Selama ini saya banyak mendengar tentang adanya berbagai macam Injil, seperti Injil Scofield, dan sebagainya. Sebenarnya Injil itu ada berapa macam? Apakah yang membedakan dari kesemua Injil tersebut?
Sempat saya bertanya kepada pemeluk agama Kristen Protestan, tapi mereka sama sekali tidak mengetahui tentang adanya keanekaragaman Injil tersebut. Mereka berpendapat mungkin saja itu injilnya Katolik. Sebenarnya apa yang membedakan Kristen Protestan dan Kristen Katolik? Lalu mengapa mereka sampai bisa berpisah aliran seperti itu?
Sekian dari saya, wassalammua’alaikum wr.wb.
Wa’alaykumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Seperti halnya sejarah umat Islam, dulu tidak pernah dikenal istilah “Sunni” atau “Syiah”. Islam ya Islam saja, sampai dengan kehadiran Abdullah bin Saba, si Yahudi dari Yaman, yang menyusupkan racun ke dalam kaum Muslimin sehingga “terpecah” ke dalam dua akidah yang beda. Demikian pula dengan kekristenan, di mana awalnya hanya ada satu (Nasrani) yakni kaumnya Nabi Isa as. Namun sepeninggal Nabi Isa a.s. (Yesus), umatnya terpecah belah. Awalnya, terjadi perpecahan antara “Kristen yang menginduk pada kekuasaan formal Kekaisaran Romawi” (Tahta Suci Vatikan) dengan “Kristen yang mengakui Maria Magdalena sebagai pewaris ajaran Yesus “ (Kaum Gnostik).
Kelompok pertama mengikut pada sosok Petrus yang meyakini jika kepemimpinan agama harus dari kaum pria, sebab itu dia membenci Maria Magdalena. Sedang yang kedua menyatakan jika Maria Magdalena-lah yang sebenarnya pewaris sah dari ajaran Yesus. Istilah “Gnostik” berasal dari bahasa Yunani ‘Gnosis’ yang berarti ‘pengetahuan’. Kaum Gnostik ini menisbatkan Maria Magdalena sebagai ‘The Iluminatrix” atau “Yang tercerahkan”. Menurut banyak literatur, Sepeninggal Yesus, Maria Magdalena ditangkap penguasa Roma dan dibuang ke tengah laut dengan menyanderanya dalam sebuah perahu yang tidak memiliki layar dan tidak memiliki kemudi. Maksud dari penguasa Roma tentu gampang ditebak: mereka ingin agar Maria Magdalena ini menemui ajal karena kelaparan dan kehausan di tengah laut.
Namun perahu tersebut ternyata bisa mendarat di pantai selatan Perancis. Maria Magdalena selamat dan mengembangkan ajarannya di sana. Sampai kini, wilayah selatan Perancis dipenuhi dengan gereja-gereja bundar yang tidak lazim seperti halnya gereja Barat. Mereka mengkultuskan Maria Magdalena sebagai The Sacred Feminine dan mengangap Vatikan sebagai pihak yang merebut warisan Yesus secara tidak sah.
Dan Burstein, penulis The Secrets of Mary Magdalene (2006) menulis, “Dalam kacamata kaum Gnostik, para penguasa Kekaisaran Romawi merupakan para Kaisar Pagan, musuh dari Yesus, yang merebut gerakannya dan membalikkan filosofi ajaran Yesus, mengubah kekristenan menjadi agama resmi yang hierarkhis, patriarkhis, dan imperialistis. ..Romawi membalikkan ide revolusioner anti-materi Yesus dengan menggunakan agama Kristen untuk menjustifikasi pengumpulan dan penumpukkan kekuasaan dan kekayaan. Bukannya mendorong aktualisasi diri yang tertanam dalam berbagai dokumen gnostik seperti Injil Thomes dan Injil Mara, mereka menggunakan injil-injil yang telah mereka setujui sendiri untuk menghilangkan pelayan, budak-budak, dan bala-tentara. Mereka menghilangkan pencarian untuk mencapai pemahaman diri dan juga kemampuan untuk berhubungan dengan secara langsung dengan Tuhan, dengan menempatkan pada agama Yesus ini, yang seharusnya sederhana dan tanpa perantara, sebuah infrastruktur yang berisi para pendeta dan paus, gereja-gereja, pengakuan, katedral-katedral, dan crusades…”
Sebab itu, sampai sekarang, Vatikan sarat dengan segala hal yang terkait agama pagan. Mulai dari tongkat Dewa Matahari Paus, Obelisk di tengah Katedral St. Peter, sampai dengan pengistimewaan Hari Dewa Matahari, The Sun-Day (Sunday), sebagai hari beribadah. Sikap kaum Gnostik yang tidak mau tunduk di bawah Vatikan menyebabkan mereka dituding sebagai gerakan sesat (Heresy atau Bid’ah). Pada tahun 1209, Vatikan mengirim 30.000 tentaranya untuk menyerbu dan menghabisi Kaum Gnostik yang berpusat di Selatan Perancis, daerah Languedoc. Inilah Perang Salib pertama yang digelorakan Vatikan, perang antara Kristen Formal melawan umat Kristiani Gnostis, yang dikenal dalam sejarah sebagai Perang Salib Albigensian. Di kota Bezire saja terbunuh 15.000 lelaki, perempuan, dan anak-anak kecil.
“Ketika itu, seorang perwira menanyakan kepada wakil Paus bagaimana dia dapat membedakan orang-orang yang dituduh melakukan bid’ah (Kaum Kathari) dengan orang-orang yang beriman. Jawaban wakil Paus sungguh mengagetkan, “Bunuh saja semua. Tuhan akan mengenali hamba-Nya sendiri.” (Michael Baigent dkk, “The Holy Blood, Holy Grail”, 1982). Sejarah Dunia menyebutkan jika Perang Salib Albigensian merupakan genosida pertama yang terjadi di Eropa. Perpecahan ini terjadi sebelum munculnya gerakan Protestan yang dimotori oleh Martin Luther pada tahun 1517.(bersambung)