakyat ini ke muka pengadilan. Dan seharusnya terhadap preman-prreman berdasi ini dilakukan terapi kejut, jika perlu diculik dan ditembak, atau digantung, sehingga memiliki efek jera. Tidak seperti sekarang, para preman berdasi ini ketika diseret ke muka hukum masih bisa cengar-cengir tidak tahu malu.
Pemilu diadakan berkali-kali namun tetap saja perampokan uang rakyat terjadi dan malah sekarang main menjadi-jadi. Rakyat lagi dan lagi, lagi dan lagi, hanya dijadikan kuda tunggangan yang dielus-elus, didekati, jika mereka ada maunya. Beberapa teman saya sudah pesimis jika keadaan ini bisa akan berubah ke arah yang lebih baik. Bahkan mereka yakin, Indonesia sebenarnya tidak memerlukan reformasi, tapi REVOLUSI.
Apa yang tengah terjadi di negeri ini merupakan hasil grand-design dari kekuatan konspiratif global yang tidak ingin melihat bangsa ini menjadi kuat. Indonesia sesungguhnya sangat kaya raya, sangat berpotensi menjadi negara kuat dan makmur. Namun panglima imperialisme dunia, AS, tidak menginginkan itu dan tetap ingin Indonesia dijadikan salah satu negara bagiannya, agar bisa dieksploitasi dan dimanfaatkan sesuka mereka. Wallahu’alam bishawab.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh