Saat ini sedang marak pelatihan-pelatihan hipnotis untuk terapi penyakit, untuk pendidikan anak dan yang lain-lain. Saya pun pernah mengikuti pelatihan itu dimana mentornya adalah ahli hipnoterapi. Awalnya saya sangat percaya bahwa hipnotis murni science. yang menggunakan sugesti yang dimasukkan pada pikiran bawah sadar.
Saya masih percaya itu hingga saya menonton vidio “Arrival” karya noreagaa dan archenar. saya lupa pada episode berapa, tapi disitu jelas disebut hipnotis memang dikembangkan dan diupayakan agar diterima oleh masyarakat dunia sebagai murni science. sehingga masyarakat buta akan unsur syirik yang sebenarnya ada didalamnya.
yang membuat saya sedih lagi, banyak ustad dan pengajar muslim yang memakai ilmu ini, karena mereka yakin hipnotis sama sekali bebas dari syirik dan tidak ada unsur bantuan jin. Sebagaimana doktrin yang memang di sampaikan pada semua pelatihan hipnotis.
Dalam rubrik tanya jawab ustad menjawab sendiri telah ada jawaban bahwa hipnotis ada campur tangan mahluk halus/ jin. https://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/hipnotis-menurut-islam.htm . Tetapi itu dibantah oleh orang yang merasa yakin hipnotis itu bukan syirik di https://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/tanggapan-tentang-jawaban-ustadz-menjawab-soal-hipnotis.htm. Saya kembali mencari rujukan lain dan saya menemukan web seorang sarjana psikolog yang memang percaya hipnotis itu masih ada unsyur syirik.
Wa’alaykumsalam wr.wb. Terimakasih atas pertanyaan anda. Semoga anda selalu diberikan keberkahan oleh Allah Subhana wa ta’ala. Saya mendapat pertanyaan serupa seperti saudara untuk menjelaskan bagaimana posisi Hipnosis sebagai bentuk konspirasi kabbalis dan iluminasi. Oleh karena itu, saya coba akan jelaskan terlebih dahulu kaitan antara Hipnosis dan New Age.
Hipnosis dan Konspirasi New Age
Jadi, yang anda katakan tersebut memang tidak salah, sejarah hipnotis memang terkait akan misi Zionis yang saya sederhanakan disini menjadi New Age Movement.
Paradigma New Age sendiri lahir dari ketidak percayaan Barat terhadap agama. Agama, dalam termin Barat, memang bermasalah. Ia gagal memberi pencerahan bagi masyarakat dalam dua hal, yakni rasionalitas dan spiritualitas.
Hal inilah yang membuat masyarakat Barat mencari spiritualitas model baru yang tidak terlalu formil layaknya Kristen. Anda mungkin tahu kasus ucapan bahwa “Tuhan Sudah Mati” ala Frederich Nietsczhe? Itu mungkin contoh kecilnya.
Namun, yang ingin saya garis bawahi adalah bahwa spiritualitas dalam termin New Age bukan berarti sama dengan religiusitas dalam konteks Islam yang tidak memberi ruang terhadap dunia mistik dan musyrik. New Age sendiri lebih kepada spiritual mistis dan penyatuan agama-agama dimana tidak ada lagi sekat teologis di dalamnya.
Nah dimana hubungan hipnotis dengan New Age? Hipnotis hampir tidak mengenal unsur keagamaan yang sejalan dengan misi New Age. Akidah menjadi tidak terlalu penting dalam hipnotis. Ya mungkin para ahli hipnotis bisa bergeming dengan menyatakan ajaran kami bebas dari musyrik.
Ya itu tidak masalah. Saya sendiri tidak menyalahkan para praktisi hipnosis yang bisa jadi juga masih awam dengan NAM, karena itu tadi sifat sejati Hipnosis yang sebenarnya membawa misi Kabbalah menjadi tertutup pada awalnya ketika diperkenalkan.
Dan ini diamini oleh Sherry Shriner penulis buku-buku konspirasi dan pengkaji Bible yang menyatakan bahwa karakter New Age memang seperti itu. Para pengusung New Age yang sejatinya adalah kabalis tahu betul bahwa orang Kristen tidak bisa menerima serangan frontal doktrin okultism, sehingga mereka mengubah kata-kata sihir ke dalam istilah Kristen seperti “iman,” “Tuhan,” “Kristus,” dan “kelahiran kembali” dan banyak gereja terkecoh. Termasuk dengan menggunakan hipnosis, spiritual intelligence, emotional intelligence, dan sebagainya.
Makanya ketika kita ikut training hipnosis tanpa banyak kita ketahui adalah bahwa konteks alam bawah sadar yang dikenalkan dalam Hipnosis tidak lain adalah ajaran Sigmund Freud, seorang Yahudi atheis yang sudah dikenal sebagai pengusung psikoanalisis yang sangat bermasalah dalam Islam.
Kealpaan para praktisi hipnosis itu juga terlihat jelas ketika mereka tidak menjelaskan apakah yang dimaksud alam bawah sadar dalam versi Freud yang tidak lebih sebagai manifesto terpendam dari seksualitas manusia.
Lalu kenapa ini menjadi samar? Kita kembali lagi ke perkataan Shery Shinner tadi, karena para pengusung New Age tahu betul bahwa mereka tidak bisa menjelaskan ajaran sejati mereka (baca: kabbalis) jika bertindak terlalu frontal.
Oleh karena itu Nancy Percy, seorang pengkaji worldview dari Philadhelphia Biblical University, dalam tulisannya, “Modern Islam And The New Age Movement”, menyatakan bahwa gerakan NAM seperti Hypnosis hanyalah ekspresi yang lebih baru dari kecenderungan lama untuk mengimpor panteisme Timur ke dalam budaya Barat, yang dimulai dengan doktrinasi Plotinus dan neo-Platonisme.
Hipnosis: Tidak Efektif Bagi Umat Islam
Oke baiklah itu kaitan antara NAM dan Hipnosis dalam kajian konspiratif. Sekarang kita bisa menjajal keampuhan hipnosis, jika hipnosis memang dikatakan bukan pseudo sains. Ada dua hal yang bermasalah dari statement itu. Pertama, bukan berarti bahwa karena hipnosis adalah sains murni, dia tidak cacat dari segi keilmuan. Kedua, kita bisa membuktikan apakah betul hipnosis adalah metode yang ampuh dalam menterapi masalah manusia.
Saya ingin bercerita pengalaman saya ketika mengikuti training hipnosis dan mempraktekannya saat menjadi guru. Kami, para guru kala itu, dikumpulkan dalam satu ruangan oleh trainer. Trainer tersebut mensugesti kami agar kedua telapak tangan masing-masing diantara kami saling mencengkeram hingga jari jemari kami seakan-akan lengket dilumuri lem.
Saat proses tersebut kami diajarkan untuk mendengarkan sugesti trainer saja (baca: taqlid), jangan banyak berfikir (baca: tidak boleh kritis) dan jangan melawan sugesti. Bagi saya, orang yang dominan dan sangat rasionalis terhadap apa-apa yang datang dalam diri saya, akan mudah sekali melawan sugesti itu.
Akan tetapi, apa yang dilakukan trainer saat itu, melihat kami-kami yang mencoba kritis atas sugestinya? Ia mulai mengeluarkan jurus sakti, yakni mensugesti buta peserta bahwa peserta yang mau mengikuti segala perkataan trainer tanpa menggubris sedikit pun adalah calon guru yang baik. Nah disinilah gaya-gaya undermind control ala zionis. Mirip sekali. Karena itu pikiran diarahkan hanya pada satu instrument hingga kita tidak sadar telah mengikutinya.
Itu kan seakan-akan bermakna bahwa orang yang tidak mau mengikuti perkataan sugestor bukanlah orang yang baik. Padahal Allah mengajarkan kita untuk kritis setiap kali datang sebuah permintaan. Apalagi sugesti yang bisa jadi bertentangan dengan Islam. (Bayangkan jika anda perempuan yang dihipnotis, lalu anda tertidur di pelukan trainer pria, bukankah itu menyalahi konsep hijab dalam Islam?)
Selain itu kelemahan hypnosis bahwa sugesti itu mudah sekali dipatahkan. Anda boleh mencoba. Makanya, ketika saya menerapkannya di sekolah, hipnosis menjadi tidak efektif. Karena memang murid-murid saya memang sudah kritis sejak awal.
Terlebih orang-orang yang dominan pada otak kiri. Kekuatan mereka dalam logika akan serta merta meruntuhkan sugesti hipnosis. Hampir pasti saya katakan bahwa mereka amat tidak cocok dihipnotis.
Skenario Menghancurkan Islam: Hanya Berfikir Yang Praktis
Ketika umat Islam memandang praktis urusan “makna hidup”, disitulah zionis akan bermain. Umat Islam akhirnya jauh dari ilmu, mereka sudah terpesona pada paket-paket pelatihan praktis dan paket kilat dalam mencapai kesempurnaan.
Oleh karena itu menurut saya, ketimbang kita habiskan uang untuk megikuti pelatihan yang relative cukup mahal. Lebih baik kita belanjakan uang itu untuk membeli buku-buku Islam dari ulama yang luas ilmunya.
Kita bisa mengenalkan anak-anak kita akan kitab-kitab ulama seperti Ibn Taimiyyah, Ibn Qayyim, Al Ghazali, Ibnu Katsir. Kita isi rumah kita dengan buku biografi para ulama. Didik diri kita dan anak kita lewat Al Qur’an dan Hadis.
Menurut saya itu lebih efektif membentuk kepribadian muslim sejati. Selain karena berpahala, membelanjakan uang bagi keilmuan Islam mendekatkan diri kita kepada Allah. wallahu’alam
Rizki Ridyasmara